Rabu, 22 Februari 2017

17.48 -

Hidup adalah berkat



Acap kali kita baru dapat merasakan berkat Allah, kalau kita mengalami hal-hal besar dan spektakuler. Seperti tiba-tiba sembuh dari kanker ganas, selamat dari kecelakaan lalu lintas, mendapat rejeki melimpah di luar dugaan, mendapat pekerjaan baru yang sesuai dengan cita-cita, mendapat menantu yang saleh, mendapat kedudukan mapan dll.

Sebenarnya berkat Allah mengalir setiap saat dalam peristiwa hidup yang sangat biasa. Seperti bernafas, setiap detik kita boleh menghirup dan menghembuskan oksigen dengan cuma-cuma. Bisa dibayangkan seandainya Allah memasang tarif oksigen sama dengan harga oksigen di rumah sakit, siapa yang dapat bertahan hidup? Sinar mentari boleh kita nikmati secara gratis, Allah tidak pernah menarik rekening sinar matahari dari kita. Alam dan segala yang ada di atas jagad raya ini semuanya diperuntukkan buat kita.

Orang-orang yang kita jumpai setiap hari, juga merupakan berkat Allah yang luar biasa. Pak tani yang menanam padi, sehingga kita dapat makan. Pak Sopir, pak Becak yang mengantar kita, teman-teman kerja, suami/istri, anak-anak, sanak famili, ya ... semua orang di sekitar kita adalah berkat yang membuat kita hidup tidak sendirian dan berkembang secara manusiawi.

Hal-hal yang nampaknya negatifpun bila direfleksikan akan kita rasakan sebagai berkat. Ketika kita sakit, kita dapat merasakan orang-orang yang ketika kita sehat kita abaikan, bisa sangat kita butuhkan. Makan orang lain yang nyuapi, badan kotor orang lain yang nyeka, pergi ke dokter orang lain yang ngantar, merasa terhibur ketika orang lain membesuk. 

Kehilangan harta, mengingatkan kita bahwa harta tidaklah kekal. Kegagalan, mengingatkan kita untuk tidak takabur. Ide-ide kita yang ditolak, mengingatkan bahwa kebenaran bukan hanya milik kita, kebenaran adalah bisa datang dari siapapun. 

Bila kita merasakan hidup ini berat, mungkin Allah sedang menguji sampai sejauh mana kesetiaan kita kepada kehendak-Nya. Seperti Ia menguji kesetiaan Ayub dengan ujian yang dimata manusia amat berat.

Hidup sebagai berkat, hanya dapat kita rasakan, jika kita senantiasa menyadari bahwa Allah selalu berkarya dan ikut campur tangan di dalam setiap peristiwa hidup yang kita alami

Kalau kita sudah sampai pada taraf kesadaran ini, peristiwa apapun yang kita alami akan membawa kita semakin dekat dengan Allah, kita dapat merasakan bahwa Allah selalu beserta kita, dan kita akan tetap setia kepada Allah. 

Kesetiaan yang demikian akan menumbuhkan rasa syukur dan pengharapan yang terus menyala di tengah-tengah kegelapan

Akhirnya kita dapat beriman seperti Ayub, menerima yang baik dengan sukacita, dan tidak menolak yang buruk sebagai suatu kutuk, atau hukuman dari Allah.

(Sumber: Warta KPI TL No.111/VII/2013 » Pertemuan 1 APP 1999).