Kamis, 23 Agustus 2018

23.35 -

Mat 23:1-12

Sarapan Pagi
Agar Jiwa Kita Disegarkan Oleh-Nya


Firman yang tertanam di dalam hatimu
yang berkuasa menyelamatkan jiwamu.
(Yak 1:21)



Penanggalan liturgi

Selasa, 27 Februari 2018: Hari Biasa Pekan II Prapaskah - Tahun B/II (Ungu)
Bacaan: Yes 1:10, 16-20; Mzm 50:8-9, 16bc-17, 21, 23; Mat 23:1-12

Sabtu, 25 Agustus 2018: Hari Biasa XX - Tahun B/II (Hijau)
Bacaan: Yeh 43:1-7a; Mzm 85:9ab-10, 11-12, 13-14; Mat 23:1-12 


Maka berkatalah Yesus kepada orang banyak dan kepada murid-murid-Nya, kata-Nya: "Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi telah (3) menduduki kursi Musa. Sebab itu (4) turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu, tetapi (2) janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena mereka mengajarkannya tetapi tidak melakukannya. 

Mereka mengikat beban-beban berat, lalu meletakkannya di atas bahu orang, tetapi mereka sendiri tidak mau menyentuhnya. Semua pekerjaan yang mereka lakukan hanya dimaksud supaya dilihat orang; mereka memakai tali sembahyang yang lebar dan jumbai yang panjang; mereka suka duduk di tempat terhormat dalam perjamuan dan di tempat terdepan di rumah ibadat; mereka suka menerima penghormatan di pasar dan suka dipanggil Rabi. 

Tetapi kamu, janganlah kamu disebut Rabi; karena hanya satu Rabimu dan kamu semua adalah saudara. Dan janganlah kamu menyebut siapa pun bapa di bumi ini, karena hanya satu Bapamu, yaitu Dia yang di sorga. Janganlah pula kamu disebut pemimpin, karena hanya satu Pemimpinmu, yaitu Mesias. 

(1) Barangsiapa terbesar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu. Dan barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan. 


Renungan


1. Makna kasih yang sesungguhnya 

(1) Makna kasih yang sesungguhnya adalah pelayanan. Pelayanan adalah kegiatan manusia yang menyertakan kesungguhan hati untuk melakukan sesuatu untuk orang lain. Atau lebih sederhananya, kasih bisa dimengerti sebagai kerja yang tulus hati demi Allah dan sesama. 

Kasih adalah karya orang-orang yang hidup bersama Allah. Kasih mampu mengubah yang sakit menjadi sehat, yang rusak menjadi baik kembali. 

Jika di dalam hidup kita ada karya pelayanan kasih secara tulus, maka Allah ada dan bekerja bersama-sama kita. Oleh karena itu, janganlah seperti ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi yang mengajarkan tetapi tidak melakukannya. 


2. Yang bersalah adalah pelayannya

(1) Yesus mengakui jabatan mereka sebagai pengajar hukum, sebagai guru-guru masyarakat dan penafsir hukum, namun jabatan yang mulia itu diselewengkan oleh mereka.

(2) Yesus mengajak orang banyak itu untuk memanfaatkan bantuan yang mereka berikan untuk memahami Kitab Suci, dan menjalankan apa yang diajarkan. Selama pemahaman mereka menggambarkan apa yang dimaksud oleh Kitab Suci dan tidak menyesatkan, membuatnya semakin jelas, dan tidak membatalkan perintah Allah, sejauh itu pula perkataan mereka harus diperhatikan dan ditaati, tetapi harus dengan penuh kewaspadaan dan kebijaksanaan.

Tuhan Yesus ingin mencegah orang berpikiran bahwa dengan menyalahkan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, Ia solah-olah bermaksud merendahkan hukum Musa dan menjauhkan orang dari hukum Taurat. Tidak, Ia menegaskan bahwa Ia datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya.

Perhatikanlah, dalam mengkritik pejabat dan jabatannya, kita harus bijak supaya tidak menyalahkan pelayanan, karena yang bersalah adalah pelayannya dan bukan pelayanan itu sendiri.

Pemimpin yang benar adalah pemimpin yang lebih dulu membiarkan diri dipimpin oleh Allah, baru kemudian memimpin orang lain. Guru yang benar pun demikian. Lebih dari sekadar tahu kebenaran sebagai pengetahuan, guru harus lebih dulu tahu kebenaran sebagai pengalaman dan penghayatan nyata.