Kamis, 23 Februari 2017

19.02 -

Berkat atas rumah tangga



Kekristenan bukanlah sebuah agama yang berisi sejumlah larangan/perintah, melainkan merupakan hubungan antara Pencipta dengan yang diciptakan, hubungan antara Bapa dengan anak. Kita mengasihi, karena Allah lebih dahulu mengasihi kita (1 Yoh 4:19). 

Jadi, Alkitab berisi 100% relasi bagaimana kita mengasihi Allah. Oleh karena itu kita perlu memahami arti kata “takut akan Tuhan”.



Ketakutan yang kudus adalah dampak dari pengenalan orang percaya akan Allah yang hidup.

Dalam terjemahan Alkitab berbahasa Indonesia, “Takut akan Tuhan” agak rancu pengertiannya. Hal ini terjadi karena dua kata Ibrani yang berbeda (yir’a = takut dalam arti positif: segan, menghormati dan mengasihi; pakhad = takut dalam arti negatif: takut dihukum, takut tidak mendapatkan pahala), diterjemahkan menjadi satu kalimat yang sama (takut akan Tuhan). 

Takut akan Tuhan bukanlah merupakan sebuah karunia tetapi merupakan sebuah pilihan. Setiap kita punya kehendak bebas untuk memilih mau hidup takut akan Tuhan atau tidak. 

Jika kita memilih untuk hidup takut akan Tuhan, maka kita akan memiliki kehidupan dan kebahagiaan sejati

Jika kita tidak memilih takut akan Tuhan, maka hidup kita penuh dengan kesusahan, kemalangan, kesengsaraan, terutama bila badai itu datang menerpa/menggoncang kita. 

Kewajiban setiap orang takutlah akan Allah dan berpeganglah pada perintah-perintah-Nya. Orang yang takut akan Allah akan beroleh kebahagiaan, sebab mereka takut terhadap hadirat-Nya (Pkh 8:12; 12:13).

Marilah kita belajar dari Mzm 128:1-6

Berbahagialah setiap orang yang takut akan Tuhan, yang hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya! 

Apabila engkau memakan hasil jerih payah tanganmu 

» Kebahagiaan tidak ditentukan oleh jenis pekerjaan yang kita miliki tetapi kualitas hubungan kita dengan Tuhan

Berkat Tuhanlah yang menjadikan kita dapat menikmati hasil jerih payah

Ada orang yang dikaruniai Allah kekayaan sehingga ia tak kekurangan sesuatu pun yang diingininya, tetapi orang itu tidak dikaruniai kuasa oleh Allah untuk menikmatinya, melainkan orang lain yang menikmatinya! Inilah kesia-siaan dan penderitaan yang pahit (Pkh 6:2). 

Jadi, carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu (Mat 6:33).

Berbahagialah engkau dan baiklah keadaanmu 

Dalam takut akan Tuhan ada ketentraman besar (Ams 14:26).

Istrimu akan menjadi seperti pohon anggur yang subur di dalam rumahmu 

» Suami diciptakan sebagai kepala keluarga (Ef 5:23). Jika suami menghormati Tuhan dan berfungsi sebagai imam dalam keluarganya maka rumah tangganya akan harmonis seperti harmonisasi alunan suara musik. 

Istrinya bukan lagi sebagai penggonggong tetapi akan menjadi penolong yang luar biasa bagi suaminya sehingga suasana dalam rumah tangganya ada kasih dan damai.

Anak-anakmu seperti tunas pohon zaitun sekeliling mejamu! 

» Tunas tidak pernah jauh dari pohonnya, tetapi menyatu dengan pohonnya. Jika seorang ayah tidak takut akan Tuhan, maka anak-anaknya juga akan mencerminkan sikap prilaku yang sama.

Sesungguhnya demikianlah akan diberkati orang laki-laki yang takut akan Tuhan 

» Berkat Tuhanlah yang menjadikan kaya, susah payah tidak akan menambahinya (Ams 10:22). 

Yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan firman Allah dan yang memeliharanya (Luk 11:28). 

Jika kepala keluarga melakukannya maka rumah tangganya pasti diberkati dan juga menjadi berkat dalam masyarakat yang luas (pelayanan). 

Jadi, wariskanlah teladan untuk menghormati Allah agar anak-anak kita juga mewarisi harta sorgawi.

Kiranya Tuhan memberkati engkau dari Sion, supaya engkau melihat kebahagiaan Yerusalem seumur hidupmu dan melihat anak-anak dari anak-anakmu! Damai sejahtera atas Israel! 

» Yang takut akan Tuhan, taat kepada firman-Nya dan yang mengasihi Dia mengikuti segala jalan yang ditunjukkan-Nya, mencari perkenanan-Nya dan mengenyangkan diri dengan Taurat-Nya, dan terus menyediakan hatinya serta merendahkan diri di hadapan-Nya sehingga ia tidak akan kehilangan ganjaran, sukacita kekal dan belas kasihan (Sir 2:15-17, 8-9). 

Jadi, ada kebahagiaan sejati karena melihat dan merasakan perbuatan ajaib Allah sepanjang hidup atas rumah tangganya (Ams 10:27).

Orang biasa tidak akan mempunyai ketakutan yang didorong oleh penghormatan terhadap Allah (Martin Luther).

Marilah kita menyucikan diri kita dari semua pencemaran jasmani dan rohani, dan dengan demikian menyempurnakan kekudusan kita dalam takut akan Allah (2 Kor 7:1).

(Sumber: Warta KPI TL No.112/VIII/2013 » Renungan KPI TL tgl 27 Juni 2013, Dra Yovita Baskoro, MM)