Jumat, 24 Maret 2017

20.58 -

Hati nurani menuduh

Setiap pagi saya mengikuti Misa harian di Gereja Roh Kudus. 

Pada suatu hari saya marah, sakit hati dan dendam dengan seseorang. Sejak saat itu hidup saya resah, setiap malam saya tidak bisa tidur. 

Demikian pula pada saat mengikuti Misa, hati nurani dan pikiran saya saling menuduh atau saling membela mengenai "boleh atau tidak untuk menyambut Tubuh Kristus". 

Pikiran saya mengatakan "boleh" karena saya sudah melakukan "Doa Tobat".

Isi hukum Taurat ada tertulis di dalam hati mereka dan suara hati mereka turut bersaksi dan pikiran mereka saling menuduh atau saling membela (Rm 2:15).

Pada saat mengikuti Misa, tiba-tiba saya tidak dapat merespon percakapan yang ada disekitar saya.

Menurut cerita anak saya: saya tidak sadarkan diri lalu digotong ke pasturan dan hendak diberi komuni oleh Romo Kadek tetapi saya tidak bisa meresponnya. 

Lalu saya diantar oleh Bapak Tony ke UGD HCOS dengan mobilnya. Di sana saya diberi infus. Ketika infus hampir habis, saya mendengar teriakan pak Tony "Bu Tidjab sudah sadar." 

Lalu saya disuntik lagi, kira-kira satu jam kemudian saya benar-benar sudah sadar, dapat duduk dan berjalan. Menurut cerita pak Tony: pada saat hendak ke Misa dia dan istrinya berencana naik sepeda motor, tetapi di dalam hatinya ingin naik mobil, maka dia memutuskan membawa mobilnya.

Sungguh saya sangat bersyukur mempunyai Allah yang hidup. Meskipun saya dalam keadaan berdosa, Dia sangat mengasihi saya dengan menyediakan sarana sehingga penyakit saya dapat segera ditangani dan saya tidak mengalami stoke. Ini adalah salah satu mujizat kesembuhan yang saya alami. 

Jikalau hati kita tidak menuduh kita, maka kita mempunyai keberanian percaya untuk mendekati Allah (1 Yoh 3:21).

(Sumber: Warta KPI TL No. 98/VI/2012).