Jumat, 13 Januari 2017

Panggilan menjadi murid Yesus

Pada waktu kecil, saya dibawa kepada Yesus oleh orang tua saya dengan cara dibaptis; setelah komuni pertama saya menjadi misdinar di paroki saya. 

Ketika menginjak usia remaja, terjadilah gejolak dalam jiwa saya sehingga saya tidak menjadi aktifis lagi dan tidak ke gereja selama tiga tahun. Hal ini terjadi karena jiwa saya muak melihat orang-orang yang sok di dalam gereja.

Pada suatu hari, tiba-tiba hati saya tergerak untuk mengikuti Misa Harian seperti yang adik saya lakukan. Pada saat itu Misa dipersembahkan oleh romo Haryanto, CM. 

Melihat kesetiaannya sebagai imam, saya bertanya-tanya dalam hati “Rahasia apa yang membuatnya tidak bosan-bosan mempersembahkan Misa?” Hal inilah yang menyebabkan saya menjadi aktifis lagi, bahkan saya tertarik untuk mengikuti jejak beliau.

Marilah kita belajar dari panggilan pertama murid-murid Yesus (Yoh 1:35-42):

Pada keesokan harinya Yohanes berdiri di situ pula dengan dua orang muridnya 

» Injil ini adalah suatu otobiografi; penginjil melukiskan pertemuan ini secara mendetail karena pertemuan pertama ini begitu hidup, sehingga tidak pernah dilupakan.

Dan ketika ia melihat Yesus lewat, ia berkata: “Lihatlah Anak domba Allah!” Kedua murid itu mendengar apa yang dikatakannya itu, lalu mereka pergi mengikuti Yesus 

» Yohanes-lah yang membawa mereka kepada Yesus. Melalui katekesenya, mereka mendengar dan percaya lalu mengikuti Yesus (Yoh 1:29-34 – Anak domba Allah, yang menghapus dosa dunia … Ia inilah Anak Allah; 1 Pet 1:19; 1 Kor 5:7; Rm 10:14). 

Tetapi Yesus menoleh ke belakang. Ia melihat, bahwa mereka mengikuti Dia lalu berkata kepada mereka: “Apakah yang kamu cari?” Kata mereka kepada-Nya: “Rabi (artinya: Guru), di manakah Engkau tinggal?” 

» mereka mengikuti Yesus secara sembunyi-sembunyi; panggilan ini tampaknya bersifat manusiawi (pengaruh dari Yohanes) tetapi sesungguhnya Yesus-lah yang mengambil inisiatif terlebih dahulu dengan menanyai “Apakah yang kamu cari?” 

Ini adalah sebuah pertanyaan penting bagi kita, apa motivasi kita mengikuti-Nya (karena perbuatan Allah – mujizat-mujizat-Nya atau rindu mengenal-Nya secara pribadi sehingga mengerti jalan pikiran-Nya). Mereka terkejut dan tidak menjawab pertanyaan itu.

Ia berkata kepada mereka: “Marilah dan kamu akan melihatnya.” 

» Yesus tidak pernah menjamin bahwa laut akan selamanya tenang dan perjalanan selamanya nyaman (bebas dari penderitaan, penyakit dll.). Tetapi Dia berjanji akan menyertai kita sampai akhir zaman (Mat 28:20). 

Mereka pun datang dan melihat di mana Ia tinggal, dan hari itu mereka tinggal bersama-sama dengan Dia 

» Mereka sudah mengetahui tentang Yesus dari katekese Yohanes, tetapi mereka merindukan mengenal Yesus secara pribadi. 

Banyak orang meninggalkan iman akan Kristus karena mereka hanya tahu tentang Yesus, tetapi mereka tidak mengenal/tidak mempunyai pengalaman akan Tuhan. 

Waktu itu kira-kira pukul empat 

» jam Yahudi, jam 10 pagi.

Salah seorang dari keduanya yang mendengar perkataan Yohanes lalu mengikuti Yesus adalah Andreas, saudara Simon Petrus 

» banyak yang dipanggil tetapi sedikit yang dipilih (Mat 22:14).

Andreas mula-mula bertemu dengan Simon, saudaranya, dan ia berkata kepadanya: “Kami telah menemukan Mesias (artinya: Kristus).” Ia membawanya kepada Yesus. 

» pemuridan tidak pernah berhenti antara aku dan Tuhan. Andreas dibawa Yohanes kepada Yesus, setelah Andreas mengenal Yesus secara pribadi, dia membawa Petrus kepada Yesus. 

Yesus memandang dia dan berkata: “Engkau Simon, anak Yohanes, engkau akan dinamakan Kefas (artinya: Petrus).” 

» Petrus adalah tokoh yang amat penting dalam Kitab Suci, dialah yang ditunjuk oleh Yesus untuk memimpin jemaat-Nya (Mat 16:18 – Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya; 1 Kor 10:4 – batu karang itu ialah Kristus).

Pada saat menerima panggilan Yesus, iman Petrus biasa-biasa saja. Setelah melihat mujizat yang dialaminya maka iman Petrus berkembang (Luk 5:6, 11). 

Tetapi imannya juga pernah mengalami kebimbangan sehingga dia menyangkali Yesus sebanyak tiga kali sebelum ayam berkokok (Mat 26:69-75). 

Di masa tuanya, dia mempertahankan imannya sehingga dia dihukum salib dengan kepala di bawah. Hal ini terjadi sesuai dengan nubuatan Yesus (Yoh 21:18-19 - Petrus akan mati dan memuliakan Allah).

Demikian pula dengan kita, pada saat pertama kita dipanggil, kita begitu semangat menanggapinya. Tetapi pada saat ujian iman datang, kita takut sehingga tanpa sadar kita menyangkal seperti Petrus. 

Saudara-saudaraku terkasih, janganlah takut menghadapi ujian ini karena Yesus telah berjanji mengutus Roh Kudus kepada kita yang akan mengajarkan segala sesuatu kepada kita (Kis 1:8; Yoh 14:16). 

(Sumber: Warta KPI TL No. 94/II/2012 » Renungan KPI TL tgl 19 Januari 2012, Rm. Rafael Isharianto, CM).