05.39 -
*Kitab Suci*
Keluarga yang beribadah dalam sabda
Ibadah yang dilakukan di dalam keluarga merupakan kesempatan yang sangat baik untuk memperkenalkan Tuhan kepada anak-anak dan untuk mendidik mereka dalam iman akan Tuhan. Dalam pembinaan iman, Kitab Suci adalah sarana dan sumber utama iman Kristiani.
Tidak mengenal Kitab Suci berarti tidak mengenal Kristus (St. Hieronimus)
Gereja Katolik menempatkan keempat Injil sebagai kitab yang utama karena kisah hidup dan ajaran Yesus. Semakin banyak membaca Injil, kita akan mengenal Kristus dengan lengkap. Karena itu, ketika membaca kisah-Nya, baiklah kita mengajukan pertanyaan: Apa yang dikatakan perikop ini mengenai Yesus? Apa yang dapat saya teladan dari Yesus dalam perikop tersebut? Atau apa yang diajarkan Yesus dalam perikop tersebut”
Bila Alkitab dibacakan dalam gereja, Allah sendirilah yang bersabda kepada umat-Nya, dan Kristus mewartakan kabar baik, sebab Ia hadir dalam sabda itu (PUMR 29).
Allah telah mempersatukan suami dan istri dalam ikatan perkawinan dan menghendaki mereka untuk membangun keluarga yang setia kepada-Nya.
Dalam perjalanan hidup berkeluarga, Allah tetap menyertai keluarga itu dan membimbingnya.
Ketika seluruh anggota keluarga berkumpul dan Kitab Suci dibacakan, Allah hadir dan menyampaikan Sabda-Nya kepada seluruh anggota keluarga: kepada setiap anggota sebagai pribadi dan sebagai keluarga.
Melalui Kitab Suci Allah menyapa keluarga, menyampaikan kehendak-Nya, dan membimbing keluarga tersebut. Melalui Sabda yang dibaca dan direnungkan, Allah telah berbicara kepada seluruh anggota keluarga.
Sebagai tanggapan atas Sabda-Nya, seluruh anggota keluarga menyampaikan doa-doa kepada Allah. Doa-doa itu dapat berupa pujian, ucapan syukur, maupun permohonan.
Tetapi, semua mengambil inspirasi dari Sabda yang telah direnungkan sehingga sungguh-sungguh menjadi tanggapan atas Sabda yang telah disampaikan Allah. Untuk itu orang tua perlu membantu anaknya untuk mengungkapkan isi hatinya kepada Tuhan.
Dengan demikian, keluarga juga menjadi sekolah doa bagi anak-anak yang lahir di dalamnya. Dalam hal ini, orang tua menjadi guru doa bagi anak-anaknya.
Karena martabat serta perutusannya, orang tua Kristiani mengemban tanggung jawab khas membina anak-anak mereka dalam doa, sambil mengajak mereka menemukan secara berangsur-angsur misteri Allah dan berwawancara secara pribadi dengan-Nya (Santo Yohanes Paulus II).
(Sumber: Warta KPI TL No.126/X/2014 » Renungan KPI TL Tgl 14 Agustus 2014, Dra Yovita Baskoro, MM).