Kamis, 26 Januari 2017

18.50 -

Karunia Roh Kudus dalam hidup St. Theresia Lisieux



Rahmat pengudus berkembang sebanding dengan perkembangan kebajikan-kebajikan teologal (iman, harapan dan kasih - lih. [KGK 1803-1829] 7 Pilar dasar kehidupan Kristiani). 

Jika kebajikan-kebajikan ini berkembang, berkembang pulalah karunia-karunia Roh Kudus yang menyempurnakan kebajikan-kebajikan tersebut

Karunia-karunia Roh Kudus itu dapat pula dibandingkan dengan antena-antena yang peka pada radio, yang mampu menangkap gelombang-gelombang radio yang sangat halus dengan baik dan jelas. 

Tanpa antena yang baik dan peka, gelombang-gelombang radio itu tidak dapat ditangkap dengan jelas. Demikian pula halnya dengan karunia-karunia Roh Kudus itu. Bila karunia-karunia itu berkembang, maka orang menjadi peka terhadap bisikan dan bimbingan serta inspirasi Roh Kudus

Orang yang hidupnya dikuasai oleh Roh Kudus, tindakannya menjadi jauh lebih berharga di mata Tuhan dan lebih berguna bagi umat manusia

Bila kemudian telah mencapai persatuan transforman (persatuan cinta kasih dengan Allah secara sempurna), persatuan itu akan mengubah segala-galanya, sehingga dalam dirinya tidak ada apa-apa lagi yang bertentangan dengan kehendak Allah. Hidup orang itu benar-benar sudah diresapi seluruhnya oleh kuasa Allah sendiri, bahkan sampai kepada tindakan yang paling kecil

Oleh sebab itu orang lain dapat melihatnya sebagai suatu karya indah dari rahmat Allah dalam jiwanya, ungkapan jiwanya bersifat ilahi. Jadi, sangat diperlukan kerjasama yang baik antara Rahmat Allah dan manusia.

Syarat untuk aktivitas Roh Kudus dalam jiwa adalah kerelaan untuk tunduk secara total kepada Allah

Untuk penguasaan Allah terhadap jiwa inilah manusia dibantu oleh karunia takut akan Allah. Karunia ini menyebabkan manusia sadar akan kelemahan dan kekecilannya sendiri dan mendorongnya untuk pasrah secara total kepada Allah.

Dalam kehidupan mistik, karunia ini serupa dengan kerendahan hati dalam hidup kebajikan. Karunia ini meneguhkan seseorang dalam kerelaannya untuk tunduk terhadap Allah tanpa melawan. Ini adalah syarat mutlak untuk persatuannya yang sempurna dengan Allah.

Dari kesadaran ini, jiwa berusaha menyingkirkan setiap halangan yang dapat menjauhkan diri dari Allah, serta menyingkirkan setiap halangan yang dapat membuatnya berhenti di tengah jalan, bahkan juga yang dapat memperlambat perjalanannya menuju kepada Allah, yaitu dosa-dosa, baik yang besar maupun yang kecil, bahkan sampai pada ketidaksempurnaan yang terkecil sekalipun. 

Tradisi Kristen telah menempatkan takut akan Allah sebagai dasar dari seluruh kekudusan dan menjauhi yang jahat adalah langkah pertama untuk menuju kepada Allah. Peranan terpenting dijalankan oleh takut akan Allah demi kepentingan kebajikan ilahi pengharapan.

(1) Dalam diri Theresia, Roh takut akan Allah ini dalam bentuk takut dan kepercayaan seorang anak kecil, yang menyadari bahwa masih begitu banyak kesalahan kecil-kecil yang diperbuatnya, tetapi bukannya membuatnya takut dan kuatir, melainkan dengan penuh kasih dan kepercayaan akan kebaikan dan kemurahan hati Allah, melemparkan dirinya ke dalam pelukan Allah seperti kedalam pelukan ayah atau ibunya, dan kemudian pergi dengan hati gembira karena yakin bahwa segalanya telah diampuni.

Kata Theresia: "Apakah aku baik hari ini? Apakah Allah puas terhadapku?" 

Awal, puncak dan pangkal kebijaksanaan ialah ketakutan akan Tuhan (Sir 1:14, 18, 20)

Kebajikan kekuatan berbeda dengan karunia kekuatan

Kebajikan kekuatan - manusia masih gemetar di hadapan bahaya dan masih terdapat konflik dengan nafsu-nafsunya. Ia masih merasakan keterbatasan dan kelemahan serta perlawanan dalam menghadapi penderitaan dan kematian.

Karunia kekuatan tidak dapat diukur menurut daya tahan manusia, tetapi diukur menurut kuasa Tuhan

Melalui karunia kekuatan, jiwa mengenakan kekuatan Allah, seolah-olah sebagai kekuatannya sendiri. Dengan bersandar kepada kekuatan Allah yang hidup di dalam dirinya, jiwa mampu mengalahkan segala kesukaran dan lepas dari segala bahaya (Rm 8:35-39). 

Jadi, dengan bersandar pada kekuatan Allah dan tidak mengandalkan kekuatan sendiri, kita dapat mengatasi begitu banyak kesulitan dan hambatan. 

Karunia kekuatan tidak hanya menjangkau situasi-situasi yang berhubungan dengan bahaya maut sebagaimana halnya kebajikan kekuatan, tetapi meliputi segala sesuatu yang berhubungan dengan kebajikan lain, misalnya kemurahan, kebesaran hati, ketekunan, kesabaran dalam kesusahan, yang semuanya dialami dan dirasakan manusia.

(2) Dalam diri Theresia, karunia kekuatan ini dinyatakan dalam keperkasaan atau heroisme (= kepahlawanan) di dalam setiap perkara kecil maupun pekara besar. Dengan rendah hati dan sabar dia tersenyum menerima penderitaan. Penderitaan itu dipersembahkan kepada Yesus

Jadi, dia selalu mengambil setiap kesempatan yang ada untuk penyangkalan diri, walaupun kehabisan tenaga karena kelelahan, namun dia berjalan terus karena suatu kerinduan dan semangat untuk penyelamatan.

Pada suatu hari dia meminum obat yang sangat pahit dan dihabiskannya sedikit demi sedikit. Ada suster yang melihatnya dan berkata: "Ayo minumlah cepat-cepat supaya rasa pahitnya tidak terasa." Jawabnya: "Oh, aku melakukannya justru supaya aku dapat menikmatinya. Bukankah aku harus mengambil setiap kesempatan yang ada untuk melakukan penyangkalan diri kecil-kecilan? Sebab aku tidak dapat melakukan yang besar."

Bila dia bersama suster-suster lainnya mencuci pakaian, dia memilih tempat yang paling panas, yang biasanya dihindari oleh orang lain. Melihat itu, novis yang bersemangat, akhirnya juga berebut menempati tempat itu untuk bermati raga dan mengikuti teladannya.

Bila cuaca sangat dingin, meskipun ada alat pemanas di tempat umum/ruang rekreasi, dia beristirahat di kamarnya hanya memakai selimut yang seringkali tidak cukup untuk dapat menghangatkan tubuhnya.

Bila duduk di kursi, dia tidak pernah bersandar, walaupun kursi itu punya sandaran.

Pada saat dia diberi tugas untuk menulis riwayat hidupnya, seringkali ada suster yang datang kepadanya dengan maksud menemani dia dan mengajaknya berbincang-bincang. Hal itu sangat mengganggunya sehingga dia hampir-hampir tidak dapat menulis, katanya: "Mempunyai pikiran-pikiran yang hebat, menulis buku, menulis riwayat para kudus, tidak begitu bernilai dibandingkan dengan memberi jawaban penuh kasih kepada orang yang bertanya padamu. Dan aku telah melaksanakan hal ini dan mengalami damai yang mengalir darinya, karena aku tidak pernah mencari diriku sendiri. Aku menemukan hidup yang paling bahagia, yang ada di dunia ini."

Pada suatu hari ada seorang suster yang memakaikan peniti pada skapulirnya supaya tidak melorot. Tetapi peniti itu tidak hanya mengenai skapulir, tetapi menancap sampai kepada dagingnya. Namun Theresia hanya diam saja, dia menahannya. Dan hal itu berlangsung selama beberapa jam. 

Ketika Theresia disuruh menyiapkan lampu malam, dia harus mengalami suatu perjuangan batin yang hebat sekali. "Iblis menggodaku dengan hebat sekali untuk berontak melawan atasan. Maka aku mohon rahmat-Nya, untuk meredakan badai yang mengamuk dalam diriku. Aku sendiri juga harus memakai kekuatan besar untuk menguasai diri dan dan aku pun mulai menyiapkan lampu malam itu, seolah-olah lampu itu akan dipakai untuk menerangi Bunda Maria dan Kanak-kanak Yesus. Aku melakukan hal itu dengan cermat sekali dan tidak membiarkan debu sedikitpun menempel padanya. Hatiku pun menjadi reda dan aku pun menjadi siap untuk melakukan pekerjaan apa saja yang akan diminta dari padaku."

Karunia kebaktian yang mendorong kita untuk berhubungan dengan Allah sebagai seorang anak dengan bapanya, juga mendorong kita untuk mendekati Kristus, Penyelamat kita

(3) Dalam diri Theresia, karunia kebaktian ini telah menciptakan hubungan yang mendalam dengan Allah, seperti anak dengan bapaknya, sehingga dia berseru: "Papa, Allah yang baik." 

Hal ini terjadi karena Theresia mendapatkan pengalaman kasih dari ayahnya sehingga dia bisa mengerti, merasakan, dan bahkan menikmati misteri dari kebapaan Allah.

Karunia ini menyebabkan Theresia juga mendekati Yesus. Karena kebaktiannya lebih terarah kepada Kanak-kanak Yesus, maka dia memakai nama Theresia dari Kanak-kanak Yesus.

Bahkan dia menggambarkan dirinya dalam hubungan dengan Yesus sebagai bola mainan-Nya. Kanak-kanak Yesus bermain dengan bola-Nya, bola-Nya ditendang ke sana ke mari, bila sudah bosan bola itu ditinggalkan-Nya begitu saja di sudut serta dilupakan.

Karunia ini menyebabkan Theresia menghayati Wajah Kudus Yesus yang tidak ada rupanya lagi seperti manusia. Dia dengan setia merenungkan penderitaan Yesus yang telah menderita baginya. 

Dari Wajah Yesus, dia mendapatkan kekuatan untuk melepaskan diri dari segala makhluk dan kerelaan besar untuk menderita demi keselamatan jiwa-jiwa. Jadi, Wajah Kudus Yesus sungguh-sungguh merupakan sekolah kesempurnaan dan kesucian.

Pada suatu saat ketika sedang berdoa jalan salib, dia menerima dari kasih Allah yang maharahim suatu luka bakar cinta kasih. Hanya sedikit jumlah jiwa yang menerima panah berapi ilahi ini. 

Karunia ini juga menyebabkan Theresia mempunyai keinginan yang sangat besar untuk menyambut komuni, mendaraskan Ibadat Harian dengan penuh perhatian dan memohon perlindungan dengan perantaraan Bunda Maria, para kudus dan para malaikat.

Karunia nasehat, seperti halnya dengan karunia-karunia lain, tidak sama kadarnya antara yang seorang dengan yang lain. Orang-orang yang dipanggil Tuhan untuk melakukan perkara-perkara besar, diberi terang khusus yang membimbing langkah-langkah mereka dengan pasti untuk melakukan karya-karya Tuhan. 

Karunia ini juga merupakan suatu karunia istimewa yang secara khusus diperuntukkan bagi mereka yang bertugas membimbing orang lain

Aktivitas karunia ini dapat kita jumpai dengan pelbagai macam bentuk sesuai dengan tugas dan panggilan tiap-tiap orang, misalnya membantu seorang ibu rumah tangga yang harus membentuk anggota keluarganya dan bertugas membentuk Kristus dalam diri anak-anaknya. 

Karunia ini juga menolong para imam dan meneranginya di dalam menjalani panggilan dan tugas mereka dalam membimbing orang lain. Hanya Tuhan sendiri saja yang mampu menunjukkan semua bahaya yang menghadang dan mampu memberikan jalan keluarnya. 

Jadi, pembimbing yang utama adalah Roh Kudus sendiri dan manusia berusaha untuk mengenali karya Roh di dalam dirinya. 

Orang yang memiliki karunia ini akan mengerti apakah sesuatu yang dihadapinya ini akan membawa kepada kesucian, ataukah sebaliknya akan membawa kepada kehancuran. Dia juga dapat membedakan apakah hal ini berasal dari Roh Kudus atau bukan

Karunia nasihat inilah yang memberikan terang, sehingga dalam kehidupan sehari-hari orang bisa melihat segala sesuatu dalam terang iman

Orang sangat membutuhkan karunia nasihat supaya di tengah-tengah segala kesukaran dan liku-liku hidup dapat terus berjalan menuju kepada Allah tanpa menyimpang ke kanan atau ke kiri.

(4) Dalam diri Theresia, karunia nasehat telah mendampingi langkah-langkahnya yang paling kecil sekalipun dengan terang yang penuh kegembiraan. Dalam arah dan jalur kesetiaan yang penuh senyuman, serta taat kepada inspirasi-inspirasi yang paling kecil sekalipun. 

Dari hari ke hari Roh Allah menunjukkan apa yang harus dilakukannya untuk terus hidup dalam rahmat dan penyerahan total kepada-Nya. 

Roh Allah juga selalu hadir memberikan inspirasi pada setiap situasi, yang memelihara hatinya dari kemurnian yang total dan yang memberikan kekuatan padanya dalam perjuangan sehari-hari sehingga dia dapat dengan mudah sekali pindah dari kontemplasinya yang sangat mendalam dan turun kembali untuk melaksanakan tugas sehari-hari yang praktis. 

Jadi, pengenalan mistik yang sangat mendalam selalu bermuara pada perbuatan, semakin orang itu dekat dengan Allah, semakin praktislah dia.

Karunia pengetahuan membawa kita kepada cakrawala-cakrawala baru karena terang ilahi, naik mengatasi segala ciptaan dan memandang Allah melalui karya-karya-Nya; menemukan jejak-jejak Allah dalam ciptaan. 

Jadi, seseorang yang diberi karunia pengetahuan tidak berhenti pada ciptaan, melainkan melalui ciptaan, dia menuju Allah

Misalnya seorang melihat gunung yang indah dan hatinya terarah kepada Allah sebagai pencipta gunung itu. Keindahan ciptaan merupakan pancaran keindahan Sang Pencipta. Oleh karena itu karunia pengetahuan memberikan inspirasi dan dorongan ganda dalam hubungannya dengan ciptaan

Karunia pengetahuan tidak menempatkan manusia di atas segala ciptaan, tetapi melihat segala pekara di dalam rangkaian ciptaan dan dalam hubungannya satu sama lain sehingga memungkinkan orang melihat segala sebab akibat dalam hubungannya dengan Sang Pencipta

Karena dosa, maka ciptaan yang sebenarnya merupakan pancaran Allah seringkali menjadi jerat bagi manusia ... setelah ia bertobat sungguh-sungguh dari dosa-dosanya dan terlepas dari segala ikatan, dia menemukan dalam ciptaan kehadiran Allah sendiri. Dosa asal dan akibat-akibatnya telah menghancurkan keseimbangan ini

Namun sejak kita dibaptis, rahmat pengudus datang untuk mengembalikan harmoni di dalam hidup rohani kita

Jadi, peran karunia pengetahuan adalah untuk membebaskan jiwa dari segala kesia-siaan dan kekosongan ciptaan, serta memampukannya untuk lebih menghargai dan menikmati Allah sendiri.

Bagi orang yang berhati murni, ciptaan menunjukkan keindahan alam, kebesaran Allah, pujian bagi kemuliaan Tuhan

tetapi orang yang dikuasai hawa nafsunya, bagi orang yang serakah ciptaan dipakai sebagai alat untuk memuaskan nafsunya akan kekuasaan dan kekayaan yang tidak ada habis-habisnya

Ibaratnya seperti orang yang minum air laut. Semakin banyak minum, ia akan semakin haus, takkan pernah puas dan akhirnya mati secara mengenaskan.

(5) Dalam diri Theresia, karunia pengetahuan menyadarkannya akan kerapuhan dan kepapaannya, sekaligus kesadaran akan kerahiman Allah yang mahabaik sehingga dia seringkali mencucurkan air mata syukur karena terharu melihat kerahiman Tuhan yang begitu besar.

Kata Theresia: "Saya tidak ingin bahwa ciptaan-ciptaan ikut menguasai hatiku, walau hanya sedikit. Saya mau memberikan seluruhnya kepada Yesus. Sebab Dia telah menyadarkan saya, bahwa Dia sendirilah satu-satunya yang sempurna. Saya merasa perlu melupakan dunia ini. Segala sesuatu di dunia ini melelahkan saya. Saya hanya menemukan satu sukacita, yaitu sukacita untuk menderita. Hidup ini akan berlalu. Keabadian semakin mendekat. Kesadaran betapa pendeknya hidup ini, memberikan keberanian dan kekuatan untuk menanggung segala dari perjalanan ini. Apa artinya sedikit bekerja dan bersusah payah di dunia ini? Kita semua akan berlalu. Di dunia ini kita tidak memiliki tempat yang tetap."

Karunia pengertian menyebabkan kita mampu mengerti misteri-misteri tentang hidup Allah, melihat-Nya melalui iman; memungkinkan orang untuk memiliki intuisi-intuisi yang mendalam tentang Allah, serta untuk menyelami rahasia-rahasia ilahi

Yang menjadi obyek dari karunia ini adalah Allah sendiri, dalam rahasia kodrat dan kesempurnaan-Nya yang tidak terbatas. Karunia ini mencoba menyelami siapa Allah itu

Allah tidak dapat ditangkap oleh akal budi, Ia bukan ini, bukan itu. Allah melampaui segala pengertian, Ia melampaui segala-galanya (St. Yohanes Salib).

Dalam keheningan cinta kasih, Allah mempercayakan rahasia-rahasia-Nya yang paling dalam. Segala sesuatu menjadi terang, teks-teks Kitab Suci berbicara, tanda-tanda wahyu Allah muncul secepat kilat, lambang-lambang Gereja, maupun ritus-ritus liturgi menunjukkan kemuliaan Allah yang tak terkatakan.

Dalam keheningan, kita dapat memahami dengan lebih jelas apa yang ingin kita katakan, apa yang kita harapkan dari orang lain, dan membiarkan Allah berbicara mengungkapkan diri-Nya lewat sesuatu, baik lewat perkataan/tindakan orang lain maupun lewat benda-benda. 

Jadi, kita harus menjaga jarak agar dapat merefleksikan kehidupan kita (Mat 14:22-33). Dalam keheningan, Allah menjadi semua di dalam semua (1 Kor 15:28) sehingga kita dapat melihat karya Allah dalam kehidupan sehari-hari. 

Hening bukan suasanatetapi disposisi batin sehingga dapat mendengarkan suara Allahuntuk itu diperlukan pertobatan, tidak mementingkan diri kita sendiri.

Di dunia ini ada dua cara untuk sampai kepada pengenalan Allah yang paling dalam, yaitu melalui studi ilmiah dan intuisi cinta kasih

Pengetahuan ilmiah tentang Allah yang mewahyukan diri, tergantung dari metode teologi

Pengetahuan ini mengandalkan suatu pengetahuan filsafat yang mendalam sebagai dasarnya, pengertian yang tepat tentang sejarah, serta kemampuan untuk mengadakan analisa dan sintesa. 

Hal ini menuntut suatu usaha yang seringkali memerlukan waktu seumur hidup ... hasilnya sangat terbatas dan kurang memuaskan karena kebenaran Allah jauh melampaui segala konsep dan tidak dapat dituangkan dalam konsep-konsep. Hanya Kristus saja yang dapat berbicara kepada manusia tentang misteri Allah.

Walaupun orang belajar seribu tahun lamanya, dia tidak akan pernah mengerti banyak tentang misteri AllahNamun bila kemudian ia memahaminya karena karunia Allahdia mampu mengungkapkannya (Santa Teresa Avila; 2 Kor 12: 2- 4).

(6) Dalam diri Theresia, karunia pengertian sudah ada sejak kecil. Hal ini disebabkan karena lingkungan hidup yang sungguh-sungguh menciptakan suasana adikodrati yang luar biasa. Imannya yang murni diterangi oleh Roh Kudus.

Kata Theresia: "Kotbah pertama yang aku mengerti dan sungguh mengesankan pada diriku adalah suatu kotbah tentang kesengsaraan Kristus. Waktu itu aku berumur 5 tahun. Sejak saat itu aku dapat mengerti segala pengajaran-pengajaran yang diberikan dan menikmatinya."

Kata Theresia: "Tanpa menunjukkan diri, tanpa memperdengarkan suara-Nya, Yesus telah mengajarku secara tersembunyi. Bukan dengan bantuan buku-buku. Sebab aku tidak mengerti apa yang aku baca. Kadang-kadang ada sepatah kata atau suatu kalimat yang menolongku, yang menghiburku di dalam kekeringan doaku. Dia mengajarkanku segala sesuatu yang harus kulakukan."

Theresia tidak dipanggil untuk mengungkapkan suatu teologi yang begitu luas dan mendalam seperti para teolog besar. Dalam diri Theresia, Roh Kudus menyatakan diri dengan memberikan keyakinan kepadanya tentang kebenaran iman yang harus menjadi dasar seluruh bangunan rohaninya, yaitu kesadaran iman, bahwa Allah adalah Bapa dan menyadari kekayaan cinta kasih maharahim yang tidak terbatas, kebundaan Maria dan hak istimewa anak-anak Allah.

Pendek kata, Theresia diberi karunia untuk mengerti segala kebenaran iman yang menjadi dasar untuk membawa jiwa-jiwa kepada Allah melalui jalan kecil, kepercayaan dan cinta kasih

Budinya yang praktis dan bersifat mistik menghantarnya kepada Allah. Ia tidak menemukan di dalam Allah kebenaran-kebenaran abstrak tentang ke-Allah-an, tetapi memandang Allah sebagai Bapa yang mahabaik dan melihat kelembutan hati Allah.

Berkat karunia pengertian, Theresia dengan cara yang begitu mudah mampu menerangkan Kitab Suci, seolah-olah Kitab Suci tidak mempunyai rahasia lagi, sebab segala sesuatu terbuka baginya. 

Jadi, dia diberi rahmat untuk menemukan ayat-ayat Kitab Suci yang paling cocok untuk anak-anak bimbingannya.

Karunia kebijaksanaan atau hikmat memberikan pengertian tentang segala sesuatunya dalam terang Sang Sabda sendiri

Terang inspirasi ilahi ini bukanlah milik orang-orang tertentu, melainkan menyertai setiap orang yang telah dibaptis dan berada dalam keadaan rahmat

Karunia ini memberikan pengertian tentang Allah dan Yesus Kristus. Mereka berada di bawah bimbingan Roh Kudus dan bersumber pada rahmat pembaptisan mereka.

Karunia ini membantu seseorang untuk mencapai puncak hidup ilahi selama masih hidup di dunia ini

Kadang-kadang orang mempunyai pengertian yang keliru tentang kurnia ini. Mereka berpikir bahwa kurnia ini harus disertai banyak gejala-gejala mistik yang luar biasa, seperti ekstase, stigmata dll. Sebenarnya tidak ada yang lebih sederhana daripada hidup dalam Allah (Puri Batin, Santa Teresa Avila).

Karena sentuhan-sentuhan Roh Kudus, jiwa tidak lagi hidup dalam dirinya sendiri tetapi di dalam Allah dan Allah tinggal di dalam dia

Ia berada dalam hubungan mesra dengan ketiga pribadi dan penuh kerinduan akan keheningan dan kesunyian. Di sanalah ia menikmati sukacita yang murni karena memiliki Allah, sambil melupakan diri sendiri, setia akan tugas-tugasnya, rindu untuk ikut menderita bersama dengan Kristus dan mengambil bagian dari karya penebusan Kristus.

Bila aktifitas Roh Kudus menjadi semakin dalam dan semakin menguasai jiwa, maka terjadilah suatu persatuan yang mengubah jiwa ke dalam Allah.

Karunia kebijaksanaan memungkinkan orang memandang kebaikan-kebaikan Allah di dalam pengelolaan dunia. Melalui karunia ini, iman kita bisa melihat segala sesuatu dari pandangan Allah. Melihat segala sesuatu berasal dari Allah, Allah menjadi pusat segala-galanya. 

Karena ditempatkan di puncak segala ciptaan di dalam Allah sendiri, maka jiwa yang telah diubah ke dalam Allah melihat segala sesuatu dalam terang Sang Sabda.

(7) Dalam diri Theresia, karunia kebijaksanaan menyadarkannya secara luar biasa kedalaman misteri kebapaan Allah, kebaikan, kebenaran, keadilan-Nya yang begitu adil dan penuh pengertian akan kelemahan manusia, yang paling utama adalah kekayaan cinta kasih Allah yang maharahim.

Dari jiwa kanak-kanak ini, kemudian muncul suatu pengertian dan intuisi besar yang membuat seluruh Gereja terkagum-kagum. Di sinilah kita melihat realisasi Sabda Allah: "Yang bodoh dari Allah, lebih bijaksana daripada dunia ini. Allah menyembunyikan semuanya itu terhadap orang bijak dan pandai, tetapi menyatakannya kepada orang-orang kecil." (1 Kor 1:25; Luk 10:21).

(Sumber: Warta KPI TL No.102/X/2012 » Ketujuh Karunia Roh Kudus Dalam Hidup St. Theresia Lisieux, Yohanes Indrakusuma, O. Carm).