21.22 -
*Bunda Maria*
Salam, ya Ratu
Pada suatu pagi, seorang rahib membuka pintu biara
pada waktu subuh. Ia melihat ke luar dan gembira atas hari yang baru. Lalu
matanya melihat sebuah bantalan kecil. Ketika ia mengambilnya, ada suara keluar
dari bantalan tersebut. “Apakah ini seorang bayi?” sang rahib berpikir. Ketika
ia membuka tutupnya, ia melihat bahwa itu adalah benar-benar seorang bayi.
Cepat-cepat dibawanya masuk ke dalam rumah.
Dalam lubuk hatinya dia merasa kasihan pada sang ibu
yang terpaksa harus meninggalkan bayinya sedemikian rupa. Diam-diam ia berdoa
bagi sang ibu tersebut.
Ketika selimut dan pakaiannya dibuka dari sang bayi,
rahib itu melihat bayi ini seorang laki-laki, bayi laki-laki yang lumpuh.
Rahib memanggil teman-temannya yang lain dan sebuah
keputusan mendadak diputuskan untuk menjaga anak itu sampai ada seseorang yang
mencarinya nanti. Tapi itu tidak pernah terjadi. Tidak pernah ada orang yang
datang untuk mencari sang bayi. Para rahib memberi nama anak itu Herman dan
lambat laun ia dikenal sebagai Herman si lumpuh.
Tahun-tahun berlalu dan ia menjadi besar di biara. Dan
para rahib mengajar dia dengan baik. Ia dididik untuk menjadi seorang guru matematika
dan ternyata ia sangat pandai. Ia tidak pernah minder atau malu karena lumpuh
yang dideritanya, tapi ini merupakan sumber rasa sakit yang luar biasa pada tulang
belakangnya sepanjang hidupnya. Ia selalu gembira dan pandai bergaul. Ia suka bekerja keras. Hidupnya
penuh dan produktif. Semua rahib di biara sangat mengaguminya.
Demikian tingginya pandangan para rahib sehingga pada
saat menjelang kematiannya, mereka membicarakan hidup spiritualitasnya yang
tinggi dan bertanya padanya apa rahasia yang digunakan dalam menjalankan hidup
spiritualitasnya seperti itu. Jawabnya ialah dengan mengambil pena dan kertas,
lalu menulisnya:
“Salam Ya Ratu, Bunda Yang Rahim, hidup, penghiburan
dan pengharapan kami. Kami anak Hawa berseru kepadamu. Kepadamu kami memohon di
lembah kedukaan ini. Maka tunjukkanlah kepada kami, hai pembicara kami, wajahmu
yang manis. Dan setelah pembuangan ini, tunjukkanlah kepada kami Yesus, Buah
Tubuhmu yang terpuji. Ya Maria, Perawan yang murah hati, penuh kasih sayang dan
manis.”
Itulah legenda tentang Herman si lumpuh dan asal usul
doa yang indah ini. Tak heran mengapa doa ini dipilih sebagai
penutup doa rosario.
Ini mengandung
semua permohonan, penghiburan, ucapan syukur dan harapan yang Herman alami
melalui Maria.
Ia telah memulai hidupnya tanpa keluarga dan tanpa
rumah serta kesehatan yang buruk. Tetapi ia mempunyai iman untuk memohon
pertolongan kepada Maria. Ketika Maria memberinya tanpa batas, ia bersyukur
sekali dan hidupnya menggambarkan rasa syukurnya itu.
Devosinya yang besar pada Bunda Maria dibalas, ketika
ia menghembuskan nafasnya yang terakhir dan pembuangannya di dunia ini
berakhir.
(Sumber: Warta KPI TL No. 55/XI/2008 » Vacare Deo
Edisi Tahun ke-5 Maret 2003).