19.47 -
*Kesetiaan*
Taat dan setia
Ilustrasi di atas seringkali terjadi pada hidup kita, kita merasa bosan dengan kehidupan kita dan kita ingin hidup bebas dengan ingin menjadi tuan atas diri kita sendiri.
Pada saat kita tidak lagi mengandalkan Tuhan dan tidak lagi tergantung kepada-Nya, justru kita menjadi hamba atau budak dari keinginan dan nafsu pribadi yang tidak terkendali.
Ingatlah! Allah Bapa sangat mengasihi kita sehingga Ia mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal (Yoh 3:16).
Jadi, keberadaan kita di Gereja Katolik bukan karena kehebatan kita tetapi karena Allah Bapa selalu mencari kita agar kita tidak menyimpang dari jalan-Nya.
Marilah kita belajar Ibr 12:1-6
[1a] Kita mempunyai banyak saksi, bagaikan awan yang mengelilingi kita
» Pembaptisan adalah dasar seluruh kehidupan Kristen, pintu masuk menuju kehidupan dalam roh dan menuju Sakramen-sakramen yang lain.
Pembaptisan tidak hanya membersihkan dari semua dosa, tetapi serentak menjadikan orang yang baru dibaptis suatu “ciptaan baru” (2 Kor 5:17), seorang anak angkat Allah (Gal 4:5-7), ia “mengambil bagian dalam kodrat ilahi” (2 Ptr 1:4), adalah anggota Kristus (1 Kor 6:15; 12:27), “ahli waris” bersama Dia (Rm 8:17) dan kanisah Roh Kudus (1 Kor 6:19) (KGK 1213, 1265).
Pembaptisan menandai warga Kristen dengan satu meterai rohani yang tidak dapat dihapuskan. Tanda ini tidak dihapuskan oleh dosa mana pun, meskipun dosa menghalang-halangi Pembaptisan untuk menghasilkan buah keselamatan (KGK 1272).
Jadi, meterai baptisan tidak pernah hilang, yang hilang adalah hak bagi kita untuk masuk Kerajaan Allah dengan mudah.
Saksi-saksi adalah orang-orang yang yang berada disekeliling kita, malaikat pelindung dan orang kudus yang namanya kita pakai untuk nama baptis.
[1b] Marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita
» Dalam menghadapi suatu masalah, seringkali kita berkata: "Tuhan, kenapa masalah ini terjadi padaku." Ingatlah! Selama kita masih bernafas, hidup pasti punya masalah. Kalau yang tidak punya masalah tinggalnya di kavling 1x 2 m.
Jadi, kita harus menanggalkan beban dan dosa yang merintangi kita untuk dapat menerima curahan rahmat Allah. Bertekuk lututlah di hadapan salib Kristus, sehingga dapat menemukan jalan ke luar dari setiap permasalahan.
[1c] Berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita
» Hidup di dunia ini berat (Ayb 7) penuh dengan penderitaan karena pencobaan (Ibr 2:18; 1 Tim 6:9). Setiap orang yang mau mengikuti Yesus harus menyangkal diri (menanggalkan beban, meninggalkan dosa dan menyerahkan ke-aku-annya kepada Tuhan), memikul salibnya setiap hari dan mengikuti-Nya (Luk 9:23; Gal 2:20).
Jadi, kita harus berlomba hidup dalam iman, mendekatkan diri untuk tetap setia agar bisa masuk di Kerajaan Sorga.
[2a] Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan
» Dalam suatu perlombaan/pertandingan, seorang atlit tetap melanjutkan permainannya, tidak meninggalkan arena meskipun angka di papan score sudah menunjukkan ketinggalan angka.
Demikian pula dengan kita, Walaupun kita jatuh bangun dalam perjalanan iman kita, kita harus tetap berfokus kepada Yesus, karena Dia adalah jalan dan kebenaran dan hidup." (Yoh 14:6). Tidak ada jalan lain yang dapat membawa kita kepada kesempurnaan, selain Yesus.
[2b] Dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan bagi Dia
» Sebagai manusia 100%, Yesus merasa sedih dan gentar, kata-Nya: "Hati-Ku sangat sedih, seperti mau mati rasanya."
Doa-Nya: "Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki." (Mat 26:37-39).
Maka seorang malaikat menampakkan diri kepada-Nya memberi kekuatan kepada-Nya (Luk 22:43). Dia tahu rencana Bapa dan melaksanakan. Sebagai anak-anak Allah yang sudah tahu firman Tuhan, seharusnya kita meneladan sikap Yesus ini.
[3] Ingatlah selalu akan Dia, yang tekun menanggung bantahan (siksaan dan cercaan) yang sehebat itu terhadap diri-Nya dari pihak orang-orang berdosa, supaya jangan kamu menjadi lemah dan putus asa
» sebagai manusia, jika tidak mempunyai kekuatan ilahi, kita tidak tahan menanggung siksaan dan cercaan.
[5] Sudah lupakah kamu akan nasihat yang berbicara kepada kamu seperti kepada anak-anak: "Hai anakku, janganlah anggap enteng didikan Tuhan, janganlah putus asa apabila engkau diperingatkan-Nya; karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak."
» Pada saat jalan kita mulai menyimpang ke kiri ke kanan, sebagai seorang Bapa yang baik, Tuhan menghajar kita dengan terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan. Ia mendidik kita supaya kita bertekun dalam doa. Jika jalan hidup kita mulus, kita tidak lagi mengandalkan Tuhan dan kita tidak dapat merasa kebaikan Tuhan.
Siapa tidak menggunakan tongkat, benci kepada anaknya; tetapi siapa mengasihi anaknya, menghajar dia pada waktunya (Ams 13:24)
Ada seekor anjing yang begitu setia pada tuannya. Meskipun tuannya sudah meninggal, dia menunggunya di kuburan tuannya. Melihat hal itu, teman-teman tuannya membangun sebuah gubuk di atas makam tuannya.
Anjing dapat setia kepada tuannya. Mengapa manusia yang diciptakan menurut gambar-Nya dan Roh Allah ada padanya tetapi tidak dapat taat dan setia? Refleksikan hal ini!
Marilah kita menempatkan Allah di atas segala-galanya, menyerahkan doa dan karya kita hanya dalam satu nama yang kita puji dan muliakan, yaitu Tuhan kita Yesus Kristus, Juruselamat kita sehingga iman kita semakin diperbaharui-Nya dan kita dapat tetap taat dan setia kepada Tuhan.
(Sumber: Warta KPI TL No.110/VI/2013 » Renungan KPI TL tgl 25 April 2013, Ibu Meidy).