Minggu, 26 Maret 2017

Penyangkalan diri

Pada waktu mengantar kedua anak saya ke pasar Atom, saya menerima telpon dari seksi liturgi GRK, katanya: “Bu, maaf sebelumnya ya … ini ada musibah dengan Fany, dia kehilangan HP Android-nya.” 

Mendengar berita itu saya langsung mau marah, tetapi saya disadarkan Tuhan agar tidak marah karena saat itu saya lagi berbicara dengan orang lain, dengan pertolongan-Nya saya berjuang mengatur ritme suara saya. 

Pesannya: “Bu, jangan marahi Fany ya … karena saat ini dia dalam keadaan shock” Jawab saya: “Oh, ya … terima kasih.”

Sebelum berangkat rekoleksi biasanya saya selalu mengingatkan berbagai macam hal. Tetapi baru kali ini saya lupa karena berbagai macam kesibukan. 

Demikian pula dengan suami saya, dia juga lupa untuk mengingatkan anak saya, padahal dia adalah seorang yang sistematis, sangat teliti dan tidak pernah lupa dengan segala macam hal.

Pada saat suami saya mengatakan lupa, barulah saya menyadari bahwa ada sesuatu yang harus saya pelajari. Lalu saya bertanya: “Tuhan, saya harus belajar apa dalam peristiwa ini?” Jawab-Nya: “Belajar penyangkalan diri untuk tidak marah.”

Lalu hati saya ditarik-Nya untuk memposisikan sebagai Fany, saya betul-betul merasakan sedih dan takut dalam menghadapi peristiwa ini. Sekian lama belajar kehidupan, baru kali inilah saya merasakannya.

Pada waktu pulang dari rekoleksi grup paguyuban lektor, Fany diantar teman-temannya. Sesudah teman-temannya pulang, dia langsung masuk kamar. 

Saya mau memanggilnya, tetapi dipikiran saya berkata “jangan, dia pasti takut karena baru kehilangan HP yang baru seminggu dipakainya.”

Saya mohon bimbingan-Nya, tiba-tiba meluncurlah kata-kata ini “Fany, ayo mandi dulu. Nanti kalau sudah selesai mandi ke kamar mami ya ...” 

Sungguh luar biasa penyertaan Tuhan pada keluarga kami, di saat kami mohon bimbingan-Nya, Dia memberikan pencerahan di dalam pikiran kami sehingga Fany dapat menceritakan peristiwa itu dengan lancar dan di hati saya tidak ada lagi kemarahan. 

Hidup persatuan rohani dengan Tuhan hanya dapat diutarakan oleh seorang yang pengalamannya dalam hal itu sungguh kaya dan mendalam.

(Sumber: Warta KPI TL No. 90/X/2011).