Jumat, 17 Maret 2017

Ibadah dan kehidupan



Ibadah itu kalau disertai rasa cukup, memberi keuntungan besar (1 Tim 6:6).

Jangan pernah berpikir bahwa ibadah kita kepada Tuhan akan membuat-Nya melimpahi kita dengan berbagai berkat materi, dan juga bukan merupakan balas jasa yang wajib diberikan oleh Tuhan atas usaha kita.

Kasih dan kepercayaan kepada Allah adalah akar dari segala rasa cukup, yang menumbuhkan sukacita dan membuat kita mendapatkan hidup berkemenangan saat ini, juga dikehidupan yang akan datang.

Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Tuhan (1 Kor 10:31).

(Sumber: Warta KPI TL No.137/IX/2016).




Kata Ibrani “abodahmulanya menunjuk pada pekerjaan yang dilakukan oleh budak bagi tuannya

Ibadah kepada Allah mengungkapkan pengakuan mereka kepada Allah yang menjadi pemilik dan penguasa mereka

Dalam ibadah manusia menyampaikan 

1. kurban dan persembahan kepada Allah
2. pengakuan akan kekuasaan Allah, menegaskan kesediaan untuk hidup sebagai umat dan hamba-Nya
3. memohon berkat-Nya.

Ibadah dapat dilakukan secara pribadi maupun bersama sebagai satu jemaat (Kej 24:26; Kel 33:10; 1 Taw 29:20). 

Allah yang tak terhampiri namun sangat dekat itu dapat berjumpa dengan manusia itu di tempat suci: Allah dapat menjumpai manusia, dan manusia dapat menjumpai-Nya

Perjumpaan manusia dengan Allah di tempat suci itu diatur dengan tatanan tertentu yang disebut ibadah

Dalam Perjanjian Lama pada umumnya ibadah hanya dapat dilakukan di tempat-tempat suci karena itu manusia mempersembahkan kurban bagi Allah dengan berbagai tujuan

Mereka bersyukur atas semua yang telah diberikan oleh Allah kepada mereka dan memohon pengampunan dosa. Dalam perjumpaan itu mereka juga merayakan pekerjaan yang telah dilakukan Allah bagi mereka di masa lampau.

Ketika Bait Allah dihancurkan, bangsa Israel tidak memiliki tempat ibadah lagi. Tetapi tidak menghalangi ibadah mereka. Mereka mendirikan sinagoga di banyak tempat sehingga mereka dapat berkumpul, berdoa, dan membaca Kitab Suci.

Pada zaman para nabi hari-hari raya keagamaan dilangsungkan dengan meriah. Pelayanan di Bait Allah diatur dengan baik. Ibadah mereka disertai dengan nyanyian-nyanyian meriah dan kepada Tuhan dipersembahkan kurban yang tak terbilang banyaknya. Orang-orang yang percaya pada Allah mengunjungi tempat-tempat itu untuk menghadap hadirat Allah. Karena itu, orang harus sungguh-sungguh mempersiapkannya (Kej 35:1-5).

Di Mesir keturunan Yakup telah berkembang jumlahnya dan menjadi sebuah bangsa. Merekalah yang dipilih Tuhan untuk menerima janji yang telah disampaikan-Nya kepada nenek moyang mereka

Tuhan membebaskan bangsa budak yang lemah dan tertindas itu dari Mesir dan mengangkat mereka menjadi umat-Nya

Karena telah diangkat menjadi umat Tuhan, Israel hanya mengabdi dan beribadah kepada-Nya. Tidak dibenarkan bila mereka pergi untuk menyembah dewa-dewi lain.

Setiap laki-laki Israel memiliki kewajiban untuk menghadap ke hadirat Tuhan tiga kali dalam setahun. Janganlah orang menghadap kehadirat-Nya dengan tangan hampa (Kel 23:15, 17). 

Peristiwa pembebasan dari Mesir, pemberian Hukum, dan perjalanan di padang gurun itu telah melahirkan berbagai bentuk ibadah yang dirayakan oleh umat Israel.

Hari Raya Paskah dan Roti Tak Beragi – untuk mengenangkan peristiwa pembebasan itu.

Hari Raya Tujuh Minggu – untuk mengenangkan pemberian Hukum Taurat itu.

Hari Raya Pondok Daun – untuk mengenangkan perjalanan di padang gurun.

Pemberian Tanah Kanaan juga melahirkan bentuk ibadah yang lain. Karena Allah sendiri yang telah merebutnya, jelas bahwa tanah itu milik Allah dan orang Israel hanya penggarapnya

Dalam ibadah Israel kurban kepada Tuhan memegang peranan penting

Pada mulanya kurban persembahan itu merupakan

1. ungkapan pengakuan akan Tuhan sebagai pemilik tanah Israel yang sesungguhnya, sedangkan mereka sendiri sebenarnya hanya penggarapnya

Sebagai persembahan, kurban itu seperti pajak yang dibayarkan kepada raja. Gagasan ini tidak hanya berakar pada pemahaman mengenai Allah sebagai raja, tetapi juga pemahaman bahwa Allah yang menyelenggarakan seluruh bumi, layak mendapatkan persembahan

Kurban juga dipersembahkan 
2. untukmenyediakan makananbagi Allah (Bdk. Kel 24:5-6; Im 3:14). 

Pada zaman dulu orang percaya bahwa para dewa dan makhluk ilahi hidup dari makanan dan minuman khusus dari sorga

Ketika mereka datang ke dunia dan berada bersama manusia, mereka memerlukan makanan untuk menyegarkan diri mereka, yakni darah dan lemak dari binatang-binatang, yang diyakini mengandung kehidupan dan tenaga

Dalam agama Israel, makanan harian untuk Allah di bumi ini disediakan dengan membakar daging binatang, bersama gandum, garam, anggur dan minyak (Ezr 6:9). 

Kurban persembahan kepada Tuhan juga menjadi 
3. ungkapan syukur dari seorang yang nazarnya telah dipenuhi (Im 7:16-17; Bil 15:3; Ul 23:21-23).

Dalam perkembangan selanjutnya kurban persembahan 

1. untuk memohon pengampunan dosa
2. mendamaikan kembali hubungan antara Allah dan manusia yang retak akibat dosa. 

Orang Yahudi percaya bahwa hubungan dengan yang tidak suci, baik fisik maupun moral, membuat orang tidak suci dan tidak layak untuk hadir menghadap Allah dalam ibadah. 

Karena itu, orang-orang yang mengalami hal itu perlu mempersembahkan kurban agar dirinya disucikan kembali dan layak untuk mengambil bagian dalam ibadah. 

Marilah kita belajar dari Am 5:21-24

[21-23] Aku membenci, Aku menghinakan perayaanmu dan Aku tidak senang kepada perkumpulan rayamu. Sungguh, apabila kamu mempersembahkan kepada-Ku korban-korban bakaran dan korban-korban sajianmu, Aku tidak suka, dan korban keselamatanmu berupa ternak yang tambun, Aku tidak mau pandang. Jauhkanlah dari pada-Ku keramaian nyanyian-nyanyianmu, lagu gambusmu tidak mau Aku dengar 

» Perjumpaan bangsa Israel dengan bangsa-bangsa Kanaan telah mempengaruhi cara pandang mereka terhadap ibadah kepada Tuhan

Tujuan mereka beribadah bukan lagi untuk mengungkapkan bakti kepada-Nya, tetapi untuk memenuhi kepentingan dan cita-cita mereka sendiri: kekayaan, kesejahteraan, kejayaan, dan kekuasaan

Mereka memuji Allah dalam perayaan dan mempersembahkan kurban kepada-Nya supaya Ia merasasenanglalu mau melakukan apa saja yang mereka inginkan

Akibatnya, orang-orang kaya yang merasa diri dapat mempersembahkan kurban banyak, bisa berbuat dosa semaunya dan sesudahnya mereka dapat mempersembahkan kepada Tuhan supaya Ia tidak murka terhadap mereka

Jadi, praktek ibadah yang dilakukan seolah-olah hanya untuk menutup mata Tuhan. Sebenarnya ibadah itu hanya menyenangkan diri mereka sendiri, dan sama sekali tidak berkenan pada Allah

Mereka telah berlaku jahat baik dalam bidang sosial maupun dalam bidang keagamaan, tetapi mereka beranggapan bahwa mereka tidak akan ditimpa malapetaka karena Tuhanada di tengah-tengah mereka” 

Ia adalah Allah mereka dan mereka mengira bahwa tidak mungkin Ia menghukum umat-Nya sendiri sekalipun mereka berbuat jahat

Dengan cara demikian, sebenarnya mereka telah memperlakukan Tuhan seperti berhala (Mi 3:9-12). 

Tuhan mengkritik bangsa Israel melalui Amos karena mereka memisahkan ritus agama dengan kesaksian hidup.

[24] Tetapi biarlah keadilan bergulung-gulung seperti air dan kebenaran seperti sungai yang selalu mengalir 

» Sesungguhnya yang dikehendaki Tuhan adalah berlaku baik kepada sesama, terutama yang miskin dan menderita

Jadi, ibadah itu tidak terpisah dari kehidupan yang nyata, tetapi merupakan bagian dari kehidupan tersebut

Ketaatan untuk hidup sebagai umat Allah sama sekali tidak dapat dibatasi dalam tempat-tempat ibadah, tetapi menyangkut seluruh aspek kehidupan manusia

Kalau orang mengabaikan perhatian pada sesamanya, ibadah yang dilakukannya akan kehilangan nilainya

Ibadah yang tidak berkenan di hadapan Tuhan

1. Ibadah tanpa iman (Ibr 11:6)

2. Ibadah tanpa hati (Ul 11:13b)

3. Ibadah tanpa rasa syukur dan sukacita (Mzm 100:2, 4)

4. Ibadah tanpa hormat dan takut akan Allah (Ibr 12:28)

5. Ibadah tanpa kebenaran firman Tuhan (Mat 15:9).

Aku menyukai kasih setia, dan bukan korban sembelihan, dan menyukai pengenalan akan Allah, lebih dari pada korban-korban bakaran (Hos 6:6).

(Sumber: Warta KPI TL No.126/X/2014 » )