Kamis, 13 Oktober 2016

06.12 -

Medan pertempuran





Ada sebuah keluarga yang sedang berdoa bersama. Tiba-tiba anaknya melihat tantenya (A) yang didoakan itu diikat seluruh tubuhnya, mulai dari tangan, kaki mulut dan kepalanya. 

Dia berkata kepada mamanya: “Ma, mama tidak mungkin berhasil mengajak tante A ke gereja dan menerima Yesus. Karena saya melihat tante A seluruh tubuhnya diikat. 

Setiap kali mama mengajaknya, dia hanya bisa bilang “iya... iya” tetapi tidak bisa berangkat karena dia masih diikat. Tuhan bilang lepaskan dulu semua ikatan itu karena ada yang memegang tante.”


Perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara (Ef 6:12).



Iblis dengan senjatanya secara sistematis membangun benteng-benteng pertahanannya di dalam alam pikiran manusia. Benteng dalam pikiran ini bertujuan untuk membutakan pikiran manusia sehingga mereka tidak melihat cahaya Injil (2 Kor 4:4). 



Apabila seseorang berada dalam keadaan demikian, sia-sia saja untuk berdebat dengannya. Semakin kita berdebat dengannya, semakin dia menyatakan kembali pandangannya yang keliru itu, dan diapun semakin terbelenggu oleh kekeliruannya. 

Satu-satunya cara untuk menolong orang itu dengan memakai senjata rohani dan menghancurkan benteng-benteng yang ada di dalam pikirannya.

Benteng-benteng yang terdapat dalam pikiran manusia yaitu:

1. Benteng prasangka

Apa saja yang terasa baru, ditakuti dan dicurigai, dianggap salah (menolak apa yang tidak diketahui). Misalnya berkata: “Jangan membuat saya bingung dengan fakta-fakta, saya sudah menentukan sikap.”

Apabila seseorang sudah bertekad untuk tidak mengubah pikirannya, betapapun banyaknya fakta kebenaran, bukti atau logika yang disodorkan kepadanya, tetap dia tidak akan merubah pikirannya. 

2. Konsep-konsep lama yang salah

Konsep tentara Inggris ketika berperang: para prajurit harus mengenakan seragam yang merah menyala dan berbaris dalam formasi yang teratur diiringi bunyi genderang yang bertalu-talu. 

Para penembak jitu Amerika tidak terlalu banyak mengalami kesulitan untuk menghadapi serangan Inggris yang seperti itu. 

Pada saat itu orang Inggris tidak dapat membayangkan cara lain untuk berperang, sehingga konsep lama ini menyebabkan ribuan tentara Inggris mati dengan sia-sia.

Iblis selalu mendakwa kita siang dan malam (Why 12:10), sehingga kita selalu diliputirasa bersalah” (senjata utama iblis). 

Jika kita mengetahui dan berpegang pada kebenaran dibawah ini (Kol 2:13-15), maka iblis tidak bisa lagi menimbulkan perasaan bersalah pada diri kita. dengan demikian senjata utamanya dapat dilumpuhkan

* Yesus mengampuni segala pelanggaran kita dengan menghapuskan surat hutang, yang oleh ketentuan-ketentuan hukum mendakwa dan mengancam kita 

» Semua dosa kita dimasa lalu, betapapun banyak dan beratnya, sudah diampuni pada waktu kita percaya kepada Yesus dan bertobat sungguh-sungguh

Pada waktu di kayu salib, Yesus telah menyempurnakan hukum Taurat sebagai persyaratan yang harus dibayar lunas sebelum seseorang dapat dibenarkan di hadapan Allah (2 Kor 5:21). Inilah transaksi yang dilakukan Allah

* Itu ditiadakan-Nya dengan memakukannya pada kayu salib 

» dengan kematian Yesus Kristus sebagai orang yang mewakili kita di kayu salib dan yang menanggung segala kesalahan serta menerima hukuman atas dosa kita, Allah dapat mengampuni segala dosa yang telah kita lakukan. 

Karena tuntutan keadilan Tuhan dipenuhi melalui kematian Kristus. Ia dapat mengampuni segala dosa yang pernah kita lakukan, tanpa Ia harus melanggar sendiri prinsip keadilan-Nya.

* Yesus telah melucuti pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa dan menjadikan mereka tontonan umum dalam kemenangan-Nya atas mereka 

» kemenangan Kristus bukan bagi diri-Nya sendiri, karena Dia tidak memerlukan itu! Yesus meraihnya bagi kita. Pawai kemenangan yang direncanakan Allah terlaksana dan dipertontonkan melalui kita

Pawai kemenangan Kristus

1. Pencobaan di padang Gurun (Mat 4:1-11)

Yesus mengalahkan Iblis bagi diri-Nya sendiri, Ia berhadapan langsung dengan Iblis. Dia melawan godaannya dan mengalahkannya.

2. Di kayu salib

Yesus mengalahkan Iblis demi kita, bukan demi diri-Nya sendiri. Dia meraih kemenangan itu untuk mempertontonkannya demi kita.

3. Bagian kita: selalu menyebarkan keharuman pengenalan akan Dia di mana-mana (2 Kor 2:14), agar Amanat Agung-Nya terlaksana “pergilah, jadikan seluruh bangsa murid-Ku ... ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu (Mat 2818-20).

(Sumber: Warta KPI TL No. 81/I/2011 » Renungan KPI TL tgl 19 Agustus 2010, Dra Yovita Baskoro, MM).