Senin, 03 Oktober 2016

19.50 -

Belenggu kekayaan materi

Pada umumnya orang ingin kaya. Entah disadari atau tidak, kekayaan dianggap dapat membahagiakan. 


Kata-kata “kekayaan materi itu tidak dapat membawa kebahagiaan” adalah kata-kata dari orang saleh yang tolol dan berusaha menghibur diri.

Menurut Stevan Berglas, seorang psikolog dari Harvard Medical School Amerika, bukan seorang rohaniwan “kekayaan dapat berdampak buruk dalam perkembangan jiwa”.

Ciri-ciri kepribadiannya
Perilaku kasar – sering menempuh cara-cara yang kotor. 
Tidak percaya diri – merasa kekayaannya seperti bukan hasil jerih payah, prestasi, dan profesionalitasnya. Bahkan semakin mereka meyakinkan diri, semakin besar pula depresi yang dideritanya. 
Serakah – mereka terikat pada pengumpulan kekayaan materi, seperti pecandu morfin butuh suntikan. 

Jadi, cara kita mencari harta harus murni, bahkan cara kita memakainya pun bukan hanya untuk diri sendiri melainkan untuk sesama yang menderita, untuk tujuan sosial guna memuliakan Tuhan (Ams 3:9). Kalau mungkin kita menolong, mengajak untuk maju, mengangkat, dan mengubah situasi hidup sesama terlebih yang miskin tanpa memanjakannya. 

Dan banyak orang sudah merasakannya bahwa membantu mereka yang miskin dan menderita dapat benar-benar memperoleh ketenangan jiwa.

Berjaga-jaga karena kekayaan memperkurus badan, dan kesusahan 
karenanya mengeyahkan tidur (Sir 31:1).

(Sumber: Warta KPI TL No. 65/IX/2009 » Belenggu Kekayaan Materi, Andreas Basuki W - Jejak-jejak Kebijaksanaan).