Senin, 10 Oktober 2016

Dikala sendirian, Tuhan kirimkan anak-Nya yang lain

Pada hari Senin tgl 9 Juli 2010 saya menerima telpon dari seseorang, katanya: “Ibu, pada pengundian point reward telkom, ibu memenangkan hadiah kedua berupa sebuah mobil Innova. Ibu, tolong telpon kembali ke ...”

Sebelum menelpon kembali, saya berdoa sebentar: “Tuhan, apakah benar aku memperoleh hadiah itu? Tuhan lindungilah aku, Roh Kudus naungilah aku sekiranya telpon itu tidak benar.”

Lalu saya menelponnya. Dia bertanya: “Ibu, apakah kemarin ibu menonton acara point reward telkom? Jawab saya: “Tidak.” Katanya lagi: “Kemarin ibu mendapatkan hadiah kedua dari point reward telkom. Mohon kirim uang ke ... untuk pengurusan surat-suratnya.” 

Jawab saya: “Ya, kalau barangnya sudah ada, surat-suratnya akan saya urus sendiri.” Mendengar jawaban saya, telpon langsung ditutup. Dan saya segera menelpon ke 147 untuk minta keterangan. 

Ternyata... pengundian point reward telkom tersebut sudah berlangsung tgl 28 Juli 2010 di RCTI (sudah lewat 12 hari), pemenangnya orang Makasar. Orang Surabaya belum pernah memenangkan hadiah tersebut. 

Saya bersyukur telah terbebas dari penipuan tersebut.

Pada hari Kamis pagi, saya mengantar anak saya ke kampus. Sewaktu perjalanan pulang, mobil saya disrempet oleh sebuah sepeda motor, posisi mobil saya hampir sesudah pertigaan Rungkut Alang-alang (jam enam pagi sampai jam tujuh malam kendaraan yang berasal dari Yakaya tidak boleh belok kanan). 

Mengalami kejadian ini saya begitu kaget, karena tidak menyangka ada sepeda motor yang memotong jalan. Pengendara sepeda motor itu pun jatuh, lalu saya turun dari mobil. 

Yang aneh, dia langsung minta maaf dan sayapun tidak marah meskipun saya dirugikan, justru saya memeluknya dan di hati saya timbul belas kasihan padanya.

Akhirnya dia saya ajak pulang ke rumah saya. Dan kakinya yang sakit akibat jatuh itu dipijat oleh pembantu saya. Sambil menangis dia bercerita: “Saya merasa hidup ini begitu berat, saya merasa Tuhan meninggalkan saya sendirian. Tadi saya tidak fokus di jalan karena saya sedang memikirkan nasib anak-anak saya. Karena sudah sepuluh tahun ini, suami saya tidak bertanggung jawab terhadap biaya keempat anaknya, meskipun dia tinggal di sebelah rumah saya, di rumah orang tuanya.”

Tiba-tiba saya berkata: “Kamu tidak sendirian, kamu bersama Yesus. Bukankah Tuhan sudah berjanji pada kita, bahwa Dia tidak akan meninggalkan kita sebagai yatim piatu. Dia mengirimkan Roh-Nya yang Kudus bagi kita. Dia senantiasa beserta kita. Percayalah!”

Pada saat dia pulang, saya juga memberkatinya secara materi. Hal ini terjadi bukan karena kemauan saya, tetapi Roh Kuduslah yang mengetuk hati saya dan suami saya untuk melakukannya.

Dari peristiwa ini saya mendapat pelajaran secara langsung bahwa Tuhan selalu membentengi kehidupan anak-anak-Nya. Dikala anak-Nya merasa sendirian, Dia kirimkan sesamanya dalam pertemuan yang tak terduga. 

Meskipun saya mengalami peristiwa buruk ini, Roh Kudus memampukan saya tidak marah sehingga Allah dapat berkarya melalui diri saya.

(Sumber: Warta KPI TL No. 76/VIII/2010).