Rabu, 12 Oktober 2016

03.10 -

Rosario Pembebasan

Dalam kehidupan saya sekarang, saya belajar untuk terlebih dulu berdoa sebelum berpikir dan selalu mensyukuri setiap peristiwa yang terjadi. Efeknya sungguh luar biasa! Sekarang dalam menghadapi setiap masalah, saya banyak mengalami ketenangan.

Sebelum saya melakukan hal di atas, saya dalam menghadapi suatu peristiwa selalu mengalami ketegangan, terlalu cepat mengambil keputusan sehingga keliru, terlalu cepat bereaksi sehingga terjadi salah paham. 

Selain itu, setiap saya belajar bersaksi dalam keluarga, rasanya canggung sekali, saya maupun suami saya seolah-olah merasa sok suci, anak-anak juga menanggapi kesaksian saya sebagai peristiwa yang terjadi secara kebetulan saja.

Menghadapi hal itu saya bertanya-tanya pada Tuhan, “Tuhan, doa apa lagi yang harus saya daraskan? Setiap hari saya sudah berdoa untuk suami dan anak-anak saya, tetapi mengapa hati saya selalu diliputi perasaan khawatir terhadap mereka?” 

Beberapa minggu kemudian Tuhan menjawab pertanyaan saya melalui seorang teman, dia mengatakan: “Niek, sebaiknya kamu berdoa Rosario Pembebasan dengan satu wujud ‘penyembuhan luka batin sekeluarga.’ 

Dengan adanya kesembuhan batin, Roh Kudus akan bekerja melalui kita. Dialah yang akan memampukan kita untuk selalu bersyukur, berpikir positif dan juga yang memampukan kita mengucapkan kata-kata berkat sehingga kehidupan kita selalu diliputi damai sejahtera.” 

Selain itu saya teringat dua nasehat ayah saya, yaitu: 
1. Dalam menghadapi persoalan, kamu tidak dapat mengubah orang lain. Jadi, ubahlah dirimu sendiri terlebih dahulu. 
2. Kalau sedang marah, kecilkan volume suaramu. 

Setelah saya mendaraskan Rosario Pembebasan dan melakukan nasehat ayah saya ... sungguh luar biasa hasilnya, Roh Kudus membimbing saya dalam berdoa dan mencelikkan saya kebenaran-kebenaran hidup melalui firman-Nya, baik dalam Misa Gereja, rekoleksi maupun pengajaran-pengajaran di KPI TL.

Sejak Tuhan membuka pikiran saya, saya tidak mau mempertahankan keinginan saya yang ideal. Karena saya tahu, di dunia ini tidak ada yang ideal, jika kita ingin semuanya ideal akan membuat kita mudah putus asa dalam menghadapi hidup ini. Jadi, saya belajar memuliakan Tuhan dengan cara-Nya, bukan dengan cara saya. 

Kadang-kadang karena sibuknya sebagai ibu rumah tangga, saya mendaraskan doa tersebut di dapur. Jadi lembaran doa Rosario Pembebasan ada juga di dapur.

Selain itu saya mendapat anugerah yang luar biasa, yaitu: hampir setiap malam dapat berdoa bersama keluarga. Jika ada di antara keluarga kami yang lelah karena berbagai macam kesibukan, maka kami sepakat hanya berdoa “Bapa Kami 1x” dengan penuh iman, maka hati kami sekeluarga merasa lega. 

(Sumber: Warta KPI TL No. 79/XI/2010).