Jumat, 13 Januari 2017

Beato Yohanes Henri Newman



Kita sering mendengar dan menjumpai orang-orang yang mencari kebenaran sejati. Ada yang berguru pada “orang bijaksana”, ada yang berziarah ke banyak tempat suci, ada juga yang mencarinya dalam tradisi-tradisi religius yang lain. Benarkah kebenaran sejati itu dapat ditemukan? 

Marilah kita belajar dari pengalaman hidup Beato Yohanes Henri Newman (YHN).

YHN lahir pada tanggal 21 Februari 1801 di London, Inggris. Dia adalah anak sulung dari enam bersaudara. Ayahnya adalah Yohanes Newman, seorang pemilik bank dan ibunya Jemima adalah seorang berkebangsaan Perancis yang pindah ke London. Saudaranya Fransiskus William, seorang penulis, yang memiliki bakat menonjol dalam bidang kesusasteraan.

Sejak kecil YHN memiliki bakat religius untuk mempelajari dan merenungkan Kitab Suci, dia memperoleh dan menghayati keutamaan-keutamaan moral dan hidup rohani; dia juga belajar untuk menggali potensi intelektualnya. 

Pada usia 14 tahun, dia meninggalkan iman Kristennya dan menjadi ateis. Baginya orang dapat menjadi kaya raya tanpa harus percaya kepada Allah. Hal ini terjadi karena keinginan tak teratur terhadap barang-barang duniawi dan akibat dari pengaruh lingkungan sekitarnya.

Pada usia 15 tahun, dia membaca bukuForce from Truth”, penulisnya Thomas Scott. Setelah membaca buku itu, jiwanya amat terkesan, iman dan cintanya kepada Allah dibangkitkan dan dia mengalami kasih Allah yang begitu besar. Sejak itu dia mulai menggali iman dan mendalami hidup rohaninya.

Setelah YHN menyelesaikan studinya di Oxford, Inggris, dia ditahbiskan menjadi Imam Gereja Anglikan dan terpilih juga menjadi salah satu menteri Gereja Anglikan. Kemudian dia diangkat menjadi Vikaris dari Gereja Santa Maria di Oxford. 

Di sinilah dia mendapatkan kesempatan untuk bertemu dengan sesama imam dari Gereja Anglikan. Bersama dengan rekan-rekan imam, dia mempelajari tulisan-tulisan para Bapa Gereja. 

Dalam tulisan-tulisan Bapa Gereja, dia menemukan intisari dari ajaran Kristus, sebuah kesegaran dan pembaruan dari Gereja awali, yang akan membebaskan dari segala pengetahuan yang bertentangan dengan iman Kristen

Pada saat itu juga, YHN mempunyai keprihatinan berkaitan dengan perkembangan dan pengaruh liberalisme di Inggris, dan Oxford khususnya. 

Untuk mengatasi hal itu, dia bersama rekan-rekan imam mendirikan gerakan Oxford pada tahun 1833. Gerakan ini berusaha untuk meyakinkan khayalak ramai agar mulai serius untuk menggali dan menghayati iman Kristen. 

Gerakan ini juga menyadarkan para rohaniwan makna iman Kristen di tengah-tengah merebaknya paham fundamentalisme dan rasionalisme. Artinya ada relasi penting antara iman dan akal budi. 

Melalui ajaran Bapa Gereja, dia menunjukkan bahwa iman Kristen bukan sesuatu yang usang atau ketinggalan zaman, tetapi iman Kristiani sesuatu yang hidup dan layak dihayati Iman Kristen bukan sekedar ajaran melainkan pengalaman akan Allah yang memperbarui hidup manusia. Iman Kristiani yang benar dan Gereja Kristus yang sejati sesungguhnya berada dalam Gereja Katolik Roma.

Setelah YHN menemukan kebenaran ini, maka dia memutuskan untuk mengasingkan diri di sebuah desa kecil, yaitu Littlemore, dekat Oxford, Inggris untuk belajar dan berdoa selama beberapa tahun. 

Dia mulai mempelajari dan merenungkan Kitab Suci, tradisi para Bapa Gereja serta ajaran Gereja Katolik Roma. Dia meyakini satu hal, yaitu iman kepada Allah Tritunggal yang tak berubah dan tradisi gereja yang tak terputus.

Setelah melalui suatu proses lewat pencariannya yang tak kenal lelah serta study yang cukup lama dan mendalam maka dia memutuskan untuk masuk dan bergabung dalam Gereja Katolik

Kemudian, melalui proses pembinaan selama beberapa tahun, YHN ditahbiskan menjadi imam Gereja Katolik. Dengan kekuatan Allah dan perjuangan tanpa pamrih, banyak orang bertobat dan kembali ke Gereja Katolik, demi menggapai dan menghayati satu-satunya ajaran yang benar, yaitu kebenaran dan kemurnian iman yang diajarkan dalam Gereja Katolik.

YHN juga secara serius memperdalam ilmu filsafat. Namun, dia tidak mempelajari demi filsafat itu sendiri, melainkan dengan tujuan untuk memahami iman Katolik secara benar dan seimbang. 

Bagi YHN, filsafat hendaknya menyentuh budi seseorang dan membukanya pada sebuah pengenalan transendental terhadap realistis mutlak, yang dalam bahasa orang beriman dikenal dengan nama Allah. 

Jadi, filsafat berfungsi sebagai sarana atau jalan untuk mempersiapkan orang untuk menghantar orang, dan pada akhirnya mengenal kekayaan dan keluhuran iman Kristiani sebagaimana yang diajarkan dan dihayati Gereja Katolik Roma.

Setelah sekian lama melayani dan mengabdi dalam Bunda Gereja Katolik Roma, YHN berpulang ke rumah Bapa pada tanggal 11 Agustus di usia 89 tahun di kota Birmingham, Inggris. 

Kemudian seratus sembilan belas tahun kemudian, yaitu tanggal 3 Juli 2009, Paus Benediktus XVI meneguhkan penyembuhan Diakon Jack Sullivan dari penyakit gangguan syaraf dalam tulang punggung sebagai mujizat melalui perantaraan Hamba Allah YHN.

Atas peneguhan tersebut, Gereja mengangkatnya menjadi Beato Yohanes Henri Newman dan diperingati setiap tanggal 9 Oktober.

(Sumber: Warta KPI TL No. 94/II/2012 » Beato Yohanes Henri Newman, HDR Januari-Februario 2012).