Minggu, 18 Desember 2016

23.44 -

Pengaruh kehidupan yang berpusatkan pada Kristus

Kita sudah dipilih-Nya dan juga ditentukan-Nya menjadi serupa dengan gambar Anak-Nya (Rm 8:29), maka kita harus berjuang menjadi serupa dengan Kristus.

Orang yang fokus hidupnya adalah Tuhan akan berani berkata seperti Santa Theresia Lisieux "Yesus, tentu Engkau senang mempunyai mainan. Biarlah saya menjadi mainan-Mu! Anggap saja saya ini bola-Mu. Bila akan Kauangkat, betapa senang hatiku. Jika hendak Kausepak kian kemari, silakan. Dan jika hendak Kau tinggalkan dipojok kamar karena bosan, boleh saja. Saya akan menunggu dengan sabar dan setia. Tetapi kalau hendak Kautusuk bola-Mu, ah Yesus, tentu sakit sekali. Namun, terjadilah kehendak-Mu."; "Jika Tuhan menghendakinya, kami akan hidup dan berbuat ini dan itu." (Yak 4:15).

Ada dampak yang akan dimiliki di dalam setiap kehidupan kita jika jika menjadikan Tuhan sebagai fokus kehidupan kita.

1. Tuhan akan memberikan kemampuan untuk menyingkirkan kehidupan kedagingan.

Dalam dunia ini "roh duniawi" (1 Yoh 2:16 - keinginan daging, keinginan mata serta keangkuhan hidup) akan terus berkuasa, berinteraksi dalam segala kehidupan kita.

Perbuatan daging yaitu percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya (Gal 5:19-21).

Jika saat ini hidup kita masih melekat dengan dunia, buatlah perubahan dalam hidup, paksa jiwa kita untuk boleh masuk di dalam hadirat Tuhan, jangan hidup lagi seperti orang-orang yang tidak mengenal Allah dengan pikirannya yang sia-sia ... perasaan mereka telah tumpul, sehingga mereka menyerahkan diri kepada hawa nafsu dan mengerjakan dengan serakah segala macam kecemaran (Ef 4:17-19).

Marilah kita belajar fokus kepada Tuhan seperti Daud (lih. Bagaimana berjuang dalam menghadapi raksasa kehidupan) sehingga kita mengalami Tuhan yang nyata. Semua apa yang dihadapi akan tersingkir dan tereliminasi dalam kehidupan kita karena "pekerjaan-pekerjaan Roh Kudus".

2. Tuhan akan menumbuhkan kemampuan untuk menilai, melihat dan membuat keputusan secara ilahi dari sudut pandang-Nya.

Jika kita menilai sesuatu dari sudut pandang manusia seringkali menanggung beban yang seharusnya tidak kita alami. Sebaliknya, jika kita menilai sesuatu dari sudut pandang Tuhan maka kita akan mampu mengambil keputusan yang benar dan dapat melihat bahwa di sana ada Tuhan yang bekerja (mampu melihat visi dari Allah).

Jadi, orang yang melekat pada Tuhan seberapa beratnya penderitaan dalam dunia ini dia tidak akan pernah mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri.

Karena dia tahu bahwa "Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah" (Rm 8:28); rancangan-Nya, rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan untuk memberikan hari depan yang penuh harapan (Yer 29:11).

3. Lebih mudah menerima tuntunan untuk melangkah dalam tujuan Tuhan.

Agar bisa menerima tuntunan untuk melangkah dalam tujuan Tuhan diperlukan pola pikir yang sederhana seperti jiwa seorang anak kecil, yaitu mempercayakan seluruh kehidupannya pada Tuhan.

Marilah kita belajar dari Abraham dan Yakub

Abraham: pola pikir sederhana » percaya pada janji Tuhan

Berfirmanlah Tuhan kepada Abram: "Pergilah dari negeri ini ... ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu; Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan memberkati engkau serta membuat namamu masyur; dan engkau akan menjadi berkat ... Lalu pergilah Abram seperti yang difirmankan Tuhan kepadanya (Kej 12:1-4).

Yakub: pola pikir tidak sederhana » kurang percaya pada janji Tuhan.

Untuk memperoleh berkat dia memakai pola pikirnya sendiri dengan cara menipu Esau, saudara kembarnya dan Ishak, ayahnya. Pikirnya: "Aku tidak mungkin mendapatkan hak kesulungan karena aku anak kedua." (lih. Berkat).

Janji berkat Tuhan untuk Yakub

Yakub adalah seorang yang tenang, yang suka tinggal di kemah. Ribka, ibunya kasih kepada Yakub (Kej 25:27-28).

Yakub mendengar tiga janji Tuhan untuk Abraham, kakeknya, Ishak, ayahnya dan dirinya sendiri dari Ribka, ibunya.

(1) Berfirmanlah Tuhan kepada Abram: "Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan memberkati engkau ... (Kej 12:1-3).

(2) Allah berfirman: "Tidak, melainkan isterimu Saralah yang akan melahirkan anak laki-laki bagimu, dan engkau akan menamai dia Ishak, dan Aku akan mengadakan perjanjian-Ku dengan dia menjadi perjanjian yang kekal untuk keturunannya (Kej 17:19).

(3) Berdoalah Ishak kepada Tuhan untuk isterinya, sebab isterinya itu mandul; Tuhan mengabulkan doanya, sehingga Ribka, isterinya itu, mengandung.

Tetapi anak-anaknya bertolak-tolakan di dalam rahimnya dan ia berkata: "Jika demikian halnya, mengapa aku hidup?" Dan ia pergi meminta petunjuk kepada Tuhan.

Firman Tuhan kepadanya: "Dua bangsa ada dalam kandunganmu, dan dua suku bangsa akan berpencar dari dalam rahimmu; suku bangsa yang satu akan lebih kuat dari yang lain, dan anak yang tua akan menjadi hamba kepada anak yang muda."

Pola pikir Yakub

(1) Pada suatu kali Yakub sedang memasak sesuatu, lalu datanglah Esau dengan lelah dari padang. Kata Esau kepada Yakub: "Berikanlah kiranya aku menghirup sedikit dari yang merah-merah itu, karena aku lelah.

Tetapi kata Yakub: "Juallah dahulu kepadaku hak kesulunganmu." Sahut Esau: "Sebentar lagi aku akan mati; apakah gunanya bagiku hak kesulungan itu?"

Kata Yakub: "Bersumpahlah dahulu kepadaku." Maka bersumpahlah ia kepada Yakub dan dijualnyalah hak kesulungannya kepadanya. Lalu Yakub memberikan roti dan masakan kacang merah itu kepada Esau; ia makan dan minum, lalu berdiri dan pergi.

(2) Ketika Ishak sudah tua, dan matanya telah kabur, sehingga ia tidak dapat melihat lagi, dipanggilnyalah Esau, anak sulungnya, serta berkata kepadanya: "Anakku." Sahut Esau: "Ya, bapa." Berkatalah Ishak: "Lihat, aku sudah tua, aku tidak tahu bila hari kematianku. Maka sekarang, ambillah senjatamu, tabung panah dan busurmu, pergilah ke padang dan burulah bagiku seekor binatang; olahlah bagiku makanan yang enak, seperti yang kugemari, sesudah itu bawalah kepadaku, supaya kumakan, agar aku memberkati engkau, sebelum aku mati."

Tetapi Ribka mendengarkannya, ketika Ishak berkata kepada Esau, anaknya. Setelah Esau pergi ke padang memburu seekor binatang untuk dibawanya kepada ayahnya, berkatalah Ribka kepada Yakub, anaknya: "Telah kudengar ayahmu berkata kepada Esau, kakakmu: .... Maka sekarang, anakku, dengarkanlah perkataanku seperti yang kuperintahkan kepadamu.

Pergilah ke tempat kambing domba kita, ambillah dari sana dua anak kambing yang baik, maka aku akan mengolahnya menjadi makanan yang enak bagi ayahmu, seperti yang digemarinya. Bawalah itu kepada ayahmu, supaya dimakannya, agar dia memberkati engkau, sebelum ia mati."

Lalu kata Yakub kepada Ribka, ibunya: "Tetapi Esau, kakakku, adalah seorang yang berbulu badannya, sedang aku ini kulitku licin. Mungkin ayahku akan meraba aku; maka nanti ia akan menyangka bahwa aku mau memperolok-olokkan dia; dengan demikian aku akan mendatangkan kutuk atas diriku dan bukan berkat."

Tetapi ibunya berkata kepadanya: "Akulah yang menanggung kutuk itu, anakku; dengarkan saja perkataanku, pergilah ambil kambing-kambing itu."

Lalu ia pergi mengambil kambing-kambing itu dan membawanya kepada ibunya; sesudah itu ibunya mengolah makanan yang enak, seperti yang digemari ayahnya. Kemudian Ribka mengambil pakaian yang indah kepunyaan Esau, anak sulungnya, pakaian yang disimpannya di rumah, lalu disuruhnyalah dikenakan oleh Yakub, anak bungsunya.

Dan kulit anak kambing itu dipalutkannya pada kedua tangan Yakub dan pada lehernya yang licin itu. Lalu ia memberikan makanan yang enak dan roti yang telah diolahnya itu kepada Yakub, anaknya.

Demikianlah Yakub masuk ke tempat ayahnya serta berkata: "Bapa!" Sahut ayahnya: "Ya, anakku; siapakah engkau?" Kata Yakub kepada ayahnya: "Akulah Esau, anak sulungmu. Telah kulakukan, seperti yang bapa katakan kepadaku. Bangunlah, duduklah dan makanlah daging buruan masakanku ini, agar bapa memberkati aku."

Lalu Ishak berkata kepada anaknya itu: "Lekas juga engkau mendapatnya, anakku!" Jawabnya: "Karena Tuhan, Allahmu, membuat aku mencapai tujuanku."

Lalu kata Ishak kepada Yakub: "Datanglah mendekat, anakku, supaya aku meraba engkau, apakah engkau ini anakku Esau atau bukan." Maka Yakub mendekati Ishak, ayahnya, dan ayahnya itu merabanya serta berkata: "Kalau suara, suara Yakub; kalau tangan, tangan Esau."

Jadi Ishak tidak mengenal dia, karena tangannya berbulu seperti tangan Esau, kakaknya. Ishak hendak memberkati dia, tetapi ia masih bertanya: "Benarkah engkau ini anakku Esau?" Jawabnya: "Ya!" (kej 27:1-40).

Hal ini tidak berkenan di hati Tuhan, maka berlakulah "hukum tabur tuai". Yakub harus membayar harga seumur hidupnya, diapun ditipu dengan cara yang sama oleh Laban (Kej 29:16-30). Hukum ini bukan untuk menghukumnya tetapi untuk menyadarkan kesalahannya.

Sesungguhnya ada orang yang terakhir yang akan menjadi orang yang terdahulu dan ada orang yang terdahulu yang akan menjadi orang yang terakhir (Luk 13:30) - ada orang-orang yang terdahulu kehilangan berkatnya. Ingatlah! Firman yang keluar dari mulut-Nya ... akan melaksanakan apa yang dikehendaki-Nya (Yes 55:11).

Jika kita hidup bagi Tuhan dan mengarahkan  hati kita kepada-Nya, maka Dia akan mengaktifkan pekerjaan Roh Kudus untuk menuntun kita berjalan di dalam tujuan yang sudah Tuhan tentukan dalam kehidupan kita (Yoh 14:23-26). Tuhan mempunyai "jadwal" (timetable) buat setiap kita.

Tetapi seringkali kita tidak mampu mengikuti rencana Tuhan karena kita mempunyai rencana sendiri. Setiap hendak melakukan sesuatu, hendaknya kita bertanya kepada Tuhan terlebih dahulu (Yak 4:15 » Jika Tuhan menghendakinya, kami akan hidup dan berbuat ini dan itu."

Marilah kita fokus pada kehendak Tuhan seperti Yusuf (lih. 

Yusuf mengerti bahwa semua penderitaan yang dialaminya terjadi atas seijin Tuhan untuk mendatangkan kebaikan bagi bangsanya  (Kej 45:4-13 » Akulah Yusuf, saudaramu, yang kamu jual ke Mesir. Tetapi sekarang, janganlah bersusah hati dan janganlah menyesali diri, karena kamu menjual aku ke sini, sebab untuk memelihara kehidupanlah Allah menyuruh aku mendahului kamu. ... Jadi bukanlah kamu yang menyuruh aku ke sini, tetapi Allah; Dialah yang telah menempatkan aku sebagai bapa bagi Firaun dan tuan atas seluruh istananya dan sebagai kuasa atas seluruh tanah Mesir. ...”

Yusuf berjalan di dalam tujuan ilahi, berjalan sesuai dengan rencana-Nya maka dia menikmati berkat-berkat yang sudah Tuhan sediakan baginya (1 Kor 10:13).

Hati Yusuf tidak menjadi pahit, tidak mengalami luka batin  sehingga dia mampu berkata: "Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar. Jadi janganlah takut, aku akan menanggung makanmu dan makan anak-anakmu juga."

4. Semakin dikenal diruang Mahakudus, menjadi sahabat Tuhan

Agama lain tidak bisa mengerti bahwa Allah yang Mahakudus bersahabat dengan manusia yang penuh dosa.

Orang yang memutuskan untuk tidak mencintai dunia ini (Yak 4:4 - persahabatan dengan dunia adalah permusuhan dengan Allah), yang berketetapan tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi hidup  bagi Kristus (2 Kor 5:15; Flp 1:21), dia akan berjalan melangkah bersama Allah untuk menggenapi rencana-Nya, Allah akan memposisikan dirinya menjadi sahabat-Nya (Yak 2:23).

Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran (Ams 17:17), terlebih lagi memiliki sahabat Tuhan,  kita memiliki memiliki harta yang kekal.

Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku (Yoh 15:15 » Apakah Aku akan menyembunyikan kepada Abraham apa yang hendak Kulakukan ini? - Kej 18:17).

5. Terus diperlengkapi berbagai dimensi rohani (Yak 4:5 » Allah dengan sangat cemburu berkeinginan untuk menempatkan Roh-Nya dalam diri kita, maksudnya kita akan terus-menerus mengalami pekerjaan Roh Kudus.

Disadari atau tidak berbagai dimensi rohani yang Roh Kudus implantasi masuk ke dalam kita akan meningkatkan kualitas manusia roh kita, sehingga kualitas hidup kita menjadi berbeda.

Cara menerima implantasi dari Roh Kudus adalah merenungkan firman Tuhan yang ada di dalam setiap kehidupan kita. Kita akan mendapatkan hikmat yang dari atas, yaitu: pendamai, peramah, penurut, penuh belas kasih dan buah-buah yang baik, tidak memihak dan tidak munafik. Dan buah yang terdiri dari kebenaran ditaburkan dalam damai untuk mereka yang mengadakan damai (Yak 3:17-18).

Orang yang mengalami implantasi rohani, kehidupannya akan mengalami damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus; umur panjang di tangan kanannya, di tangan kirinya kekayaan dan kehormatan (Rm 14:17; Ams 3:16).

6. Memunculkan karakter dan pembawaan ilahi

Roh Kudus yang masuk ke dalam kita akan meningkatkan kualitas manusia roh kita, sehingga hidup kita akan semakin menyerupai Kristus, yaitu: penyayang dan pengasih, panjang sabar, berlimpah kasih-Nya dan setia-Nya, mengampuni kesalahan (Kel 34:6-7).

Melalui kehidupan kita, kehadiran Allah dapat dirasakan oleh keluarga, komunitas, dan masyarakat sehingga hidup kita adalah surat yang dapat dibaca oleh semua orang (2 Kor 3:2).

7. Membuat hidup sehari-hari terus diperlengkapi dengan otoritas dan kuasa

Tunduklah kepada Allah, dan lawanlah Iblis, maka ia akan lari dari padamu! (Yak 4:7). Tunduk kepada Allah bukanlah hal yang mudah, maka kita harus benar-benar menyangkal diri, memikul salib kita setiap hari dan mengikuti-Nya (Luk 9:23) sehingga kita akan mengalami hidup yang terus-menerus dipenuhi dengan otoritas dan kuasa Tuhan.

8. Memberikan kemampuan pada kita untuk berkolaborasi dengan Tuhan, untuk bekerjasama dengan-Nya.

Tuhan menghendaki agar hidup kita itu bersatu dengan-Nya, sehingga Dia bisa memakai kita secara luar biasa di muka bumi ini. Jadi, mendekatlah kepada Allah, dan Ia akan mendekat kepadamu. Tahirkanlah tanganmu, hai kamu orang-orang berdosa! Dan sucikanlah hatimu, hai kamu yang mendua hati! (Yak 4:8).

9. Mengkondisikan untuk hidup berdasarkan ketetapan yang berasal dari firman Tuhan. Tidak hidup berdasarkan apa yang orang katakan, atau yang dirasakan tetapi berdasarkan ketetapan hati yang ada dalam hidup kita.

Ketetapan hati adalah sebuah kekuatan yang terbesar dalam hidup kita selain daripada kekuatan dari Roh Kudus.

Jadi, bangun keinginan dan ketetapan hati yang selaras dengan firman Tuhan, milikilah pikiran dan hati yang  sederhana dalam membaca firman Tuhan, maka apa saja yang kamu minta dalam doa dengan penuh kepercayaan, kamu akan menerimanya (Mat 21:22).

Akulah Tuhan, Allahmu ... Jangan ada padamu allah lain dihadapan-Ku. ... Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya (Kel 20:1-5).

Marilah kita belajar dari Sadrakh, Mesakh dan Abednego (Dan 3)

Raja Nebukadnezar membuat sebuah patung emas yang tingginya enam puluh hasta dan lebarnya enam hasta yang didirikannya di dataran Dura di wilayah Babel.

Berserulah seorang bentara dengan suara nyaring: "Beginilah dititahkan kepadamu ... haruslah kamu sujud menyembah patung yang telah didirikan raja Nebukadnezar itu; siapa yang tidak sujud menyembah, akan dicampakkan seketika itu juga ke dalam perapian yang menyala-nyala!"

Pada waktu itu juga tampillah beberapa orang Kasdim menuduh orang Yahudi. Berkatalah mereka kepada raja Nebukadnezar: "... Sadrakh, Mesakh dan Abednego, orang-orang ini tidak mengindahkan titah tuanku, ya raja: mereka tidak memuja dewa tuanku dan tidak menyembah patung emas yang telah tuanku dirikan."

Sesudah itu Nebukadnezar memerintahkan dalam marahnya dan geramnya untuk membawa Sadrakh, Mesakh dan Abednego menghadap. Setelah orang-orang itu dibawa menghadap raja, berkatalah Nebukadnezar kepada mereka: "... jika kamu tidak menyembah, kamu akan dicampakkan seketika itu juga ke dalam perapian yang menyala-nyala. Dan dewa manakah yang dapat melepaskan kamu dari dalam tanganku?"

Lalu Sadrakh, Mesakh dan Abednego menjawab raja Nebukadnezar: "Tidak ada gunanya kami memberi jawab kepada tuanku dalam hal ini. Jika Allah kami yang kami puja sanggup melepaskan kami, maka Ia akan melepaskan kami dari perapian yang menyala-nyala itu, dan dari dalam tanganmu, ya raja; tetapi seandainya tidak, hendaklah tuanku mengetahui, ya raja, bahwa kami tidak akan memuja dewa tuanku, dan tidak akan menyembah patung emas yang tuanku dirikan itu."

Maka meluaplah kegeraman Nebukadnezar, air mukanya berubah terhadap Sadrakh, Mesakh dan Abednego; lalu diperintahkannya supaya perapian itu dibuat tujuh kali lebih panas dari yang biasa.

Kepada beberapa orang yang sangat kuat dari tentaranya dititahkannya untuk mengikat Sadrakh, Mesakh dan Abednego dan mencampakkan mereka ke dalam perapian yang menyala-nyala itu.

Kemudian terkejutlah raja Nebukadnezar lalu bangun dengan segera; berkatalah ia kepada para menterinya: "Bukankah tiga orang yang telah kita campakkan dengan terikat ke dalam api itu?" Jawab mereka kepada raja: "Benar, ya raja!"

Katanya: "Tetapi ada empat orang kulihat berjalan-jalan dengan bebas di tengah-tengah api itu; mereka tidak terluka, dan yang keempat itu rupanya seperti anak dewa!"

Lalu Nebukadnezar mendekati pintu perapian yang bernyala-nyala itu; berkatalah ia: "Sadrakh, Mesakh dan Abednego, hamba-hamba Allah yang maha tinggi, keluarlah dan datanglah ke mari!" Lalu keluarlah Sadrakh, Mesakh dan Abednego dari api itu.

Dan para wakil raja, para penguasa, para bupati dan para menteri raja datang berkumpul; mereka melihat, bahwa tubuh orang-orang ini tidak mempan oleh api itu, bahwa rambut di kepala mereka tidak hangus, jubah mereka tidak berubah apa-apa, bahkan bau kebakaranpun tidak ada pada mereka.

Berkatalah Nebukadnezar: "Terpujilah Allahnya Sadrakh, Mesakh dan Abednego! Ia telah mengutus malaikat-Nya dan melepaskan hamba-hamba-Nya, yang telah menaruh percaya kepada-Nya, dan melanggar titah raja, dan yang menyerahkan tubuh mereka, karena mereka tidak mau memuja dan menyembah allah manapun kecuali Allah mereka. ... tidak ada allah lain yang dapat melepaskan secara demikian itu."

(Sumber: Warta KPI TL No.140/XII/2016 » Renungan KPI  TL Tgl 24 November 2016, 1 dan 8 Desember 2016, Dra Yovita Baskoro, MM).

Baca juga: