Rabu, 12 Oktober 2016

Lima roti dan dua ikan

Pada waktu berdoa saya mendapatkan ayat di Mat 14:13-21 yaitu tentang lima roti dan dua ikan, hal ini terjadi dua bulan sebelum mengantar anak saya menuju sakramen perkawinan. 

Ayat emas itu saya imani terus, akan tetapi saya terkena panah si jahat sehingga kesehatan saya sangat terganggu, badan saya rasanya tidak nyaman untuk bekerja dan tensi saya tinggi, hal ini terjadi dua minggu sebelum hari H.

Secara sadar saya bersyukur dan mengimani bahwa Tuhan akan menggenapi janji-Nya. Tetapi kekuatiran ini terjadi karena secara kasat mata saya tidak memegang uang. 

Bukan karena saya tidak berusaha untuk mengumpulkan uang untuk rencana perkawinan anak saya, tetapi selalu ada saja untuk keperluan yang lebih penting.

Sehari sebelum hari H, saya ditanya oleh ipar saya: “Mbak, apakah besok ada elektonnya?” Jawab saya: “Ndak dik, uang dari mana?” Ternyata Tuhan mengetuk hatinya untuk menyumbangkan elekton. 

Jadi, suasana resepsi sederhana ini jadi meriah dengan adanya elekton, terlebih lagi ada sahabat saya Roosi yang ikut menyumbangkan suara emasnya.

Meskipun ada yang terlupa diundang, sahabat-sahabat yang mengenal saya datang ke resepsi perkawinan anak saya. Dan tetangga saya yang bagian mengurusi konsumsi merasa heran karena “setiap kali mengambil nasi, irisan ayam dan kuahnya” , makanan itu masih tersisa banyak

Jadi, setelah resepsi selesai, makanan dan roti yang masih melimpah itu saya bagikan pada tetangga.

Saya sungguh sangat bersyukur karena Tuhan telah kirimkan sahabat-sahabat yang luar biasa, mereka mendoakan saya sehingga semua acara dapat berlangsung lancar; kesehatan saya pun pulih secara berangsur-angsur, bahkan semua biaya dapat terbayar dengan lunas. 

Sungguh luar biasa penggenapan janji-Nya, Dia sediakan apa yang tidak pernah saya pikirkan. 

(Sumber: Warta KPI TL No. 78/X/2010).