Kamis, 16 Juni 2016

18.12 -

Bunda Maria model evangelisasi



Apa itu evangelisasi?

Paus Paulus VI kurang lebih mengatakan bahwa evangelisasi berarti membawa Kabar Baik tentang Yesus kepada setiap orang dalam segala situasi dan berusaha membawa mereka - baik secara perorangan maupun kelompok - kepada pembaruan, oleh kuasa ilahi dari pesan Injil itu sendiri.

Maka inti dari evangelisasi adalah pernyataan keselamatan di dalam Yesus Kristus dan tanggapan dari orang yang menerima pewartaan Injil itu dalam iman, yang keduanya adalah karya Roh Kudus. Oleh karena pusat evangelisasi adalah Kristus, maka evangelisasi harus secara langsung berhubungan dengan Kristus.

St. Paus Yohanes Paulus II merumuskannya dengan lebih sederhana, sebagaimana diajarkan dalam Konsili Vatikan II, yaitu evangelisasi itu berkenaan dengan masuknya kita dalam misteri kasih Allah, yang mengundang setiap orang ke dalam hubungan yang pribadi dengan Kristus.

Karena itu, evangelisasi bukan semata penerusan ajaran, ataupun suatu pengetahuan tentang iman yang dipahami di kepala, tetapi lebih dalam daripada itu. Evangelisasi menyangkut perubahan keseluruhan hidup kita, atau yang lebih dikenal dengan istilah ‘pertobatan’.

Mengapa kita melakukan evangelisasi?

Mat 28:19-20, “… Pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.”

Sebagai murid Kristus, kita dipanggil untuk mewartakan Kristus yang telah mengubah kita, karena Kristus menghendaki agar semua orang dapat diselamatkan dan memperoleh pengetahuan akan kebenaran (1 Tim 2:4).

Tiga prinsip evangelisasi
1.    Mengalami Kristus
2.    Mengikuti Kristus sebagai murid-Nya
3.   Membagikan Kristus, baik melalui perkataan maupun perbuatan dalam kehidupan kita.

Bunda Maria model evangelisasi

Bunda Maria Mengalami Kristus

Dengan dipilihnya sejak awal mula, bahwa Bunda Maria menjadi ibu yang mengandung dan melahirkan Kristus, Bunda Maria telah mengalami kepenuhan rahmat Allah, sejak terbentuknya dalam kandungan ibunya.

Malaikat Gabriel diutus Allah untuk menyampaikan Kabar Gembira ini menyatakan hal ini dengan mengatakan, “Salam, hai engkau yang dikaruniai (full of grace / ‘kecharitomene’), Tuhan menyertai engkau” (Luk 1:28). Salam sang malaikat itu, yang mengatakan kepada Maria, “Salam, hai engkau yang dipenuhi rahmat …” (Luk 1:28), menyatakan penghormatan yang istimewa kepada Bunda Maria.

Setelah itu, Bunda Maria terus menyertai para rasul-Nya dan berdoa bersama-sama mereka, saat menantikan turunnya Roh Kudus di hari Pentakosta, yang menyatakan kelahiran Gereja.

Maka Bunda Maria, adalah anggota pertama Gereja, yang mengalami kepenuhan Kristus dengan cara yang istimewa dan satu-satunya.

Pertanyaan bagi kita adalah: Sudahkah kita mengalami kehadiran Kristus di dalam hidup kita?

Bunda Maria Mengikuti Kristus

Bunda Maria adalah seorang perempuan yang taat kepada hukum Taurat (Gal 4:4). Karena ketaatannya kepada Allah, Bunda Maria menerima Sabda Allah yang disampaikan kepada-Nya oleh malaikat Gabriel, dan kemudian menaatinya.

Itulah sebabnya Kristus mengatakan demikian tentang ibu-Nya, “Ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku ialah mereka, yang mendengarkan firman Allah dan melakukannya.”

Belajar dari teladan Bunda Maria, sudah saatnya kita bertanya kepada diri kita sendiri, “Sudahkah aku setia mendengarkan sabda Tuhan dan melaksanakannya?”

Bunda Maria Membagikan Kristus

Oleh ketaatan Bunda Maria, Kristus Sang Sabda dapat menjelma menjadi manusia. Karena itu, betapa dalamlah makna perkataan Bunda Maria: “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu” (Luk 1:38).

Maria menyatakan kesempurnaan kehendak bebasnya, dan menyerahkan diri seutuhnya kepada kehendak Allah, dan tergenapilah rencana Allah untuk menjadikannya sebagai Bunda yang melahirkan Kristus Putera-Nya. Dengan kesediaan Bunda Maria ini, ia menyampaikan Kristus kepada dunia, dan dunia kepada Kristus.

Secara khusus, Bunda Maria mempunyai kepekaan untuk memperhatikan dan menolong mereka yang sedang membutuhkan pertolongan.

Setelah menerima Kristus di dalam hatinya dan di dalam rahimnya, Bunda Maria segera mengunjungi Elisabet saudaranya, yang sedang mengandung dalam usia yang lanjut. Kedatangan Bunda Maria membawa sukacita, bukan saja bagi Elisabet, namun juga kepada anak di dalam kandungannya, yaitu Yohanes Pembaptis.

Bunda Maria juga menunjukkan kepekaannya akan kebutuhan sesamanya dalam peristiwa perkawinan di Kana. Ia melihat  kebutuhan tuan rumah yang mengundangnya: “Ketika mereka kekurangan anggur, ibu Yesus berkata kepada-Nya: “Mereka kehabisan anggur.” (Yoh 2:3).

Bunda Maria senantiasa melihat setiap orang yang tersisih dan berkekurangan. Ia bersegera menolong dan menyampaikan kebutuhan tersebut kepada Yesus Puteranya.

Teladan Bunda Maria dalam evangelisasi

Kerendahan Hati Bunda Maria

Peran serta Bunda Maria di awal kehidupan Kristus di dunia diawali dengan kerendahan hatinya, saat ia mengatakan, “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu” (Luk 1:38). Bunda Maria menempatkan diri sebagai hamba Tuhan, walaupun telah dipilih untuk menjadi Bunda Putera Allah yang Mahatinggi.

Kerendahan hati Bunda Maria juga nampak dari kesediaannya untuk melakukan segala ketentuan yang berlaku, tanpa meminta keistimewaan, walaupun sesungguhnya keadaannya adalah khusus dan istimewa.

Bunda Maria tetap mengikuti ketentuan Taurat Musa tentang seorang wanita yang baru melahirkan, “Dan ketika genap waktu pentahiran, menurut hukum Taurat Musa, mereka membawa Dia ke Yerusalem untuk menyerahkan-Nya kepada Tuhan” (Luk 2:22).

Selain dari tidak menuntut perlakukan istimewa, teladan kerendahan hati Bunda Maria nampak dari kesederhanaannya dan kesediaannya untuk menyimpan segala perkara di dalam hatinya. “Tetapi Maria menyimpan segala perkara itu di dalam hatinya dan merenungkannya” (Luk 2:19,51).

Di dalam proses menyimpan di dalam hati inilah, kita melihat bahwa Bunda Maria menerima segala perkara yang terjadi dalam kehidupannya dan merenungkan maknanya.

Akhirnya, kerendahan hati Bunda Maria juga ditunjukkan dengan bagaimana ia mengarahkan sesamanya kepada Kristus. Dalam pesta perkawinan di Kana, saat ia mengetahui bahwa tuan rumah kehabisan anggur, ia berkata kepada para pelayan, “Apa yang dikatakan kepadamu, buatlah itu!” (Yoh 2:5). Bunda Maria tidak mengarahkan perhatian orang kepada dirinya yang menemukan keadaan kekurangan itu, tetapi mengarahkan perhatian kepada Puteranya.
  
Totalitas Bunda Maria

Dengan kesediaannya menjadi ibu yang mengandung, melahirkan Kristus dan membesarkan-Nya, Bunda Maria mempersembahkan seluruh hidup-Nya kepada rencana Allah. Ia selalu menyertai Kristus, sejak kelahiran-Nya sampai wafat-Nya.

Bunda Maria tetap setia menyertai Kristus saat hampir semua murid-Nya meninggalkan Dia. Bunda Maria tetap percaya akan janji Tuhan meskipun ia melihat seolah kebalikan dari apa yang dikatakan oleh malaikat itu kepadanya. Di kaki salib itu, Bunda Maria mempersembahkan segalanya - termasuk Puteranya - kepada Allah Bapa.

Penyerahan total Bunda Maria kepada rencana Allah, membuat kita memeriksa batin: “Tetap setiakah aku kepada Kristus, terutama di saat-saat sulit dalam hidupku? Di saat segala sesuatu yang terjadi tidak sesuai dengan harapanku, apakah aku tetap percaya akan janji Tuhan bahwa ia akan memberikan yang terbaik kepadaku? Apakah aku telah mempersembahkan diriku seluruhnya kepada Tuhan?”


(Sumber: Warta KPI TL No.134/VI/2016 » Renungan KPI  TL Tgl  7 Mei 2015, Diakon Raditya).