20.28 -
*Doa*
Doa dalam kehidupan Kristen
Salah satu kegiatan
pokok orang beriman, terutama
sebagai anggota Gereja, adalah berdoa. Doa adalah pengangkatan jiwa kepada Tuhan, atau satu permohonan kepada
Tuhan demi hal-hal yang baik. Supaya mendapat anugerah doa, kita harus bersikap rendah hati: Di
depan Allah, manusia adalah seorang pengemis.
Doa Kristen adalah hubungan
perjanjian antara Allah dan manusia di dalam Kristus. Ia adalah
tindakan Allah dan tindakan manusia. Ia berasal dari Roh Kudus dan dari kita.
Dalam persatuan dengan kehendak manusiawi Putra Allah terjelma, doa mengarahkan
diri sepenuhnya kepada Bapa (KGK No. 2564).
Ada pelbagai jenis doa, yakni:
I. Doa-doa liturgis. Doa-doa ini bersifat liturgis karena ada unsur
‘resmi’ (selaras dengan kesepakatan Gereja) dalam unsur-unsur yang dipakai:
barang/benda, gerak, kata, nyanyian, peserta, petugas, pakaian, warna, ruang,
dan waktu. Doa-doa ini merupakan
pelaksanaan karya penebusan manusia (KL 2) dan menjadi pujian-syukur bagi Allah serta pengudusan untuk manusia
(KL 7). Doa-doa liturgis bukanlah
tindakan perorangan melainkan tindakan Gereja (KL 26).
II. Perayaan sakramen-sakramen
1. Sakramen (tanda
dan sarana rahmat) adalah tanda rahmat ilahi yang diadakan Kristus demi
keselamatan manusia (lih. Sakramen-sakramen).
Ada tujuh Sakramen:
1. Sakramen Baptis – Manusia digabungkan dengan Kristus dan
dijadikan anggota umat Allah. Ia dibebaskan
dari kuasa kegelapan; ia mati
bersama Kristus, dikuburkan dan dibangkitkan bersama Dia.
2. Sakramen Krisma –
Berkat Sakramen ini, orang yang sudah
dibaptis dimeteraikan dengan karunia Roh Kudus. Dengan demikian ia
menjadi lebih serupa dengan Kristus dan dipenuhi Roh Kudus. Ia lebih mampu
memberi kesaksian iman di dunia serta memperkembangkan Tubuh Kristus menuju
kesempurnaannya. Lewat Sakramen ini ia semakin mengambil bagian dalam tritugas Kristus sebagai imam,
nabi dan raja.
3. Sakramen Ekaristi
– Ekaristi
adalah pusat kehidupan, baik bagi
Gereja keseluruhan, Gereja setempat, maupun bagi kehidupan setiap orang
beriman.
Sebab dalam Perayaan Ekaristi terletak puncak karya Allah untuk menguduskan
dunia dalam Kristus, sekaligus puncak
kebaktian manusia kepada Bapa, yang mereka sembah dengan pengantaraan
Kristus, Putra Allah.
Kecuali itu Perayaan Ekaristi merupakan pengenangan karya penebusan.
Dengan demikian boleh dikatakan bahwa karya penebusan dihadirkan kembali pada
saat sekarang untuk umat beriman; maksudnya supaya umat beriman dapat terlibat
langsung dalam karya penebusan itu dan menikmati buahnya.
4. Sakramen Tobat –
Setiap dosa merupakan pembangkangan terhadap Allah dan memutuskan persahabatan
kita dengan Dia. Maka tujuan akhir
dari perayaan tobat adalah rekonsiliasi, yakni agar kita kembali mengasihi Allah: Kita kembali berdamai
dengan Bapa yang lebih dahulu mengasihi kita (1 Yoh 4:19), berdamai dengan
Kristus yang telah menyerahkan diri bagi kita, dan berdamai dengan Roh Kudus
yang bersemayan di dalam diri kita.
Tetapi dosa satu orang menodai pula orang yang lain,
seperti juga kekudusan satu orang mempunyai dampak terhadap orang lain. Maka tobat
selalu menuntut rekonsiliasi dengan saudara-saudara kita yang terluka karena
dosa-dosa kita, yakni Gereja.
5. Sakramen Perkawinan
– Dengan membangun keluarga, manusia dipanggil Allah untuk ambil bagian dalam
karya-Nya demi keselamatan umat manusia: mencinta, mencipta dan menyelamatkan.
Oleh kedatangan dan karya penebusan Kristus, lembaga
keselamatan ini mendapat suatu makna baru, antara lain karena perkawinan
diangkat menjadi sakramen kasih
Kristus dan Gereja: kasih suami istri merupakan sakramen kasih Kristus
dan umat-Nya.
6. Sakramen Imamat – Beberapa
orang beriman dikuduskan dan ditetapkan menjadi pelayan umat. Mereka ini ambil
bagian dalam tritugas Kristus, sebagai kepala Gereja, yakni: mengajar,
menguduskan dan memimpin jemaat.
Sakramen imamat meliputi episkopat (yang diterima
lewat tahbisan uskup), presbiterat
(yang diterima lewat tahbisan imam),
dan diakonat
(yang diterima lewat tahbisan diakon).
Semua
orang yang menerima tahbisan ini dalam kehidupan Gereja disebut klerus.
7. Sakramen Pengurapan orang sakit – Dalam sakramen ini Gereja mendoakan warganya yang sakit dan mengurapinya dengan minyak
(Yak
5:14-16).
Berkat rahmat ini orang sakit memperoleh keselamatan,
diperkuat dalam kepercayaan kepada Allah, dan hatinya ditabahkan untuk melawan
godan-godaan serta rasa takut akan kematian. Pengurapan orang sakit bukanlah sakramen untuk orang yang mendekati
ajal.
Sakramen ini dapat diterima lebih dari satu kali yakni
kalau orang yang bersangkutan jatuh sakit lagi, atau kalau dalam penyakit yang
sama terjadi krisis baru.
Sakramen ini juga dapat diberikan kepada orang yang
akan menjalani operasi berat; orang tua yang sudah sangat surut kekuatannya.
2. Perayaan sakramentalia
Sakramentalia
adalah kegiatan atau barang, yang berkaitan dengan sakramen (mirip, menunjang,
menyiapkan, atau melanjutkan sakramen), yang digunakan Gereja untuk memohon
hal-hal khusus yang bermanfaat untuk kehidupan jemaat.
Ada tiga jenis Sakramentalia: Upacara
Pemberkatan (benedictio, misalnya: rumah, sawah ladang, anak dll.); Pengikhraran Kaul-Kaul
(consecratio); Pengusiran Setan
(exorcitio).
3. Ibadat Harian Doa
Gereja yang sangat sosial untuk keselamatan dunia (lih. Ibadat Harian).
4. Upacara Kematian. Bagi orang kristen, kematian adalah peristiwa iman. Sebab pada saat
kematian, kita mengambil bagian dalam misteri Paskah Kristus: bersama Dia kita
beralih dari dunia fana ke dalam kehidupan kekal. Jadi kematian adalah pintu masuk ke dalam hidup abadi.
II.
Doa-doa pribadi/kelompok
1. Lingkup Pribadi
Umat beriman sangat dianjurkan selalu berkanjang dalam
doa (1 Tes 5:17). Selain dipanggil untuk berdoa bersama, orang kristen harus
juga masuk ke dalam biliknya untuk - berdoa secara pribadi – kepada Bapa di
tempat yang tersembunyi (Mat 6:6; KL 12; SBL 2A, 12). Berdoalah setiap waktu di
dalam Roh (Ef 6:18). Apa pun yang kamu lakukan dengan perkataan dan perbuatan,
lakukanlah itu dalam nama Tuhan Yesus, sambil mengucap syukur kepada Allah,
Bapa kita (Kol 3:17).
2. Lingkup Keluarga
Keluarga
orang beriman adalah ‘Gereja Kecil’,
warganya adalah semua anggota keluarga yang bersangkutan. Doa bersama dalam
lingkup keluarga sangat dianjurkan oleh Gereja, karena lewat kegiatan ini
mereka dapat menikmati janji Tuhan untuk hadir di tengah dua atau tiga orang
yang berhimpun dalam namaNya (Mat 18:20).
Lewat doa bersama ini setiap anggota keluarga saling
meneguhkan dan saling membangun sebagai orang beriman yang memiliki semangat
kebersamaan serta keguyuban yang tinggi. Doa bersama menunjukkan kerukunan,
kesatuan, dan persaudaraan.
3. Lingkup Jemaat
Doa jemaat mempunyai nilai istimewa, sebab lewat
himpunan doa ini, jemaat lingkungan, stasi, paroki menampakan Gereja.
Orang-orang beriman sehati dan sejiwa, dan kesatuan mereka bertumpu pada sabda
Allah, persaudaraan, doa dan Ekaristi (Kis 2:41-47).
Doa jemaat untuk masyarakat dan para pemukanya
merupakan salah satu tanda kepedulian jemaat terhadap masyarakatnya. Karena
kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan manusia, terutama yang miskin dan
terlantar, adalah kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan murid-murid
Kristus pula (GS 1).
III. Doa-doa devosi (doa yang bukan liturgis)
Devosi adalah suatu sikap bakti yang berupa penyerahan
seluruh pribadi kepada Allah dan kehendak-Nya sebagai perwujudan cinta
kasih/kebaktian khusus kepada berbagai misteri iman yang dikaitkan dengan
pribadi tertentu.
Semua devosi harus diatur sedemikian rupa sehingga selaras
dengan liturgi kudus: sesuai
dengan masa liturgi, bersumber pada liturgi, dan mengantar umat
kepada liturgi, sebab menurut hakekatnya liturgi jauh mengungguli semua
bentuk devosi (KL 13).
Berasal dari umat beriman yang terdorong oleh semangat
imannya ingin mengungkapkan ibadah kepada Allah dalam berbagai Misteri-Nya.
Pengungkapan dari umat beriman umumnya lebih spontan-terbuka, lebih kuat
dipengaruhi affeksi, serta sangat berkaitan dengan lingkungan suku, budaya,
kebiasaan baik individu maupun sosial-masyarakat setempat.
Tujuan devosi:
1. Menggairahkan
iman dan kasih kepada Allah.
2. Mengantar umat
pada penghayatan iman yang benar akan misteri karya keselamatan Allah dalam
Yesus Kristus.
3. Mengungkapkan dan
meneguhkan iman terhadap salah satu kebenaran misteri iman.
4. Memperoleh buah-buah rohani.
(Sumber: Warta KPI TL No. 54/X/2008
» Puji Syukur )