16.51 -
*Bunda Maria*
Maria dikandung tanpa noda dosa
Dalam kehidupan menggereja, ada sebagian umat Katolik yang melakukan devosi kepada Bunda Maria tanpa dilandasi oleh dasar biblis-teologis, tetapi oleh perasaan.
Perasaan itu baik kalau sehat dan ditempatkan pada urutan yang tepat. Perasaan dan khayalan yang tidak sehat cenderung mengubah Maria menjadi “allah” lain yang sejajar dengan Yesus Kristus. Hal inilah yang menyebabkan saudara-saudara kita yang lain melontarkan tuduhan bahwa orang Katolik menyembah Maria.
Dasar biblis posisi dan fungsi Maria dalam ekonomi keselamatan ada di Mat 1:16, 18; Luk 1:31; Yoh 19:25-26. Dari teks-teks Kitab Suci ini, kita dapat menarik dua kesimpulan, bahwa:
1. Maria merupakan bagian dari wahyu ilahi.
2. Maria dikaitkan dengan Yesus dalam rencana ilahi, yaitu dengan memainkan peranan sebagai Bunda Penyelamat. Karena itu, misteri dan karya Yesus tidak dapat dimengerti tanpa Maria, karena Inkarnasi Sabda terjadi melalui Maria. Teologi tidak dapat berteologi tentang Sabda tanpa mengikutsertakan Maria. Jadi, Maria hanya bisa dijelaskan dalam dan tergantung pada Misteri Sabda yang berinkarnasi.
Untuk menghormati peran Bunda Maria dalam sejarah keselamatan, maka lahirlah dogma (ajaran resmi gereja dan bersifat mengikat semua anggota gereja Katolik) tentang Bunda Maria, salah satunya adalah dogma Maria Dikandung Tanpa Noda Dosa (= Immaculata).
Dogma ini bukan berbicara tentang Bunda Maria yang mengandung Yesus dari kuasa Roh Kudus (Luk 1:26-35), tetapi tentang Bunda Maria yang dikandung ibunya, Santa Anna tanpa noda dosa.
Karena Maria dipilih menjadi bunda Penebus, “maka ia dianugerahi karunia-karunia yang layak untuk tugas yang luhur (LG 56). Waktu pewartaan, malaikat menyalaminya sebagai “penuh rahmat” (Luk 1:28). Supaya dapat memberikan persetujuan imannya kepada pernyataan panggilannya, ia harus dipenuhi seluruhnya oleh rahmat Allah (KGK 490).
Dalam perkembangan sejarah, Gereja menjadi sadar bahwa Maria “dipenuhi dengan rahmat” oleh Allah (Luk 1:28), sudah ditebus sejak ia dikandung. Dan itu diakui oleh dogma “Maria Dikandung tanpa Noda Dosa”, yang diumumkan pada tahun 1854 oleh Paus Pius IX: “... bahwa perawan tersuci Maria sejak saat pertama perkandungannya oleh rahmat yang luar biasa dan oleh pilihan Allah yang mahakuasa karena pahala Yesus Kristus, Penebus umat manusia, telah dibebaskan dari segala noda dosa asal” (DS 2803) (KGK 491).
Sebelum Aku membentuk engkau dalam rahim ibumu, Aku telah mengenal engkau. Sebelum engkau keluar dari kandungan, Aku telah menguduskan dan menetapkan engkau sebagai ... (Yer 1: 5)
Bahwa Maria “sejak saat pertama ia dikandung, dikarunia cahaya kekudusan yang istimewa” (LG 56), hanya terjadi berkat jasa Kristus: “Karena pahala Puteranya, ia ditebus secara lebih unggul” (LG 53).
Lebih dari pribadi tercipta yang mana pun Bapa “memberkati dia dengan segala berkat Roh-Nya oleh persekutuan dengan Kristus di dalam sorga (Ef 1:3). Allah telah memilih dia sebelum dunia dijadikan, supaya ia kudus dan tidak bercacat di hadapan-Nya (KGK 492).
Terpujilah Allah Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, yang memenuhi engkau, ya Perawan dari Nazaret, dengan segala rahmat rohani dalam Kristus. Dalam Dia, engkau dikandung tanpa noda dosa! Telah dipilih sejak semula untuk menjadi Bunda-Nya, engkau ditebus dalam Dia dan melalui Dia lebih dari segala manusia lainnya! Dilindungi dari warisan Dosa Asal, engkau dikandung dan datang ke dalam dunia dalam keadaan rahmat. Penuh rahmat! Kami mengagungkan misteri iman yang kami rayakan pada hari ini. Pada hari ini, bersama dengan segenap Gereja, kami memuliakan Penebusan yang dilaksanakan atasmu. Partisipasi yang teramat luar biasa dalam Penebusan dunia dan manusia, diperuntukkan hanya bagimu, semata-mata hanya bagimu. Salam O Maria, Alma Redemptoris Mater, Bunda Penebus yang terkasih (Homili Paus Yohanes Paulus II pada tahun 1982 pada Perayaan SP Maria Dikandung Tanpa Noda Dosa).
Dogma ini menimbulkan pertanyaan-pertanyaan kritis, karena sumber-sumber dari Kitab Suci tidak memadai dan tegas. Jika kita kaji dengan seksama dalam terang Tradisi dan otoritas, maka menjadi nyata bagaimana eratnya kekebalan Maria dari segala dosa dikaitkan dengan rencana keselamatan Allah bagi penebusan manusia.
Ada juga pertanyaan kritis yang dilontarkan pada umat Katolik. Misalnya: “Bolehkan menghormati dan memuji Bunda Maria? Bukankah Maria adalah manusia biasa yang juga membutuhkan penebus? (Luk 1:46-47)”
Penghormatan (kultus) diberikan kepada orang/benda karena Allah telah berkarya dalam diri orang/melalui benda tersebut. Kesucian para kudus merupakan hidup ilahi dalam Kristus yang diberikan kepada orang-orang tersebut. Jadi, penghormatan kepada para kudus yang benar haruslah berorientasi kepada Kristus.
Penghormatan kepada Maria (sebagai ciptaan) berbeda secara hakiki dari penyembahan kepada Tuhan, kepada Bapa, Putra, maupun kepada Roh Kudus. Penghormatan kepada Maria adalah sangat khusus (hyperdulia), tetapi kategorinya berbeda sama sekali dengan penyembahan kepada Allah (latria).
Penghormatan kepada Maria yang benar sangat menguntungkan bagi pemupukan pemujaan kepada Yang Ilahi. Penghormatan kepada Maria membawa kita kepada Allah.
Pujian kepada Maria, dasar biblisnya ada di Luk 1:39-55. Pada saat Maria masuk ke rumah Zakharia, Elisabet berseru dengan suara nyaring: “Diberkatilah engkau di antara semua perempuan …” Setelah menerima pujian itu, Maria tidak menikmati pujian tersebut tetapi dia langsung mengembalikan pujian itu kepada Sang Pencipta.
Penebusan Maria
Berkat rahmat penebusan Kristus, Maria memperoleh penebusan pencegahan (preservative redemption) sehingga dia menjadi sarana yang pantas dalam peranannya sebagai ibu dalam inkarnasi.
Sebelum dibaptis, kita mempunyai dosa asal (Rm 5:12), yang berakibat:
1. Kehilangan rahmat pengudus.
2. Kehilangan kekebalan-kekebalan tertentu. Misalnya: dari kematian, kehendak buruk, kegelapan akal budi, segala macam penderitaan, dan concupiscentia (kecenderungan untuk berbuat dosa). Berkat rahmat pembaptisan, kita memperoleh penebusan pemugaran (restorative redemption).
Penampakan Bunda Maria yang diakui secara resmi oleh Gereja, Santa Perawan sendiri menegaskan dogma “Maria Dikandung Tanpa Noda Dosa”.
Pada tahun 1531, Bunda Maria mengatakan kepada Juan Diego di Guadalupe “Akulah Perawan Maria yang tak bercela, Bunda dari Allah yang benar, yang melalui-Nya segala sesuatu hidup…”
Pada tahun 1830, Bunda Maria mengatakan kepada St. Katarina Laboure agar dibuat Medali Wasiat dengan tulisan, “Maria yang dikandung tanpa noda dosa, doakanlah kami yang berlindung padamu.”
Pada tahun 1858, Bunda Maria mengatakan kepada St. Bernadete di Lourdes “Akulah yang Dikandung Tanpa Noda Dosa.”
Berdasarkan dogma “Maria Dikandung tanpa Noda Dosa”, marilah kita belajar dari Bunda Maria:
1. Sikap tunduk pada kehendak dan rancangan Allah.
Meskipun kita tidak mengerti dan merasa tidak nyaman dalam suatu pengalaman hidup, janganlah memberontak dan tidak terima dengan keadaan itu. Hal ini dapat mengakibatkan hidup kita tidak tenang, ada perasaan takut dan gelisah, akhirnya tanpa sadar kita menjauhkan diri dari Tuhan dan persekutuan.
Jadi, tunduklah pada kehendak dan rancangan Allah sehingga dalam pengalaman yang tidak nyaman ini kita dapat memperoleh ketenangan batin yang luar biasa dan dapat melihat terang di dalam rencana-Nya, akhirnya kita dapat memperoleh jalan keluar.
2. Menyadari bahwa kita adalah orang yang berdosa dan membutuhkan pertobatan.
3. Membawa Kristus dalam hidup kita.
Di dalam pekerjaan apapun, kita harus yakin bahwa Tuhan Yesus selalu beserta kita (semangat Theresia Lisieux).
(Sumber: Warta KPI TL No. 93/I/2012 » Renungan KPI TL tgl 8 Desember 2011, Rm Gregorius Kaha, SVD; Santa Perawan Maria Bunda Allah Dalam Misteri Kristus dan Gereja, Dr. Petrus Maria Handoko CM).