Senin, 27 Maret 2017

Kupu-kupu



Ada sebuah kisah tentang seorang pria yang menemukan seekor ulat. Ia memutuskan untuk memelihara mahkluk mungil tersebut dan memperhatikan transformasinya menjadi kupu-kupu. 

Tentu saja, dalam beberapa hari ulat tersebut mulai memintal kepompongnya. Laki-laki tersebut memandanginya dengan penuh kekaguman saat semuanya dikerjakan sampai tertutup. Kemudian ia menunggu. Dan menunggu.


Akhirnya setelah beberapa minggu berlalu, laki-laki itu memperhatikan sang kupu-kupu mulai muncul dari kepompong itu. 



Namun demikian, rasa tertariknya berubah menjadi cemas saat ia melihat makhluk kecil itu berjuang keras untuk mengeluarkan dirinya. Karena merasa terharu, ia memutuskan menolong. Dengan menggunakan sebuah pisau kecil ia memotong dinding kepompong itu, sehingga kupu-kupu itu bisa keluar dengan cepat dan mudah



Namun rasa senangnya segera berubah menjadi kesedihan karena makhluk cantik itu sekarang menemui kesulitan untuk terbang. Saudara tahu, kan, kupu-kupu memperkuat sayapnya lewat proses mendorong dan berjuang melawan dinding kepompong

Saat mereka keluar, ada cairan yang mengalir ke sayap dan tubuh mereka, memberikan unsur yang diperlukan untuk terbang. Dengan memotong kepompong tersebut, laki-laki itu menutup kesempatan yang dibutuhkan oleh kupu-kupu tersebut untuk berjuang dan bertumbuh menjadi kuat atas perjuangannya sendiri.

Kadang kala sebagai ortu memperlakukan anak-anak kita seperti kupu-kupu itu.

Bagaimana mereka bisa menumbuhkan iman yang mereka butuhkan untuk mengatasi badai kehidupan yang tak menguntungkan? Bagaimana mereka bisa belajar mendekat kepada Tuhan sebagai, “perlindungan dan kekuatan, sebagai penolong dalam kesesakan (Mzm 46:2).

Ujian imanmu itu menghasilkan ketekunan..., supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apapun (Yak 1:2-4).

Kesulitan bisa datang tanpa di duga sebelumnya. Namun sementara kita bisa terkejut oleh berbaliknya keadaan. Tuhan memberikan pengalaman yang tak terencana itu untuk alasan-alasan yang tidak kita ketahui. 

Pertumbuhan spiritual selalu datang dari perjuangan. Biarkan Tuhan menggunakan kesempatan ini untuk memoles saudara, menyempurnakan saudara, melengkapi pekerjaan yang telah Ia mulai dalam hidup saudara. Tuhan menetapkan langkah-langkah orang yang hidupnya berkenan kepada-Nya; apabila ia jatuh, tidaklah sampai tergeletak, sebab Tuhan menopang tangannya (Mzm 37:23-24).

(Sumber: Warta KPI TL No. 16/VIII/2005).


Kepompong kupu-kupu

Seorang anak kecil menemukan kepompong seekor kupu-kupu. Suatu hari lubang kecil muncul. Anak itu duduk dan mengamati dalam beberapa jam ketika kupu-kupu itu berjuang dengan memaksa dirinya melewati lubang kecil itu. Kemudian kupu-kupu itu berhenti membuat kemajuan. Kelihatannya kupu-kupu itu telah berusaha semampunya dan dia tidak bisa lebih jauh lagi. 

Akhirnya anak tersebut memutuskan untuk membantunya. Diambilnyalah sebuah gunting dan memotong sisa kekangan dari kepompong itu. Kupu-kupu tersebut keluar dengan mudahnya. 

Namun, kupu-kupu itu mempunyai tubuh gembung dan kecil serta sayap-sayap mengkerut. Anak itu terus mengamatinya karena dia berharap, bahwa pada suatu saat sayap-sayap itu akan mekar dan melebar sehingga mampu menopang tubuh si kupu-kupu. 

Sayang, semuanya tak pernah terjadi. Kenyataannya kupu-kupu itu menghabiskan sisa hidupnya merangkak di sekitarnya dengan tubuh gembung dan sayap-sayap mengkerut. Kupu-kupu itu tak pernah bisa terbang. 

Yang tidak dapat dimengerti oleh anak itu adalah kegunaan kepompong yang menghambat kupu-kupu itu untuk keluar melewati lubang kecil. Kegunaannya adalah untuk memaksa keluar cairan dari tubuh kupu-kupu itu ke sayap-sayapnya sedemikian rupa sehingga sayap kupu-kupu itu akan siap terbang begitu dia memperoleh kebebasan dari kepompong tersebut. 

Perjuangan diperlukan dalam hidup kita. Jika Tuhan membiarkan kita hidup tanpa hambatan, mungkin itu akan “melumpuhkan” kita. Kita mungkin tidak sekuat yang semestinya kita mampu. Kita mungkin tidak akan pernah dapat “terbang”. 

Selalu ada rencana terbaik di balik setiap ujian hidup yang Tuhan ijinkan menimpa kita. Hidup kita ibarat emas dan begitu berharga di mata Tuhan. Jika Tuhan “membakar” hidup kita, Dia tidak bermaksud menghancurkannya. 

Dia ingin mendapati kualitas iman yang teruji, yang murni, sebuah kehidupan yang tanpa cela di hadapan-Nya. 

Karena Ia tahu jalan hidupku; seandainya Ia menguji aku, aku akan timbul seperti emas (Ayb 23:10).

(Sumber: Warta KPI TL No. 162/X/2018 » Renungan dan ilustrasi Kristen)