Senin, 16 Januari 2017

23.18 -

Berhala



Handphone dibuat oleh manusia. Meskipun manusia begitu sayang kepada anjingnya, tidak ada seorang manusia pun yang memberikan handphone kepada anjingnya. 

Demikian pula dengan Tuhan, segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia (Kol 1:16). Jadi, seharusnya manusia mengabdi kepada Penciptanya, bukan mengabdi pada ciptaan yang lainnya.



Orang dapat mengenal Khalik dengan membanding-bandingkan kebesaran dan keindahan ciptaan-ciptaan-Nya (Keb 13:5)

Sungguh tolol karena kodratnya semua orang yang tidak mengenal Allah/tidak mengenal Senimannya; mereka tidak mampu mengenal Dia yang ada dari barang-barang yang kelihatan, dan walaupun berhadapan dengan pekerjaan-Nya. Mereka menganggap sebagai allah yang menguasai jagat raya ialah api atau angin ataupun udara kencang, lagipula lingkaran bintang-bintang atau air yang bergelora ataupun penerang-penerang yang ada di langit (Keb 13:1-2).

Celakalah orang yang menaruh harapannya kepada benda mati, yang mendewakan buatan tangan manusia, yaitu emas dan perak, karya seni, dan gambaran macam-macam binatang, ataupun batu yang tidak berfaedah, buatan zaman kuno (Keb 13:10).

Seringkali dalam keadaan yang serba sulit, manusia tanpa sadar terseret oleh dunia untuk melakukan penyembahan berhala. Hal ini terjadi karena mereka kurang mengerti kebenaran firman Tuhan

Penyembahan berhala, segala sesuatu yang duniawi, yaitu percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat dan juga keserakahan (Kol 3:5).

Penemuan berhala/permulaan persundalan (Keb 14:12-17):

Ada seorang bapa yang dimakan kesedihan ... lalu membuat patung anaknya yang terengut nyawanya.

Bawahan-bawahannyapun diperintahkan untuk mengadakan kebaktian dan upacara untuk menghormatinya sebagai allah.

Adat kebiasaan fasik ini lama kelamaan bertambah kuat itu dipenuhi sebagai undang-undang dan atas perintah penguasa-penguasa patung-patung pahatan disembah.

Akhirnya mereka berdosa dengan menyembah patung (1 Raj 12:30). Bahkan mereka mendirikan bukit-bukit pengorbanan di mana pun mereka diam; mendirikan tugu-tugu berhala dan tiang-tiang berhala di atas setiap bukit yang tinggi dan di bawah setiap pohon yang rimbun; di sana di atas segala bukit itu mereka membakar korban (2 Raj 17:9-11); mendirikan bukit-bukit pengorbanan bagi Baal di lembah Ben-Hinom, untuk mempersembahkan anak-anak mereka kepada Molokh sebagai korban dalam api (Yer 32:34-35).

Setiap pemberian yang baik dan setiap anugerah yang sempurna datangnya dari atas, diturunkan dari Bapa segala terang; pada-Nya tidak ada perubahan atau bayangan karena pertukaran (Yak 1:17)

Seniman yang gila hormat, ingin cepat-cepat mendapat hati raja maka dengan bakat seninya dia memperkembangkan pemujaan itu. Rakyat terpikat oleh kemolekan buatan itu menganggap patut dipuja (Keb 14:18-20). Bahkan para imam Baal juga mengeruk keuntungan dari penyembahan berhala itu

Marilah kita belajar dari T. Dan 14:

Orang-orang Babel mempunyai sebuah berhala, Bel namanya. untuk keperluannya setiap hari dibiayai dua belas gantang pati gandum, empat puluh ekor domba dan enam takaran air anggur.

Rajapun memuja berhala itu dan tiap-tiap hari pergi menyembahnya. tetapi Daniel tetap menyembah Allahnya sendiri.

Maka dari itu berkatalah raja kepadanya " Mengapa engkau tidak menyembah Bel?" Sahut Daniel: Karena hamba tidak memuja berhala-berhala buatan tangan manusia. melainkan Allah yang hidup, yang telah menciptakan langit dan bumi dan yang mempunyai kuasa atas segala makhluk."

Kata raja kepadanya: "Jadi, Bel tidak kauanggap allah yang hidup? Tidakkah kaulihat betapa banyaknya yang dimakan dan diminum olehnya setiap hari?"

Tetapi Daniel tertawa, katanya: "Jangan sampai keliru seri baginda! Di bagian dalam berhala itu dari tanah liat saja, dan di bagian luar dari perunggu! Belum pernahlah ia makan atau minum apa-apa!"

Dengan geramnya rajapun lalu memanggil para imamnya dan berkatalah ia kepada mereka: "Jika kamu tidak mengatakan kepadaku siapa yang memakan sajian itu, maka kamulah yang akan mati. Tetapi jika kamu membuktikan bahwa Bel sungguh makan habis semuanya itu, niscaya Daniellah yang akan mati, sebab ia telah menghujat Bel!"

Kata Daniel kepada raja: "Jadilah seperti yang dikatakan baginda!"

Adapun para imam Bel itu adalah tujuh puluh orang jumlahnya, belum terhitung istri-istri dan anak-anak mereka.

Ketika raja bersama dengan Daniel datang ke kuil Bel, berkatalah para imam Bel: "Lihatlah, seri baginda, kami akan keluar. Biarlah baginda sendiri menyajikan makanan itu dan menaruh air anggur bercampur, kemudian menutup pintu serta memeteraikannya dengan cincin meterai baginda. Jika besok pagi-pagi baginda datang lagi, baginda tidak mendapat bahwa semuanya itu dimakan habis oleh Bel, maka kamilah yang mati. Sebaliknya, jika sudah habis semua, maka ternyatalah Daniel berbohong tentang kami!"

Para imam itu merasa sombong, sebab oleh mereka telah membuat pintu masuk tersembunyi di bawah meja korban. Lewat pintu itu mereka biasa masuk ke dalam kuil itu untuk mengambil segala-galanya.

Setelah para imam keluar, raja menyajikan makanan bagi Bel. Tetapi Daniel menyuruh bujang-bujangnya mengambil abu dan menaburi seluruh kuil itu dengannya. Hanya rajalah yang menjadi saksi. Kemudian keluarlah mereka. Pintu kuil ditutup dan dimeteraikan dengan cincin meterai raja, lalu pergilah mereka.

Malam-malam datanglah para imam dengan isteri-isteri dan anak-anak mereka seperti biasa, dan semuanya dimakan dan diminum habis oleh mereka.

Pagi-pagi benar datanglah raja dan Daniel sertanya. Kata raja: "Masih utuhkah meterai itu?" Sahut Daniel: "Masih utuh, seri baginda."

Segera setelah raja membuka pintu dan menengok ke meja itu berserulah ia dengan suara nyaring: "Besarlah engkau, ya Bel! Padamu tidak ada tipu daya sama sekali!"

Tetapi Daniel tertawa. Raja dicegahnya masuk ke dalam, lalu ia berkata: "Lihatlah lantai itu dan periksalah jejak-jejak siapakah itu?" Sahut raja: "Kulihat jejak-jejak orang laki-laki, perempuan dan anak-anak!"

Maka murkalah raja dan disuruhnya ambil para imam dengan isteri-isteri dan anak-anak mereka. Merekapun lalu menunjukkan kepada raja pintu rahasia yang biasa telah mereka lalui untuk masuk dan makan habis apa yang ditaruh di atas meja korban itu.

Kemudian raja menyuruh bunuh mereka semua; Bel diserahkannya kepada Daniel yang meruntuhkan Bel serta tempat sucinya.

Tukang berhala tahu ... bahwa ia berbuat dosa (Keb 15:13).

Orang yang tertekan karena malapetaka ataupun karena kekuasaan penguasa ... tersesat ... mereka melakukan tahbisan-tahbisan yang disertai pembunuhan kanak-kanak, ataupun upacara-upacara gaib yang serba rahasia, atau jamu-jamuan yang kegila-gilaan dengan adat kebiasaan yang ganjil (Keb 14:21-23).

Pemujaan allah-allah yang hampa adalah awal dan akhir segala kejahatan. Para pemujanya bermata gelap dalam kesuka-sukaannya, atau meramalkan kebohongan belaka, hidup secara fasik atau mengangkat sumpah dusta (Keb 14:27-28).

Setelah kita mengerti kebenaran firman di atas, marilah kita mempertanggungjawabkan iman kita secara radikal dengan berani berkata seperti Sadrakh, Mesakh dan Abednego: "Jika Allah kami yang kami puja sanggup melepaskan kami, maka Ia akan melepaskan kami dari perapian yang menyala-nyala itu, dan dari dalam tangan raja; Tetapi seandainya tidak, kami tidak akan memuja dewa tuanku, dan tidak akan menyembah patung emas yang tuanku dirikan itu." (Dan 3). 

Segala sesuatu yang ditulis dahulu, telah ditulis untuk menjadi pelajaran bagi kita, supaya kita teguh berpegang pada pengharapan oleh ketekunan dan penghiburan dari Kitab Suci (Rm 15:4).

(Sumber: Warta KPI TL No. 97/V/2012 ).