22.01 -
*Liturgi*
Mengintip Tuhan datang
Jika pohon setiap hari disiram dengan air dan diwaktu-waktu tertentu diberi pupuk, maka pohon tersebut akan bertumbuh menjadi besar. Hal ini terjadi karena terbentuknya cincin pertumbuhan, setiap tahun akan terbentuk satu cincin.
Demikian juga dalam Gereja Katolik, setiap tahun ada masa adven, masa menantikan kedatangan Tuhan.
Sebagai persiapan ibadat disediakan Corona (Lingkaran Adven). Karangan tersebut selalu (1) berbentuk lingkaran. Karena lingkaran ini tidak mempunyai awal dan tidak mempunyai akhir, maka lingkaran melambangkan Tuhan yang abadi, tanpa awal dan akhir.
Lingkaran adven selalu dibuat dari (2) daun-daun evergreen. Dahan-dahan evergreen, sama seperti namanya “ever green” – senantiasa hijau, senantiasa hidup. Evergreen (a) melambangkan Kristus, yang mati namun hidup kembali untuk selamanya. Evergreen juga (b) melambangkan keabadian jiwa kita.
Kristus datang ke dunia untuk memberikan kehidupan yang tanpa akhir bagi kita. Tampak tersembul di antara daun-daun evergreen yang hijau adalah (3) buah-buah beri merah. Buah-buah itu serupa tetesan-tetesan darah, melambangkan darah yang dicurahkan oleh Kristus demi umat manusia.
Buah-buah itu mengingatkan kita bahwa Kristus datang ke dunia untuk wafat bagi kita dan dengan demikian menebus kita. Oleh karena Darah-Nya yang tercurah itu, kita beroleh hidup yang kekal.
(4) Empat batang lilin diletakkan sekeliling Lingkaran Adven, (a) tiga lilin berwarna ungu (melambangkan pertobatan) dan (b) satu lilin berwarna merah muda (melambangkan adanya sukacita di tengah masa pertobatan karena sukacita Natal hampir tiba).
Pada kaki setiap lilin, ditempatkan sebuah (5) mangkuk berwarna biru. Warna biru mengingatkan kita pada Bunda Maria, Bunda Allah, yang mengandung-Nya di dalam rahimnya serta melahirkanNya ke dunia pada hari Natal.
Ada sebuah kampung yang tiba-tiba suatu malam semua penduduknya kena penyakit aneh, penyakitnya adalah “lupa”, bapak-bapak lupa di mana tempat kerjanya, bahkan lupa istrinya sendiri; ibu-ibu lupa bagaimana memasak, mencuci piring, mempersiapkan makanan; anak-anak juga lupa pergi ke sekolah atau ke gereja. Jadi situasi benar-benar kacau balau.
Untungnya ada seorang pemuda yang tidak terkena penyakit tersebut. Oleh karena itu dia mulai mengumpulkan bapak-bapak, ibu-ibu dan anak-anak, dia mengajari mereka agar tidak lupa dengan identitas dan kewajibannya.
Demikian pula dengan manusia, seringkali manusia lupa bahwa diciptakan segambar dengan-Nya. Untuk menghindari penyakit lupa tersebut, maka Allah Bapa mengutus Putera-Nya untuk memberikan teladan kepada manusia agar menjadi manusia yang berkenan di hadapan-Nya.
Manusia pertama diciptakan sebagai makhluk yang baik dan ditempatkan dalam persahabatan dengan Penciptanya dan dalam keselarasan dengan diri sendiri dan dengan ciptaan yang berada di sekitarnya (KGK 374).
Digoda oleh setan, manusia membiarkan kepercayaan akan Penciptanya mati (Kej 3:1-10) di dalam hatinya, menyalahgunakan kebebasannya dan tidak mematuhi perintah Allah. Di situlah terletak dosa pertama manusia (Rm 5:19). Sesudah itu tiap dosa merupakan ketidaktaatan kepada Allah dan kekurangan kepercayaan akan kebaikan-Nya (KGK 397).
Walaupun dirusakkan oleh dosa dan kematian, namun manusia tetap diciptakan “menurut citra Allah”, menurut citra Putera, tetapi ia sudah kehilangan “kemuliaan Allah” (Rm 3:23), dan “keserupaan dengan Dia sudah dirampas.
Dengan janji yang diberikan kepada Abraham, dimulailah tata keselamatan. Allah menjanjikan keturunan kepada Abraham sebagai buah iman dan kekuasaan Roh Kudus (Bdk. Kej 18:1-15; Luk 1:26-38, 54-55; Yoh 1:12-13; Rm 4:16-21). Keturunan ini adalah Kristus (Gal 3:16).
Injil masih tertutup untuk orang-orang yang tidak percaya, sehingga mereka tidak melihat cahaya Injil tentang kemuliaan Kristus, yang adalah gambaran Allah (2 Kor 4:3-4).
Untuk percaya kepada Allah yang Mahabesar, orang spontan percaya, tidak perlu diajar. Tetapi untuk percaya pada Allah yang menjadi makin kecil seperti yang diajarkan Yesus, iman Kristiani, kita perlu belajar.
Walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib (Flp 2:6-8)
Marilah kita belajar dari Yohanes Pembaptis (lih.[Mat 3:1-12] Sang Juruselamat segera datang) dan Bunda Maria (Luk 1:26-45):
[26-38] Dalam bulan yang keenam Allah menyuruh malaikat Gabriel pergi ke sebuah kota di Galilea bernama Nazaret, ... ketika malaikat itu masuk ke rumah Maria, ia berkata: “Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau.” ...
Jawab malaikat itu kepadanya: “Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah. Dan sesungguhnya, Elisabet sanakmu itu, ia pun sedang mengandung seorang anak laki-laki pada hari tuanya. Inilah bulan yang keenam bagi dia, yang disebut mandul itu ...”
Jawab malaikat itu kepadanya: “Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah. Dan sesungguhnya, Elisabet sanakmu itu, ia pun sedang mengandung seorang anak laki-laki pada hari tuanya. Inilah bulan yang keenam bagi dia, yang disebut mandul itu ...”
[39-45] Beberapa waktu kemudian berangkatlah Maria dan langsung berjalan ke pegunungan menuju ke sebuah kota di Yehuda.
Di situ ia masuk ke rumah Zakharia dan memberi salam kepada Elisabet. Dan ketika Elisabet mendengar salam Maria, melonjaklah anak yang di dalam rahimnya dan Elisabet penuh dengan Roh Kudus, lalu berseru dengan suara nyaring: “Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu. ...”
» Ketika Maria menerima salam dari malaikat, dia merasakan damai. Dia langsung berjalan ke rumah saudaranya untuk membagikan kabar gembira yang didapatkannya.
Ketika Maria memberi salam, berkat tercurah bagi Elisabet dan anak yang dikandungnya. Lalu Elisabet memuji Allah. Sesudah itu mereka saling memperlihatkan karya Tuhan. Ketika kita mendengar kabar gembira, kita juga harus melangkah untuk membagikan berkat bagi sesama kita.
Di situ ia masuk ke rumah Zakharia dan memberi salam kepada Elisabet. Dan ketika Elisabet mendengar salam Maria, melonjaklah anak yang di dalam rahimnya dan Elisabet penuh dengan Roh Kudus, lalu berseru dengan suara nyaring: “Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu. ...”
» Ketika Maria menerima salam dari malaikat, dia merasakan damai. Dia langsung berjalan ke rumah saudaranya untuk membagikan kabar gembira yang didapatkannya.
Ketika Maria memberi salam, berkat tercurah bagi Elisabet dan anak yang dikandungnya. Lalu Elisabet memuji Allah. Sesudah itu mereka saling memperlihatkan karya Tuhan. Ketika kita mendengar kabar gembira, kita juga harus melangkah untuk membagikan berkat bagi sesama kita.
(Sumber: Warta KPI TL No.128/XII/2014 » Renungan KPI TL Tgl 4 Desember 2014, Romo Ig. Budiono, O.Carm; Lingkaran Adven: Lambang dan Maknanya, Indocell.net).