Jumat, 17 Maret 2017

19.50 -

Keluarga yang beribadah dalam roh dan kebenaran



Allah yang tampaknya jauh itu ternyata dekat dan dapat dijumpai oleh manusia di dunia ini

Perjumpaan itu terjadi di dalam ibadah yang dilangsungkan oleh umat yang percaya kepada Allah. Pada dasarnya ibadah merupakan bentuk perjumpaan antara Allah dan manusia, sehingga terjadi pergaulan yang mesra antara keduanya

- Henokh hidup bergaul dengan Allah, lalu ia tidak ada lagi, sebab ia telah diangkat Allah (Kej 5:24). Sebelum terangkat, ia berkenan kepada Allah (Ibr 11:5).

- Abraham disebut sahabat Allah karena ketika ia dipanggil taat, tatkala ia dicobai ... rela ... (Yak 2:23; Ibr 11:8, 17).

- Musa mendapat kasih karunia di hadapan Tuhan. Tuhan berbicara kepadanya dengan berhadapan muka seperti seorang berbicara kepada temannya. Musa diperbolehkan merasakan pengalaman istimewa dengan Allah, sekalipun tidak melihat wajah Allah langsung, hanya melihat punggung-Nya (Kel 33:11-12, 20-23).

Seperti seorang gembala Ia menggembalakan kawanan ternak-Nya dan menghimpunkannya dengan tangan-Nya; Anak-anak domba dipangku-Nya, induk-induk domba dituntun-Nya dengan hati-hati (Yes 40:11).

Allah demikian terlibat dalam kehidupan manusia di dunia. Manusia menyadari bahwa Allah yang berkuasa atas dirinya dan atas seluruh alam semesta. Ia sadar bahwa ia memerlukan bantuan dari yang ilahi dalam menjalani kehidupan di dunia ini

Dalam banyak kesempatan Allah hadir menjumpai manusia dan menolongnya. Tempat-tempat di mana Allah pernah hadir dan menjumpai manusia itu dipandang sebagai tempat yang suci. 

Tempat itu menjadi suci karena telah disucikan oleh kehadiran Allah. Kadang-kadang di tempat itu didirikan bangunan untuk mengenang kehadiran Allah.

Dalam Perjanjian Lama tempat paling penting dalam kaitannya dengan kehadiran Allah adalah Tabut Perjanjian

Di dalam Tabut Perjanjian tersimpan 

1. buli-buli emas berisi manna
2. tongkat Harun yang pernah bertunas 
3. loh-loh batu yang bertuliskan perjanjian (Tabut Hukum – Kel 25:22) (Ibr 9:4). 

Tabut yang mula-mula merupakan tempat penyimpanan Dasa Titah itu kemudian menjadi lambang Tuhan sendiri. Tidak dapat dipisahkan antara hukum dengan pemberi hukum. 

Jadi, Tabut berperan sebagai lambang kehadiran Tuhan di tengah bangsa Israel (Bil 10:35-36). Kehadiran Tuhan di Bait-Nya menjadi pusat dan pokok ibadat Israel. Berkat kehadiran-Nya, Israel menjadi bangsa terhormat dan terpilih antara bangsa yang lain (Kel 33:15). Dari dalam bait-Nya Tuhan melindungi umat yang dipilih-Nya.

Dalam Bait Allah yang dibangun sesudah pembuangan dan yang dibangun oleh Herodes tidak lagi diletakkan Tabut Perjanjian karena tabut itu rupanya hilang waktu tentara Babel menghancurkan Bait Allah Salomo. Bait Allah Herodes dihancurkan oleh tentara Roma pada tahun 70 M dan sesudah itu tidak pernah dibangun kembali.

Kehancuran Kerajaan Yehuda mendatangkan malapetaka bagi iman umat Israel. Bait Allah telah dihancurkan dan mereka sendiri terpaksa tinggal di negeri asing. Orang-orang yang dibuang ke Babel itu berusaha untuk mempertahankan iman kepercayaan mereka

Untuk itu mereka berkumpul untuk beribadah dan mendalami kembali keyakinan mereka akan Tuhan

Mula-mula (1) mereka berkumpul di rumah salah seorang warga, tetapi kemudian mereka (2) mendirikan bangunan khusus yang disebut sinagoga. Bangunan ini berkiblat ke Yerusalem (Dan 6:11). 

Dalam ibadat itu mereka (3) mengucapkan syema yang merupakan pengakuan iman Israel akan Allah mereka

Mereka pun (4) mendengarkan pembacaan Taurat. Pembacaan itu disusun menurut jadwal tertentu sehingga seluruh Taurat dibacakan. Sesudah itu, seorang yang hadir dalam ibadah di sinagoga itu diundang untuk memberikan uraian mengenai isi Taurat yang telah dibacakan itu

Selain itu mereka (5) menyampaikan doa-doa kepada Allah dan (6) menerima berkat Allah yang disampaikan oleh para imam.

Munculnya sinagoga ini memberikan warna baru dalam ibadah Israel. Perhatian umat dalam ibadah ini tidak diarahkan pada ritus atau tatacara kurban, tetapi pada pengangkatan pikiran dan hati umat pada Allah dan firman-Nya.

Marilah kita belajar dari Yoh 4:19-26

[19-20] Kata perempuan Samaria itu kepada-Nya: “... Nenek moyang kami menyembah di atas gunung ini, tetapi kamu katakan, bahwa Yerusalemlah tempat orang menyembah.” 

» Di masa lampau persoalan di mana Tuhan harus disembah merupakan persoalan yang dipandang serius. Seolah-olah keberadaan Allah dan kehadiran-Nya sangat bergantung pada tempat tertentu.

[21-22] Kata Yesus kepadanya: “Percayalah kepada-Ku, hai perempuan, saatnya akan tiba, bahwa kamu akan menyembah Bapa bukan di gunung ini dan bukan juga di Yerusalem. Kamu menyembah apa yang tidak kamu kenal, kami menyembah apa yang kami kenal, sebab keselamatan datang dari bangsa Yahudi.  

» Orang Samaria hanya menerima Taurat sebagai Kitab Suci mereka, dan tidak mempunyai kitab-kitab lain sehingga melakukan ibadah, tanpa mengetahui kepada siapa ibadah itu ditujukan. Mereka tidak memiliki pengalaman pribadi dengan Dia

Motivasi mereka beribadah semata-mata terdorong oleh rasa takut akan bahaya yang didatangkan oleh Allah yang berkuasa di Israel

Hal ini berbeda dengan yang terjadi di antara orang Yahudi: menyembah apa yang mereka kenal karena di masa lampau orang Yahudi mengalami Allah yang telah mengasihi mereka dengan membebaskan mereka dari perbudakan di Mesir dan memberikan kepada mereka Tanah Kanaan yang telah dijanjikan Allah kepada nenek moyang mereka. 

Pada zaman Daud Allah berjanji untuk membuat tahta dan kerajaan Daud kokoh untuk selamanya. Ketika kerajaan Daud itu pecah dan runtuh, orang Israel tetap percaya bahwa janji Allah kepada Daud itu akan dipenuhi (Rm 3:1; 9:4-5).

[23-24] Tetapi saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran; sebab Bapa menghendaki penyembah-penyembah demikian. 

Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran.” 

» Roh Kudus turun atas orang-orang yang menerima dan percaya pada pemberitaan tentang Yesus (Luk 1:35; Kis 19:6); dikaruniakan Allah kepada semua orang yang mentaati Dia (Kis 5:32; 1 Tes 4:8). 

Hanya mereka yang telah dilahirkan kembali dari roh dan hidup sebagai anak dalam hubungan dengan Bapa yang dapat menjadi penyembah-penyembah yang benar (Yoh 3:5; 1:12; 1 Yoh 3:1). 

Roh Kudus disebut Roh Kebenaran karena memimpin para murid Yesus ke dalam seluruh kebenaran

Kebenaran yang dimaksudkan adalah rahasia Allah sebagaimana disingkapkan oleh Yesus dan diingatkan oleh Roh (Yoh 16:13; 14:26). 

Menyembah Allah dalam roh dan Kebenaran berarti menyembah Allah karena digerakkan oleh Roh yang telah menyatakan kebenaran Allah.

(Sumber: Warta KPI TL No.126/X/2014 » Renungan KPI TL Tgl 11 September 2014, Dra Yovita Baskoro, MM).