Kamis, 23 Juni 2016

20.28 -

Doa dalam kehidupan Kristen


Salah satu kegiatan pokok orang beriman, terutama sebagai anggota Gereja, adalah berdoa. Doa adalah pengangkatan jiwa kepada Tuhan, atau satu permohonan kepada Tuhan demi hal-hal yang baik. Supaya mendapat anugerah doa, kita harus bersikap rendah hati: Di depan Allah, manusia adalah seorang pengemis.

Doa Kristen adalah hubungan perjanjian antara Allah dan manusia di dalam Kristus. Ia adalah tindakan Allah dan tindakan manusia. Ia berasal dari Roh Kudus dan dari kita. Dalam persatuan dengan kehendak manusiawi Putra Allah terjelma, doa mengarahkan diri sepenuhnya kepada Bapa (KGK No. 2564).

Ada pelbagai jenis doa, yakni:

I. Doa-doa liturgis. Doa-doa ini bersifat liturgis karena ada unsur ‘resmi’ (selaras dengan kesepakatan Gereja) dalam unsur-unsur yang dipakai: barang/benda, gerak, kata, nyanyian, peserta, petugas, pakaian, warna, ruang, dan waktu. Doa-doa ini merupakan pelaksanaan karya penebusan manusia (KL 2) dan menjadi pujian-syukur bagi Allah serta pengudusan untuk manusia (KL 7). Doa-doa liturgis bukanlah tindakan perorangan melainkan tindakan Gereja (KL 26).

II.    Perayaan sakramen-sakramen

1. Sakramen (tanda dan sarana rahmat) adalah tanda rahmat ilahi yang diadakan Kristus demi keselamatan manusia (lih. Sakramen-sakramen).

Ada tujuh Sakramen:

1. Sakramen BaptisManusia digabungkan dengan Kristus dan dijadikan anggota umat Allah. Ia dibebaskan dari kuasa kegelapan; ia mati bersama Kristus, dikuburkan dan dibangkitkan bersama Dia.

2. Sakramen Krisma – Berkat Sakramen ini, orang yang sudah dibaptis dimeteraikan dengan karunia Roh Kudus. Dengan demikian ia menjadi lebih serupa dengan Kristus dan dipenuhi Roh Kudus. Ia lebih mampu memberi kesaksian iman di dunia serta memperkembangkan Tubuh Kristus menuju kesempurnaannya. Lewat Sakramen ini ia semakin mengambil bagian dalam tritugas Kristus sebagai imam, nabi dan raja.

3. Sakramen EkaristiEkaristi adalah pusat kehidupan, baik bagi Gereja keseluruhan, Gereja setempat, maupun bagi kehidupan setiap orang beriman.

Sebab dalam Perayaan Ekaristi terletak puncak karya Allah untuk menguduskan dunia dalam Kristus, sekaligus puncak kebaktian manusia kepada Bapa, yang mereka sembah dengan pengantaraan Kristus, Putra Allah.

Kecuali itu Perayaan Ekaristi merupakan pengenangan karya penebusan. Dengan demikian boleh dikatakan bahwa karya penebusan dihadirkan kembali pada saat sekarang untuk umat beriman; maksudnya supaya umat beriman dapat terlibat langsung dalam karya penebusan itu dan menikmati buahnya.

4. Sakramen Tobat – Setiap dosa merupakan pembangkangan terhadap Allah dan memutuskan persahabatan kita dengan Dia. Maka tujuan akhir dari perayaan tobat adalah rekonsiliasi, yakni agar kita kembali mengasihi Allah: Kita kembali berdamai dengan Bapa yang lebih dahulu mengasihi kita (1 Yoh 4:19), berdamai dengan Kristus yang telah menyerahkan diri bagi kita, dan berdamai dengan Roh Kudus yang bersemayan di dalam diri kita.

Tetapi dosa satu orang menodai pula orang yang lain, seperti juga kekudusan satu orang mempunyai dampak terhadap orang lain. Maka tobat selalu menuntut rekonsiliasi dengan saudara-saudara kita yang terluka karena dosa-dosa kita, yakni Gereja.

5. Sakramen Perkawinan – Dengan membangun keluarga, manusia dipanggil Allah untuk ambil bagian dalam karya-Nya demi keselamatan umat manusia: mencinta, mencipta dan menyelamatkan.
Oleh kedatangan dan karya penebusan Kristus, lembaga keselamatan ini mendapat suatu makna baru, antara lain karena perkawinan diangkat menjadi sakramen kasih Kristus dan Gereja: kasih suami istri merupakan sakramen kasih Kristus dan umat-Nya.

6. Sakramen Imamat – Beberapa orang beriman dikuduskan dan ditetapkan menjadi pelayan umat. Mereka ini ambil bagian dalam tritugas Kristus, sebagai kepala Gereja, yakni: mengajar, menguduskan dan memimpin jemaat.

Sakramen imamat meliputi episkopat (yang diterima lewat tahbisan uskup), presbiterat (yang diterima lewat tahbisan imam), dan diakonat (yang diterima lewat tahbisan diakon).

Semua orang yang menerima tahbisan ini dalam kehidupan Gereja disebut klerus.

7. Sakramen Pengurapan orang sakit – Dalam sakramen ini Gereja mendoakan warganya yang sakit dan mengurapinya dengan minyak (Yak 5:14-16).

Berkat rahmat ini orang sakit memperoleh keselamatan, diperkuat dalam kepercayaan kepada Allah, dan hatinya ditabahkan untuk melawan godan-godaan serta rasa takut akan kematian. Pengurapan orang sakit bukanlah sakramen untuk orang yang mendekati ajal.

Sakramen ini dapat diterima lebih dari satu kali yakni kalau orang yang bersangkutan jatuh sakit lagi, atau kalau dalam penyakit yang sama terjadi krisis baru.

Sakramen ini juga dapat diberikan kepada orang yang akan menjalani operasi berat; orang tua yang sudah sangat surut kekuatannya.

2.  Perayaan sakramentalia

Sakramentalia adalah kegiatan atau barang, yang berkaitan dengan sakramen (mirip, menunjang, menyiapkan, atau melanjutkan sakramen), yang digunakan Gereja untuk memohon hal-hal khusus yang bermanfaat untuk kehidupan jemaat.

Ada tiga jenis Sakramentalia: Upacara Pemberkatan (benedictio, misalnya: rumah, sawah ladang, anak dll.); Pengikhraran Kaul-Kaul (consecratio); Pengusiran Setan (exorcitio).

3. Ibadat Harian Doa Gereja yang sangat sosial untuk keselamatan dunia (lih. Ibadat Harian).

4. Upacara Kematian. Bagi orang kristen, kematian adalah peristiwa iman. Sebab pada saat kematian, kita mengambil bagian dalam misteri Paskah Kristus: bersama Dia kita beralih dari dunia fana ke dalam kehidupan kekal. Jadi kematian adalah pintu masuk ke dalam hidup abadi.

II.    Doa-doa pribadi/kelompok

1.  Lingkup Pribadi

Umat beriman sangat dianjurkan selalu berkanjang dalam doa (1 Tes 5:17). Selain dipanggil untuk berdoa bersama, orang kristen harus juga masuk ke dalam biliknya untuk - berdoa secara pribadi – kepada Bapa di tempat yang tersembunyi (Mat 6:6; KL 12; SBL 2A, 12). Berdoalah setiap waktu di dalam Roh (Ef 6:18). Apa pun yang kamu lakukan dengan perkataan dan perbuatan, lakukanlah itu dalam nama Tuhan Yesus, sambil mengucap syukur kepada Allah, Bapa kita (Kol 3:17).

2. Lingkup Keluarga

Keluarga orang beriman adalah ‘Gereja Kecil’, warganya adalah semua anggota keluarga yang bersangkutan. Doa bersama dalam lingkup keluarga sangat dianjurkan oleh Gereja, karena lewat kegiatan ini mereka dapat menikmati janji Tuhan untuk hadir di tengah dua atau tiga orang yang berhimpun dalam namaNya (Mat 18:20).

Lewat doa bersama ini setiap anggota keluarga saling meneguhkan dan saling membangun sebagai orang beriman yang memiliki semangat kebersamaan serta keguyuban yang tinggi. Doa bersama menunjukkan kerukunan, kesatuan, dan persaudaraan.

3. Lingkup Jemaat

Doa jemaat mempunyai nilai istimewa, sebab lewat himpunan doa ini, jemaat lingkungan, stasi, paroki menampakan Gereja. Orang-orang beriman sehati dan sejiwa, dan kesatuan mereka bertumpu pada sabda Allah, persaudaraan, doa dan Ekaristi (Kis 2:41-47).

Doa jemaat untuk masyarakat dan para pemukanya merupakan salah satu tanda kepedulian jemaat terhadap masyarakatnya. Karena kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan manusia, terutama yang miskin dan terlantar, adalah kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan murid-murid Kristus pula (GS 1).

III. Doa-doa devosi (doa yang bukan liturgis)

Devosi adalah suatu sikap bakti yang berupa penyerahan seluruh pribadi kepada Allah dan kehendak-Nya sebagai perwujudan cinta kasih/kebaktian khusus kepada berbagai misteri iman yang dikaitkan dengan pribadi tertentu.

Semua devosi harus diatur sedemikian rupa sehingga selaras dengan liturgi kudus: sesuai dengan masa liturgi, bersumber pada liturgi, dan mengantar umat kepada liturgi, sebab menurut hakekatnya liturgi jauh mengungguli semua bentuk devosi (KL 13).

Berasal dari umat beriman yang terdorong oleh semangat imannya ingin mengungkapkan ibadah kepada Allah dalam berbagai Misteri-Nya. Pengungkapan dari umat beriman umumnya lebih spontan-terbuka, lebih kuat dipengaruhi affeksi, serta sangat berkaitan dengan lingkungan suku, budaya, kebiasaan baik individu maupun sosial-masyarakat setempat.

Tujuan devosi:
1. Menggairahkan iman dan kasih kepada Allah.
2. Mengantar umat pada penghayatan iman yang benar akan misteri karya keselamatan Allah dalam Yesus Kristus.
3. Mengungkapkan dan meneguhkan iman terhadap salah satu kebenaran misteri iman.
4. Memperoleh buah-buah rohani.

(Sumber: Warta KPI TL No. 54/X/2008 » Puji Syukur )