Minggu, 26 Maret 2017

Mujizat Ekaristi

Kurang lebih lima tahun yang lalu saya menderita endometriosis. Saya berobat ke dokter dan diberi obat untuk penyakit tersebut. Setelah satu setengah tahun berobat, penyakit saya dinyatakan sembuh oleh dokter. 

Tetapi dua tahun kemudian penyakit itu kambuh lagi bahkan juga terdapat myom, lalu dokter menganjurkan untuk operasi. 

Mengingat biaya yang besar dan sesudah operasi tidak dapat beraktifitas lagi seperti biasanya, maka saya tidak mau melakukan operasi.

Pada suatu hari saya mengunjungi teman saya yang menderita penyakit yang sama. Dia mengatakan bahwa minum obat endometreosis dalam jangka waktu yang lama akan mempunyai efek samping yaitu menderita osteoporosis. 

Ketika kontrol ke dokter, saya menanyakan hal itu, jawabnya: “Memang benar. Jangan kuatir, jika sudah menepouse, penyakit itu akan hilang dengan sendirinya.” Sejak saat itu saya tidak mau minum obat tersebut.

Karena saya tidak datang bulan selama empat bulan, maka saya kontrol lagi ke dokter. Setelah di USG, dokternya berkata: “Bu, ini hasil rekaman USG, ada bayinya, lihat sudah ada kepala, kaki dan tangannya.” 

Setelah mendengar itu, saya terkejut dan badan saya langsung lemas. Selain itu pikiran saya berkecamuk berbagai hal, salah satunya adalah udah tua kok hamil lagi. 

Lalu saya minta penegasan ulang, sambil tertawa terbahak-bahak dokternya mengatakan bahwa ada kekeliruan, hasil rekaman pasien sebelumnya belum dihapus. 

Maka saya di USG lagi, kata dokter: “Bu, myomnya sekarang sudah tidak ada lagi. Saya selalu mendoakan ibu agar tidak perlu dioperasi ” 

Mendengar itu saya sangat bersyukur karena telah mendapatkan mujizat yang luar biasa dan saya juga bersyukur dipertemukan dengan dokter yang baik hati sehingga dengan rela hati mendoakan pasiennya.

Sepulang dari dokter saya merenungkan peristiwa yang baru saja saya alami. Inilah hasil permenungannya: “Setiap menghadiri perayaan Ekaristi, sakit penyakit saya persembahkan kepada Tuhan

Pada suatu hari di pikiran saya diingatkan bahwa Tuhan Yesus tidak pernah menderita sakit. Selain itu saya juga diingatkan bahwa pada saat menerima Tubuh Kristus dan memakan-Nya, maka saya dipersatukan dengan Tubuh Kristus. 

Maka saya pun dapat sembuh oleh karena-Nya. Jadi, setiap kali menghadiri perayaan Ekaristi, saya benar-benar mengimani bahwa melalui Tubuh Kristus saya juga disembuhkan dari sakit penyakit saya. 

(Sumber: Warta KPI TL No. 95/III/2012.













Jika iman itu tidak disertai perbuatan,

maka iman itu pada hakekatnya adalah mati (iman yang kosong).



(Yak 2:17, 20)