Senin, 27 Februari 2017

Di dalam kelemahan kita kuat



Ada banyak orang tidak mengerti tujuan Tuhan mengizinkan mereka mengalami sesuatu yang tidak nyaman dalam kehidupannya. Akhirnya mereka memberontak kepada Tuhan, bersungut-sungut, kecewa, marah dan menyesali keputusan Tuhan. 

Mereka tidak mau terlibat dalam pekerjaan Tuhan dengan alasan “hanya orang yang kuatlah yang dapat memberkati” (sehat, kaya, pandai, punya kuasa dll). Seharusnya kita bertanya kepada Tuhan, dibagian mana posisi kita dalam Tubuh Kristus. 

Tubuh tidak terdiri dari satu anggota, tetapi atas banyak anggota. Allah telah memberikan kepada anggota, masing-masing secara khusus, suatu tempat pada tubuh, seperti yang dikehendaki-Nya. 

Allah telah menyusun tubuh kita begitu rupa, sehingga kepada anggota-anggota yang tidak mulia diberi penghormatan khusus, supaya jangan terjadi perpecahan dalam tubuh, tetapi supaya anggota-anggota yang berbeda itu saling memperhatikan (1 Kor 12:14- 25).

Kalau kita mengerti tujuan Allah bagi hidup kita, maka ketika kita mengalami kelemahan demi kelemahan, kita akan memiliki sikap suka, senang dan rela di dalam kelemahan … sehingga dalam kelemahan kita tetap dapat menjadi berkat bagi sesama.

Kesanggupan kami adalah pekerjaan Allah. Kekuatan yang berlimpah-limpah berasal dari Allah. Dalam segala hal kami ditindas, namun tidak terjepit; kami habis akal, namun tidak putus asa; kami dianiaya, namun tidak ditinggalkan sendirian, kami dihempaskan, namun tidak binasa (2 Kor 3:5; 4:7-9).


Marilah kita belajar dari rasul Paulus (2 Kor 12:7-10):

[7] Supaya aku jangan meninggikan diri karena pernyataan-pernyataan yang luar biasa itu, maka aku diberi suatu duri di dalam dagingku, yaitu seorang utusan Iblis untuk mengocoh aku, supaya aku jangan meninggikan diri 

» Paulus adalah seorang Yahudi yang dididik dengan teliti di bawah pimpinan Gamaliel, seorang ahli Taurat; sangat rajin memelihara adat istiadat (Kis 22:3; 5:34; Gal 1:14). 

Setelah bertobat, Allah telah menetapkannya untuk mengetahui kehendak-Nya, untuk melihat Yang Benar dan untuk mendengar suara yang keluar dari mulut-Nya (Kis 9:1-19 a; 22:14). 

Karena dia mempunyai banyak pengalaman rohani yang luar biasa, maka Tuhan tidak ingin dia menjadi sombong (Bdk. 1 Kor 8:1). 

Jadi, tujuan Tuhan mengizinkan suatu duri di dalam dagingnya agar (1) Paulus tetap tinggal dalam keseimbangan. 

[8-9a] Tentang hal itu aku sudah tiga kali berseru kepada Tuhan, supaya utusan Iblis itu mundur dari padaku. Tetapi jawab Tuhan kepadaku: “Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna.”

 » Paulus mempunyai hubungan yang intim dengan Allah sehingga dia memupuk terus imannya dan mendapatkan konfirmasi atas pergumulannya. Tujuan Tuhan (2) Kuasa Allah menjadi sempurna, karena kuasa Kristus menaunginya. 

[9a] Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku. Karena itu aku senang dan rela di dalam kelemahan, di dalam siksaan, di dalam kesukaran, di dalam penganiaan dan kesesakan oleh karena Kristus. Sebab jika aku lemah, maka aku kuat (jadi berkat

 » Paulus mengerti tujuan Allah terhadap dirinya, dia berani bersyukur dalam kelemahannya dan dia berani berkata “suka, senang dan rela atas kelemahannya”. 

Hal inilah yang memampukan dia menjadi berkat bagi seluruh wilayah kekaisaran Romawi semasa hidupnya. Bahkan sampai hari ini dia juga menjadi berkat bagi orang percaya dengan 13 kitab yang ditulisnya. 

Paulus memberkati dengan cara 5 M, yaitu: (1) Memberitakan injil (2) Mengajar (3) Mengunjungi (4) Mengutus orang (5) Menyurati jemaat-jemaat Tuhan. 

(Sumber: Warta KPI TL No.115/XI/2013 » Renungan KPI TL Tgl 14 November 2013, Dra Yovita Baskoro, MM).