18.44 -
*Dosa*
Karakter orang yang tidak bisa naik ke atas
Siapakah yang dimaksud dengan orang bodoh?
Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan tidak melakukannya (Mat 7:26).
Orang yang membiarkan marahnya meledak (Ams 20:3).
Orang yang tidak dapat bertahan sampai pada kesudahannya (Mat 10:22).
Jalan kehidupan orang berakal budi menuju ke atas, supaya ia menjauhi dunia orang mati di bawah (Ams 15:24)
Ada 7 karakter yang menghambat manusia naik ke atas
1. Iri hati dan mementingkan diri sendiri (Yak 3:16).
Meskipun mempunyai karunia banyak, kita tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga jika ada iri hati dan mementingkan diri sendiri di dalam hidupnya (Bdk. Mat 7:21-23).
Jarang orang menyadari dosa yang tidak kelihatan ini. Ciri-cirinya: tidak tahan merlihat orang lain berhasil, tidak pernah memuji dan selalu mencari kelemahan orang lain.
Jarang orang menyadari dosa yang tidak kelihatan ini. Ciri-cirinya: tidak tahan merlihat orang lain berhasil, tidak pernah memuji dan selalu mencari kelemahan orang lain.
Orang yang hatinya baik akan mengesampingkan hal-hal buruk dari orang lain, dia selalu melihat hal-hal yang positif dari orang lain
2. Hati yang mudah kecewa (Mat 11:6)
Kecewa bukan sebuah keadaan tetapi sebuah keputusan dalam hati.
Kekecewaan adalah kendaraan yang dipakai Iblis untuk menghancurkan orang-orang percaya. Dia senang menaruh rasa kecewa di hati kita, karena kekecewaan itu akan membuat kita membenarkan segala cara yang kita buat.
Jika ada orang yang mereka-rekakan yang jahat terhadap kita, janganlah kecewa apapun keadaan dan kondisi kita karena Allah menyertai kita. Rancangan Iblis itu akan diubah Allah menjadi kemuliaan (Rm 8:28; Kej 50:20).
Jika ada orang yang mereka-rekakan yang jahat terhadap kita, janganlah kecewa apapun keadaan dan kondisi kita karena Allah menyertai kita. Rancangan Iblis itu akan diubah Allah menjadi kemuliaan (Rm 8:28; Kej 50:20).
Orang-orang yang menabur dengan mencucurkan air mata akan menuai dengan sorak-sorai. Orang yang berjalan maju dengan menangis sambil menabur benih, pasti pulang dengan sorak-sorai sambil membawa berkas-berkasnya (Mzm 126:5-6).
Sengsaraku Engkaulah yang menghitung-hitung, air mataku Kautaruh ke dalam kirbat-Mu (Mzm 56:9).
3. Kemalasan
Orang malas adalah orang yang memikirkan keuntungan dan kenikmatan buat hidupnya; hanya melihat air mata penderitaan, suka mazmur ratapan, mengasihani dirinya terlalu berlebih-lebihan.
Orang rajin melaksanakan tanggung jawabnya; melihat berkat sebagai suatu keberhasilan yang dari Tuhan.
· Hati si pemalas penuh keinginan, tetapi sia-sia, sedangkan hati orang rajin diberi kelimpahan (Ams 13:4).
Si pemalas dibunuh oleh keinginannya, karena tangannya enggan bekerja (Ams 21:25).
Si pemalas menganggap dirinya lebih bijak (Ams 26:16).
Orang yang bermalas-malasan dalam pekerjaannya sudah menjadi saudara dari si perusak (Ams 18:9).
4. Tidak mampu mengendalikan diri (Ams 25:28)
Seringkali seseorang yang berhati jahat, tidak mampu mengendalikan diri ketika mendengar perkataan orang lain (merasa dituduh). Hal inilah yang menyebabkan musuh mudah menyerang dan menguasai hati.
Contoh: Yudas Iskariot - Yesus makan Paskah dengan murid-murid-Nya. Ketika mereka duduk dan sedang makan, Yesus berkata: “Sesungguhnya seorang di antara kamu akan menyerahkan Aku.” ...
Jawab Yesus: “Dialah itu, yang kepadanya Aku akan memberikan roti, sesudah Aku mencelupkannya ... Sesudah Yudas menerima roti itu, ia kerasukan Iblis (Yoh 13:21-30).
» Ketika mendengar perkataan Yesus, mengapa Yudas langsung kerasukan Iblis? Yudas berhati jahat (pencuri, sering mengambil uang yang disimpan dalam kas yang dipegangnya - Yoh 12:6) dan dia merencanakan kejahatan (pergi kepada imam-imam kepala dan kepala-kepala pengawal Bait Allah dan berunding dengan mereka, bagaimana ia dapat menyerahkan Yesus kepada mereka. Mereka bermufakat untuk memberikan sejumlah uang kepadanya - Luk 22:3-6).
Andaikata dia tidak berhati jahat, maka dia dapat menguasai diri sehingga Iblis tidak dapat menguasai dirinya.
Jawab Yesus: “Dialah itu, yang kepadanya Aku akan memberikan roti, sesudah Aku mencelupkannya ... Sesudah Yudas menerima roti itu, ia kerasukan Iblis (Yoh 13:21-30).
» Ketika mendengar perkataan Yesus, mengapa Yudas langsung kerasukan Iblis? Yudas berhati jahat (pencuri, sering mengambil uang yang disimpan dalam kas yang dipegangnya - Yoh 12:6) dan dia merencanakan kejahatan (pergi kepada imam-imam kepala dan kepala-kepala pengawal Bait Allah dan berunding dengan mereka, bagaimana ia dapat menyerahkan Yesus kepada mereka. Mereka bermufakat untuk memberikan sejumlah uang kepadanya - Luk 22:3-6).
Andaikata dia tidak berhati jahat, maka dia dapat menguasai diri sehingga Iblis tidak dapat menguasai dirinya.
5. Kecurangan dan fitnah (Ams 16:28 – Orang yang curang menimbulkan pertengkaran, dan seorang pemfitnah menceraikan sahabat yang karib).
Seseorang memfitnah orang lain agar dia kelihatan baik.
Orang curang dan pemfitnah akan menuai kehancuran, lambat atau cepat; untungnya hanya sesaat; berkat Tuhan tidak akan pernah ada di hidupnya; atau memperoleh berkat, tapi kantongnya bocor.
Misalnya: mendapat berkat seribu, tetapi untuk berobat seribu lima ratus. Sedangkan orang tulus mendapat berkat lima ratus, tetapi dapat menabung dua ratus.
Misalnya: mendapat berkat seribu, tetapi untuk berobat seribu lima ratus. Sedangkan orang tulus mendapat berkat lima ratus, tetapi dapat menabung dua ratus.
Orang yang tulus hatinya tidak akan hancur hidupnya karena penyertaan Tuhan ada padanya (Mzm 127:1-2).
6. Kecerobohan
Orang yang ceroboh bergaul dengan cara-cara duniawi. Pada waktu kita melangkah dalam kecerobohan, maka kita melangkah pada kehancuran.
Tidak ada seorangpun yang kebal dari dosa. Jadi, berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya jangan jatuh ke dalam pencobaan (Mat 26:41). Contoh: Daud tidak menghindari godaan tapi dia mendatangi godaan (2 Sam 11).
7. Kekuatiran
Kuatir sebenarnya bagian dari kutuk, orang yang kuatir adalah orang yang mengutuk dirinya sendiri; imannya mengarah kepada hal yang negatif/imannya terjun bebas ke bawah; orang yang membatasi kuasa Allah (Bdk. Mat 14:31).
Jadi, janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari (Mat 6:34).
Jadi, janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari (Mat 6:34).
Jika kita percaya, maka iman kita mengarah ke yang positif; iman kita semakin naik ke atas.
(Sumber: Warta KPI TL No. 84/IV/2011 » Renungan KPI TL tgl 16 Desember 2010, Dra Yovita Baskoro, MM).