Senin, 30 Januari 2017

Belajar dari sepuluh orang kusta

Sikap yang berterima kasih adalah syarat untuk memperoleh pertolongan dari Tuhan. Sikap ini membantu kita untuk menjadi rendah hati sehingga kita mampu mengucap syukur dan menerima orang lain sebagai sebagai saudara yang perlu dikasihi

Tetapi ada banyak orang yang selalu meminta dan meminta tetapi tidak pernah berterima kasih. Sikap yang demikian memperlihatkan egoisme. 

Marilah kita belajar dari sepuluh orang kusta (Luk 17:11-19)

[11-14a] Dalam perjalanan-Nya ke Yerusalem Yesus menyusur perbatasan Samaria dan Galilea. Ketika Ia memasuki suatu desa datanglah sepuluh orang kusta menemui Dia

Mereka tinggal berdiri agak jauh dan berteriak: "Yesus, Guru, kasihanilah kami!" Lalu Ia memandang mereka dan berkata: "Pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam-imam." 

» Bagi orang Yahudi, orang sakit kusta (kata Ibraninya "sara at" yang berarti "yang dihukum Allah") adalah orang-orang yang paling malang di dunia. 

Mereka adalah kelompok manusia yang paling menderita, paling disingkirkan/dikucilkan oleh masyarakat, karena mereka dianggap najis dan berdosa

Jadi, mereka hidup dalam suasana serba susah: hidup dalam proses mati dan mati tetapi masih hidup. Mereka berteriak karena yakin gurunya mampu membuat mujizat. Yesus memandang kesepuluh orang kusta itu, sebab mereka tidak berani mendekat. 

Bagi Yesus penyakit kusta adalah sama dengan penyakit-penyakit lain yang menghambat manusia untuk berkomunikasi dengan Tuhan dan berbuat baik terhadap sesama

Jika seseorang sudah sembuh dari penyakit kusta, ia harus menjalani upacara khusus pentahiran yang dipimpin oleh seorang imam. Kemudian orang itu diberi suatu pernyataan resmi sehingga mereka dapat mengikuti upacara keagamaan kembali (Im 13-14). Bagaimana kita bisa yakin bahwa Tuhan akan membuat mujizat bagi kita? Kita harus belajar Lectio Devina

[14b-18] Dan sementara mereka di tengah jalan mereka menjadi tahir. Seorang dari mereka, ketika melihat bahwa ia telah sembuh kembali sambil memuliakan Allah dengan suara nyaring, lalu tersungkur di depan kaki Yesus dan mengucap syukur kepada-Nya. Orang itu adalah seorang Samaria. 

Lalu Yesus berkata: "Bukankah kesepuluh orang tadi semuanya telah menjadi tahir? Di manakah yang sembilan orang itu? Tidak adakah di antara mereka yang kembali untuk memuliakan Allah selain dari pada orang asing ini?" 

» Kesepuluh orang kusta itu sembuh dan tahir di tengah jalan. Mengapa Yesus menanyakan sembilan orang yang telah sembuh dari penyakit kusta kepada orang Samaria itu? Kesembilan orang yang telah sembuh itu beragama Yahudi

Jadi, mereka meneruskan perjalanan mereka sesuai dengan perintah Yesus untuk memperlihatkan diri pada para imam, dan mereka juga membawa persembahan sesuai dengan peraturan yang berlaku ( taat hukum Taurat - Im 14). 

Mengapa orang Samaria itu setelah sembuh langsung kembali dan tersungkur di depan kaki Yesus dan mengucap syukur kepada-Nya? Orang Samaria adalah orang asing sehingga peraturan-peraturan orang Yahudi tidak berlaku baginya dan tidak perlu ditaatinya

Dia memuliakan Allah dan mengimani bahwa "kesembuhan itu berasal dari Tuhan" (Yesus), Yesus adalah segala-galanya bagi dia. 

Bagi Yesus, melakukan hukum cinta kasih lebih mulia dari pada hanya menjalankan perintah dan taat pada peraturan agama saja.

[19] Lalu Ia berkata kepada orang itu: "Berdirilah dan pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau." 

» Orang Samaria itu kembali kepada Yesus dan percaya bahwa Yesus telah menghapus segala perbedaan antara orang najis dan orang bersih, sehingga peraturan-peraturan yang menekan itu tidak berlaku lagi. Dia benar-benar telah diselamatkan secara jasmani rohani (keadaan badannya yang berubah; seluruh lingkungan hidupnya menjadi baru, semua orang menjadi saudara). 

Sembilan orang kusta yang sedang dalam perjalanan menuju kepada para iman itu memang sudah sembuh secara jasmani tetapi mereka belum sepenuhnya diselamatkan (tetap tertekan oleh peraturan-peraturan yang serba tidak adil).

Dalam pengharapan akan dimerdekakan dari perbudakan kebinasaan dan masuk ke dalam kemerdekaaan kemuliaan anak-anak Allah (Rm 8:21).

(Sumber: Warta KPI TL No.107/III/2013 » Renungan KPI TL tgl 13 September 2012, Dra Yovita Baskoro, MM).