Kamis, 16 Februari 2017

Melayani dengan kasih

Minggu, 18 Oktober 2009 saya bangun jam empat pagi, berdoa rosario dan bersyukur pada Tuhan untuk keluarga dan para pendukung yang telah turut membentuk hidup dan panggilan imamat saya.

Sesudah merayakan Ekaristi di paroki, saya menyiapkan perlengkapan Misa untuk salah satu stasi di Keuskupan Agung Medan. Saya pergi ke stasi naik sepeda motor, di tengah perjalanan saya baru ingat bahwa ada yang lupa dibawa, yaitu minyak Krisma untuk baptisan. Lalu saya kembali lagi ke paroki untuk mengambilnya. 

Meskipun jarak antara paroki dan stasi itu 16 km, saya mengendarai sepeda motor sambil menikmati alam danau Toba yang sangat indah dan bersiul lagu kesukaan saya, yaitu Ave Maria. 

Di sebuah tikungan, tiba-tiba muncullah sebuah sepeda motor dengan kecepatan tinggi yang salah jalurnya. Saya tidak dapat mengelak terjadinya tabrakan ini. 

Serasa mimpi, saya melihat sepeda motor saya hancur tetapi saya dalam keadaan berdiri dan tas yang saya bawa dalam keadaan baik

Sedangkan sepeda motor yang menabrak saya masuk ke selokan dan teman yang diboncengkannya tidak sadarkan diri. Saya ditolong oleh seorang pengendara sepeda motor yang kebetulan lewat jalan itu. Saya pun menghubungi pengurus stasi (X) yang akan saya datangi. X beserta teman-temannya datang ke lokasi kejadian untuk menolong saya. Setelah X datang, barulah X tahu bahwa yang menabrak saya adalah anaknya yang disuruh menjemput saya. 

Kejadian ini tidak pernah saya lupakan karena bertepatan dengan tanggal tabisan imamat saya yang kedua. Selain itu saya merasakan penyertaan-Nya yang luar biasa, Dia melindungi saya secara ajaib karena saya mau belajar setia dalam menjalankan tugas pelayanan yang dipercayakan pada saya.

Kamu telah tahan uji dalam pelayanan itu, mereka memuliakan Allah karena ketaatan kamu dalam pengakuan akan Injil Kristus dan karena kemurahan hatimu dalam membagikan segala sesuatu dengan semua orang (2 Kor 9:13).

Pembaptisan menjadikan kita anggota-anggota Tubuh Kristus (Ef 4:25). Dari bejana pembaptisan dilahirkanlah umat Perjanjian Baru yang unik, yang mengatasi semua batas alami dan manusiawi (1 Kor 12:13). Pembaptisan menggabungkan kita ke dalam Gereja. 

Setelah menjadi anggota Gereja, orang yang dibaptis bukan lagi miliknya sendiri (1 Kor 6:19), melainkan milik Dia, yang telah wafat dan bangkit untuk kita (2 Kor 5:15). 

Karena itu, di dalam persekutuan Gereja ia harus merendahkan diri kepada orang-orang lain (Ef 5:21; 1 Kor 16:15-16), melayani mereka (Yoh 13:12-15), mematuhi pemuka-pemuka Gereja, tunduk kepada mereka (Ibr 13:17), mengakui dan menghormati mereka (1 Tes 5:12-13) (KGK 1267-1270).

Barangsiapa melayani Aku, ia akan dihormati Bapa (Yoh 12:26)

Setelah kita dipanggil dan dipilih-Nya, janganlah Dia tidak menemukan buah dalam hidup kita sehingga kita dipotong-Nya dan dicampakkan ke dalam api lalu dibakar (Yoh 15:16, 6; Luk 13:6-9). Jadi, pergilah dan hasilkanlah buah yang tetap sesuai dengan pertobatan (Yoh 15:16; Mat 3:8; Luk 19:1-9).

Melalui karya rahmat, Roh Kudus mendidik kita menuju kemerdekaan rohanisupaya menjadikan kita rekan kerja yang bebas dari karya-Nya dalam Gereja dan dunia (KGK 1742)

(Warta KPI TL No.109/V/2013 » Renungan KPI TL tgl 7 Maret 2013, Romo Ethus, SVD).