Kamis, 16 Maret 2017

06.17 -

Hati nurani



"Di lubuk hati nuraninya manusia menemukan hukum. yang tidak diterimanya dari dirinya sendiri. tetapi harus ditaatinya. 

Suara hati itu selalu menyerukan kepadanya untuk mencintai dan melaksanakan apa yang baik, dan untuk menghindari apa yang jahatBilamana perlu. suara itu menggemakan dalam lubuk hatinya: jauhkanlah ini, elakkanlah itu. 

Sebab dalam hatinya manusia menemukan hukum yang ditulis oleh Allah. Martabatnya ialah mematuhi hukum itu, ... Hati nurani ialah inti manusia yang paling rahasia. sanggar sucinya; di situ ia seorang diri bersama Allah. yang sapaan-Nya menggema dalam batinnya" (GS 16).

Di dalam lubuk hati seseorang bekerjalah hati nurani (Bdk. Rm 2:14-16). Pada waktu tertentu ia memberi perintah untuk melakukan yang baik dan mengelakkan yang jahat

Ia juga menilai keputusan konkret. di mana ia menyetujui yang baik dan menolak yang jahat (Bdk. Rm 1:32). Ia memberi kesaksian tentang kebenaran dalam hubungan dengan kebaikan tertinggi. yaitu Allah

Oleh siapa manusia ditarik, dan hukum-hukum siapa manusia terima. Kalau ia mendengar hati nuraninyamanusia yang bijaksana dapat mendengar suara Allah, yang berbicara di dalamnya.

Hati nurani adalah keputusan akal budi, di mana manusia mengerti apakah satu perbuatan konkret yang ia rencanakan. sedang dilaksanakan. atau sudah dilaksanakan. baik atau buruk secara moral. 

Dalam segala sesuatu yang ia katakan atau lakukan, manusia berkewajiban mengikuti dengan saksama apa yang ia tahu. bahwa itu benar dan tepat. Oleh keputusan hati nurani manusia mendengar dan mengenal penetapan hukum ilahi.

Hati nurani adalah "hukum roh" dan juga suatu "bisikan langsung", dalamnya terdapat juga "gagasan pertanggungjawaban. kewajiban. ancaman. dan janji ... ia adalah utusan dari Dia, yang berbicara kepada kita baik di dalam alam maupun di dalam rahmat di balik satu selubung dan mengajar serta memerintah kita melalui wakil-wakil-Nya. Hati nurani adalah wakil Kristus yang asli" (J. H. Newman. Surat kepada Pangeran Norfolk 5).

Supaya dapat mendengarkan dan mengikuti suara hati nurani, orang harus mengenal hatinya sendiri. Upaya mencari kehidupan batin menjadi lebih penting lagi, karena kehidupan sering kali mengalihkan perhatian kita dari setiap pertimbangan, dari pemeriksaan diri atau dari introspeksi.

"Masuklah ke dalam hati nuranimu dan tanyakanlah dia! ... Masuklah ke dalam batinmu. saudara-saudara! Dan di dalam segala sesuatu yang kamu lakukan, berusahalah agar Allah adalah saksimu" (Agustinus, ep. Jo. 8, 9).

Martabat pribadi manusia mengandung dan merindukan bahwa hati nurani menilai secara tepat. Hati nurani mencakup: memahami prinsip-prinsip moral. melaksanakannya dengan menilai alasan-alasan dan kebaikan-kebaikan seturut situasi tertentu. dan akhirnya menilai perbuatan konkret yang akan dilaksanakan atau sudah dilaksanakan

Keputusan hati nurani yang bijaksana mengakui secara praktis dan konkret kebenaran mengenai yang baik secara moral. yang dinyatakan dalam hukum akal budi. Seorang manusia yang memilih sesuai dengan keputusan ini disebut bijaksana.

Hati nurani memungkinkan untuk menerima tanggung jawab atas perbuatan yang telah dilakukan. Kalau manusia telah melakukan yang jahat. maka keputusan hati nuraninya yang tepat dapat tetap memberi kesaksian bahwa kebenaran moral berlaku, sementara keputusannya yang konkret itu salah. 

Rasa bersalah seturut keputusan hati nurani merupakan jaminan bagi harapan dan belas kasihan. Dengan membuktikan kesalahan pada perbuatan yang dilakukan ini, keputusan hati nurani itu mengajak supaya memohon ampunselanjutnya melakukan yang baik dan supaya dengan bantuan rahmat Allah mengembangkan kebajikan secara terus-menerus.

"Kita boleh menenangkan hati kita di hadapan Allah, sebab jika dituduh olehnya. Allah adalah lebih besar daripada hati kita serta mengetahui segala sesuatu" (1 Yoh 3:19-20).

Hati nurani harus dibentuk dan keputusan moral harus diterangi. Hati nurani yang dibentuk baik dapat memutuskan secara tepat dan benar. Dalam keputusannya ia mengikuti akal budi dan berorientasi pada kebaikan yang benar. yang dikehendaki oleh kebijaksanaan Pencipta. Bagi kita manusia yang takluk kepada pengaruh-pengaruh yang buruk dan selalu digoda untuk mendahulukan kepentingan sendiri dan menolak ajaran pimpinan Gereja. pembentukan hati nurani itu mutlak perlu.

Pembentukan hati nurani adalah suatu tugas seumur hidup; menjamin kebebasan dan mengantar menuju kedamaian hati. Sudah sejak tahun-tahun pertama ia membimbing seorang anak untuk mengerti dan menghayati hukum batin yang ditangkap oleh hati nurani. Satu pendidikan yang bijaksana mendorong menuju sikap yang berorientasi pada kebajikan. Ia memberi perlindungan terhadap dan membebaskan dari perasaan takut. dari ingat diri dan kesombongan. dari perasaan bersalah yang palsu. dan rasa puas dengan diri sendiri. yang semuanya dapat timbul oleh kelemahan dan kesalahan manusia.

Dalam pembentukan hati nurani. Sabda Allah adalah terang di jalan kita. Dalam iman dan doa kita harus menjadikannya milik kita dan melaksanakannya. Kita juga harus menguji hati nurani kita dengan memandang ke salib Tuhan. sementara itu kita dibantu oleh anugerah Roh Kudus dan kesaksian serta nasihat orang lain dan dibimbing oleh ajaran pimpinan Gereja (Bdk. DH 14).

Dihadapkan kepada suatu keputusan moral. hati nurani dapat memutuskan dengan tepat dalam kesesuaian dengan akal budi dan dengan hukum ilahi atau dapat keliru. kalau tidak berpegang pada kedua-duanya.

Kadang-kadang manusia dihadapkan kepada situasi yang membuat penilaian hati nurani menjadi tidak aman dan keputusan menjadi sulit. Tetapi ia selalu harus mencari yang benar dan yang baik dan mengetahui kehendak Allah. yang nyata kelihatan dalam hukum ilahi.

Untuk maksud ini manusia berusaha menafsirkan secara tepat pengalamannya sendiri dan tanda-tanda zaman dengan bantuan kebajikan kebijaksanaan. nasihat para pakar serta dengan bantuan Roh Kudus dan anugerah-anugerahNya.

Manusia selalu harus mengikuti keputusan yang pasti dari hati nuraninya. Kalau ia dengan sengaja bertindak melawannya. ia menghukum diri sendiri. Tetapi dapat juga terjadi karena ketidaktahuan. hati nurani membuat keputusan yang keliru mengenai tindakan yang orang rencanakan atau sudah lakukan.

Sering kali manusia yang bersangkutan itu sendiri turut menyebabkan ketidaktahuan ini, karena ia "tidak peduli untuk mencari apa yang benar serta baik. dan karena kebiasaan berdosa hati nuraninya lambat laun hampir menjadi buta" (GS 16). Dalam hal ini ia bertanggung jawab atas yang jahat. yang ia lakukan.

Ketidaktahuan mengenai Kristus dan InjilNya. contoh hidup yang buruk dari orang lain. perbudakan oleh nafsu. tuntutan atas otonomi hati nurani yang disalahartikan. penolakan otoritas Gereja dan ajarannya. kurang rela untuk bertobat dan untuk hidup dalam cinta kasih Kristen. dapat merupakan alasan untuk membuat keputusan salah dalam tingkah laku moral.

Sebaliknya. kalau ketidaktahuan itu tidak dapat diatasi atau kalau yang bersangkutan tidak bertanggung jawab atas keputusan yang salah. maka perbuatannya yang buruk tidak dapat dibebankan kepadanya. Walaupun demikian. hal ini tetap tinggal sesuatu yang jahat. satu kekurangan. satu gangguan. Karena alasan ini. maka kita harus berikhtiar supaya menghilangkan kekeliruan hati nurani.

Hati nurani yang baik dan murni diterangi oleh iman yang benar. karena cinta kasih Kristen timbul sekaligus "dari hati yang suci. dari hati nurani yang murni dan dari iman yang tulus ikhlas" (1 Tim 1:5; Bdk. 1 Tim 3:9; 2 Tim 1:3; 1 Pet 3:21; Kis 24:16).

(Sumber: Warta KPI TL No. 123/VII/2014 » KGK 1776-1802).