Minggu, 29 Januari 2017

Allah dan nilai-nilai Kerajaan Allah: nilai tertinggi dalam hidup manusia

Sepasang suami-istri bersitegang di dalam gereja karena ulah sepasang muda-mudi yang kebetulan duduk dengan jarak 2 bangku di depannya. 

Yang cewek mengenakan pakaian yang cukup ketat dan bajunya tanpa lengan, sedangkan si cowok bercelana jins dan berkaos oblong. Sejak Ekaristi di mulai, mereka saling berpegangan tangan, banyak berbicara sendiri dan sesekali SMS-an. 

Melihat itu, si bapak berkata: "Muda-mudi tidak tahu diri, apa tidak pernah diajar sopan-santun?" Mendengar ocehan suaminya, si ibu menenangkannya dengan berkata: "Sudahlah, pak ... bapak ke gereja kan niatnya berdoa. Sudah, jangan dihiraukan!" Suaminya menjawab ketus: "Bagaimana ini ada di depan mataku, apa aku harus berpaling?"


Ketika kita melihat sepasang muda-mudi seperti kejadian di atas, bagaimana sikap kita? Diam saja atau menegur mereka? Jika kita hanya diam saja, maka secara moral kita berdosa karena Yesus telah memberi perintah untuk menggembalakan domba-domba-Nya jika kita mengasihi-Nya (Yoh 21:15-17). Jadi, tegurlah secara sopan sehingga mereka mengerti kesalahannya.

Mengapa sepasang muda-mudi itu melakukan hal-hal yang tidak pantas di dalam gereja pada saat misa? Karena mereka tidak menomer satukan Tuhan, mungkin mereka kurang memahami hukum yang terutama dan yang pertama (Mat 22:37-38).

Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firman-Ku dan Bapa-Ku akan mengasihi dia dan Kami akan datang kepadanya dan diam bersama-sama dengan dia (Yoh 14:23).

Jika seseorang mengasihi Tuhan, maka dia akan secara konsisten dan maksimal mengkonkrit-riilkannya dalam segala aspek hidupnya.

* Dalam peribadatan

Pakaian: kalau ber-ibadah pakaian sopan. Belajarlah pada saudara sepupu kita, mereka ber-ibadah memakai pakaian khusus, mereka membedakan pakaian ber-ibadah dan pakaian untuk keperluan lainnya. 

Persembahan: yang dimaksud persembahan bukan hanya kolekte, tetapi termasuk sikap tubuh (duduk, berdiri, berlutut), pikiran dan hati pada saat ber-ibadah.

Waktu: tidak membuat batasan-batasan, tapi plong pasrah (Luk 2:25-32, 36-39 - Hana dan Simeon).

* Dalam kehidupan riil sehari-hari: pekerjaan, pelayanan sosial

Maria adalah teladan kita

Ketika dipuji, dia tidak lupa diri tetapi dia memuliakan Tuhan (Luk 1:46-55). 

Ketika mengalami suatu peristiwa yang tidak dimengertinya, dia menyimpan segala perkara itu di dalam hatinya dan merenungkannya (Luk 2:19, 50-51). 

Hal ini dapat dilakukannya karena Maria menyadari bahwa dia hanyalah hamba Tuhan (Luk 1:38).

Sekiranya semua orang Kristen hidup menurut apa yang diajarkan Kitab Suci mereka, pasti dunia ini tak akan mengalami bencana (Mahatma Gandhi).

(Sumber: Warta KPI TL No.105/I/2013 » Renungan KPI TL tgl 13 September 2012, Romo Yan Madya, SVD).