Selasa, 25 Oktober 2016

22.52 -

Apakah hati kita tanah yang berduri?



Ketika Yesus duduk di atas Bukit Zaitun, datanglah murid-murid-Nya kepada-Nya untuk bercakap-cakap sendirian dengan Dia. Kata mereka: "Katakanlah kepada kami, bilamanakah itu akan terjadi dan apakah tanda kedatangan-Mu dan tanda kesudahan dunia?"


» Tentang hari dan saat itu tidak seorang pun yang tahu, malaikat-malaikat di sorga tidak, dan Anak pun tidak, hanya Bapa sendiri (Mat 24:36). 



Tanda-tanda kedatangan-Nya: Manusia akan mencintai dirinya sendiri dan menjadi hamba uang. Mereka akan membual dan menyombongkan diri, mereka akan menjadi pemfitnah, mereka akan berontak terhadap orang tua dan tidak tahu berterima kasih, tidak mempedulikan agama, tidak tahu mengasihi, tidak mau berdamai, suka menjelekkan orang, tidak dapat mengekang diri, garang, tidak suka yang baik, suka mengkhianat, tidak berpikir panjang, berlagak tahu, lebih menuruti hawa nafsu dari pada menuruti Allah. Secara lahiriah mereka menjalankan ibadah mereka, tetapi pada hakekatnya mereka memungkiri kekuatannya (2 Tim 3:1-5)


Jawab Yesus kepada mereka: "Waspadalah supaya jangan ada orang yang menyesatkan kamu! Sebab banyak orang akan datang dengan memakai nama-Ku dan berkata: Akulah Mesias, dan mereka akan menyesatkan banyak orang. Kamu akan mendengar deru perang atau kabar-kabar tentang perang. Namun berawas-awaslah jangan kamu gelisah; sebab semuanya itu harus terjadi, tetapi itu belum kesudahannya.

Sebab bangsa akan bangkit melawan bangsa, dan kerajaan melawan kerajaan. Akan ada kelaparan dan gempa bumi di berbagai tempat. Akan tetapi semuanya itu barulah permulaan penderitaan menjelang zaman baru.

Pada waktu itu kamu akan diserahkan supaya disiksa, dan kamu akan dibunuh dan akan dibenci semua bangsa oleh karena nama-Ku, dan banyak orang akan murtad dan mereka akan saling menyerahkan dan saling membenci. 

» anak Allah tidak boleh saling membenci.

Banyak nabi palsu akan muncul dan menyesatkan banyak orang. Dan karena makin bertambahnya kedurhakaan, maka kasih kebanyakan orang akan menjadi dingin. 

» Gereja banyak mengalami perpecahan karena tidak memiliki agape dalam hidupnya, tidak ada kasih untuk Allah dan sesama.

Awal mulanya seseorang tidak peduli atau masa bodoh, tahu bagaimana harus berbuat baik, tetapi ia tidak melakukannya (Yak 4:17). Akhirnya kasih akan menjadi dingin (Mat 24:12). 

Kasih menjadi dingin karena roh dunia menguasai diri kita sedemikian rupa, yaitu keinginan daging, keinginan mata serta keangkuhan hidup (1 Yoh 2:16)

Marilah kita belajar dari Raja Uzia (2 Taw 26:3-21)

Uzia berumur enam belas tahun pada waktu ia menjadi raja dan lima puluh dua tahun lamanya ia memerintah di Yerusalem. Ia melakukan apa yang benar di mata Tuhan, tepat seperti yang dilakukan Amazia, ayahnya. 

Ia mencari Allah selama hidup Zakharia, yang mengajarnya supaya takut akan Allah. Dan selama ia mencari Tuhan, Allah membuat segala usahanya berhasil. 

Setelah ia menjadi kuat, ia menjadi tinggi hati sehingga ia melakukan hal yang merusak. Ia berubah setia kepada Tuhan, Allahnya, dan memasuki bait Tuhan untuk membakar ukupan di atas mezbah pembakaran ukupan.

Tetapi imam Azarya mengikutinya dari belakang bersama-sama delapan puluh imam Tuhan, orang-orang yang tegas; mereka berdiri di depan raja Uzia dan berkata kepadanya: "Hai, Uzia, engkau tidak berhak membakar ukupan kepada Tuhan, hanyalah imam-imam keturunan Harun yang telah dikuduskan yang berhak membakar ukupan! Keluarlah dari tempat kudus ini, karena engkau telah berubah setia! Engkau tidak akan memperoleh kehormatan dari Tuhan Allah karena hal ini."

Tetapi Uzia, dengan bokor ukupan di tangannya untuk dibakar menjadi marah. Sementara amarahnya meluap terhadap para imam, timbullah penyakit kusta pada dahinya di hadapan para imam di rumah Tuhan, dekat mezbah pembakaran ukupan.

Imam kepala Azarya dan semua imam lainnya memandang kepadanya, dan sesungguhnya, ia sakit kusta pada dahinya. Cepat-cepat mereka mengusirnya dari sana, dan ia sendiri tergesa-gesa keluar, karena Tuhan telah menimpakan tulah kepadanya. Raja Uzia sakit kusta sampai kepada hari matinya.

» Sejak muda Uzia telah dipilih Tuhan menjadi raja. Berkat bimbingan rohani yang baik, dia melakukan apa yang benar di mata Tuhan sehingga Allah membuat segala usahanya berhasil

Namun setelah kuat dia berubah setia kepada Tuhan karena membiarkan duri tumbuh di dalam hatinya, keinginan yang berlebihan telah merusak jiwanya.

Demikian pula dengan kita, jika rohani kita tidak ada yang membimbing secara baik maka secara tidak sadar kita juga akan ditarik oleh dunia untuk melakukan hal-hal yang jahat di mata Tuhan.

Marilah kita kembali pada kasih yang semula sebelum hati kita menjadi tanah yang berduri. Bagaimana caranya? Hiduplah dalam komunitas rohani.

Sejak Yesus kembali ke sorga semua orang yang sudah dibaptis disertai Roh Kudus. Jadi kita tidak perlu belajar mulai dari nol. Tetapi ingatlah! Karenacangkokan”, kita harus waspada pada saat berbuah lebat - akar tidak kuatdapat tumbang. Maka dari itu kita harus hidup dalam komunitas yang saling menopang/menguatkan. 

Komunitas yang mempunyai pengalaman iman akan Yesus Kristus yang hidup, yang memperjuangkan nilai-nilai Kristiani sehingga kita lebih kuat untuk bertahan hingga akhir. Wadah rohani ini akan memberi kesempatan kepada kita untuk terus bertumbuh secara rohani dan terus berkobar untuk melayani Allah dan sesama.

Dalam komunitas semua keunikan akan muncul, sebab pertemuan dan interaksi yang berkelanjutan membuat topeng-topeng yang kita bangun menjadi luruh satu demi satu. Kita menjadi kita apa adanya. Namun kadang-kadang kita tidak siap untuk menerima apa adanya. Untuk itu perlulah setiap orang merendahkan hati.

Janganlah takut dan cemas kalau menyadari bahwa orang lain itu tidak pantas. Lebih baik carilah yang positif dalam setiap orang, karena kita diciptakan menurut citra Allah.

Fungsi komunitas 

1. Untuk pertemuan para sahabat Yesus, memperdalam iman melalui pengajaran-pengajaran Gereja, saling berbagi dan memberi kesaksian, untuk pertumbuhan iman (Ibr 10:25, 24; Kis 2:41-47; Yes 30:1). 

2. Persahabatan antara orang-orang yang tidak menyembunyikan kegembiraan dan penderitaan mereka, tetapi membiarkannya terbuka bagi sesama dalam sikap berpengharapan.

Jadi, jangan biarkan hati kita seperti semak duri, mendengar firman Tuhan lalu dalam pertumbuhan selanjutnya mendua hati (Yak 1:8) oleh karena terhimpit oleh kekuatiran dan kekayaan dan kenikmatan hidup sehingga tidak menghasilkan buah yang matang (Luk 8:14).

Marilah kita bekerjasama dengan rahmat yang telah Tuhan sediakan agar rahmat itu bisa bekerja penuh di dalam kehidupan kita.

(Sumber: Warta KPI TL No.138/X/2016 » Renungan KPI TL Tgl 11 Agustus 2016, Dra Yovita Baskoro, MM).