Jumat, 24 Juni 2016

Berhasilkah kita di garis akhir?


Gunung es - yang kelihatan dipermukaan hanya puncaknya, sedangkan yang bagian lainnya ada di dasar laut. Demikian juga dengan  manusia, yang kelihatan dipermukaan (di alam sadar) hanya 10%, sedangkan yang 90 % ada di alam bawah sadar. Hal ini dapat dibuktikan.

Misalnya: kita berdoa Bapa Kami, sebelum selesai mendaraskannya, kadangkala terjadi pelanturan (ingat anaknya yang belum pulang/ingin makan di mana/berpikir sebentar lagi sudah selesai dll.). Sehingga doa itu sedikit kuasanya karena bukan roh kita yang berdoa (berdoa dengan tidak penuh cinta kepada Tuhan). Doa yang wangi adalah doa yang penuh cinta, doa yang sadar.

Penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran (Yoh 4:23)

Tidak ada satu orang pun yang tidak mempunyai visi dari Tuhan; masing-masing orang diberi menurut kesanggupannya (Mat 25:15 – ada yang 5, 2, 1). Kita harus tahu talenta apa yang paling besar di dalam hidup kita.

Talenta itu harus digali, karena kemampuan manusia yang terlihat hanya 30%, sedang yang 70% tidak terlihat.

Kepada kita masing-masing telah dianugerahkan kasih karunia menurut ukuran pemberian Kristus (Ef 4:7)

Agar mengenal kehendak Allah, kenali semua kelemahan-kelemahan kita dengan baik. Karena seringkali tanpa sadar kita dipengaruhi oleh penguasa dunia agar kita tetap berada dalam kelemahan kita (Bdk. Ef 6:12).

Jadi ketika kita mengalami suatu peristiwa dalam kehidupan ini, refleksikanlah. Belajarlah rendah hati agar peka mendengar suara Tuhan. Hal ini diberikan kepada setiap anak-anak Tuhan, bukan merupakan hak istimewa  (Yoh 10:27 – domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku).

Tetapi mengapa sering kita tidak dapat mendengar suara Tuhan? Karena kita terlalu sibuk dengan diri sendiri/permasalahan kita sendiri; seperti seorang  anak yang lagi asik main game, dipanggil tidak mendengarkan panggilan.

Sebab itu kalau mendengarkan suara Tuhan, dengarkan dengan baik/cermat. Lakukanlah, hanya apa yang kita dengar supaya tidak terjadi penyesatan (2 Tim 4:4 – jangan memalingkan telinga dari kebenaran dan membukanya bagi dongeng; tidak suka firman yang terlalu keras, hanya suka yang menyenangkan daging saja - kita boleh pergi kemana saja mendengarkan pengajaran, tetapi harus berhati-hati agar tidak tersesat).

Biasanya orang-orang yang cinta uang/pintar suka berdiri di atas kebenarannya sendiri; mereka menelaah Kitab Suci dengan pikirannya sendiri, sehingga kebenaran Firman Tuhan sulit mereka mengerti.

Tuhan mau supaya setiap anak-anaknya dapat mernyelesaikan tugasnya dengan tuntas sampai ke garis akhir (kematian). Tetapi setan selalu berusaha keras mengintrupsi kehidupan kita dengan begitu banyak rintangan/hambatan/tantangan yang membuat kita seolah-olah kita tidak dapat maju sedikitpun (berjalan di tempat, bahkan mundur teratur tanpa berita) - saat-saat itulah ujian bagi kita.

Untuk mencapai garis akhir, kita perlu terus siaga dan minta kekuatan Tuhan, karena kita bisa tidak tahan dengan komentar/perlakuan orang. Semua penderitaan itu ada tujuannya (lih. Mencintai sampai terluka).

Ada seorang ibu yang menyerahkan hidupnya bagi Tuhan. Ketika hamil 5 bulan di USG, ternyata anak yang ada di rahimnya cacat kena virus yang berasal dari tempat sampah. Ibu itu langsung pulang mengambil keyboardnya dan menyembahTuhan ... tidak mau berkata sembarangan/memikirkan yang negatif tentang Tuhan, karena dia tahu Bapa itu baik sekali.

Tuhan hadir dengan seluruh kemuliaannya dan berkata: “Nak, ucapan syukurmu yang berasal dari penderitaan, baunya wangi sekali dihadapan-Ku, bagaikan dupa narwastu. Aku nggak tahan melihat ucapan syukurmu. Aku nggak tahan, hati-Ku hancur melihat engkau ..., engkau mau apa nak....mau apa...?”

Karena ibu itu kenal siapa Bapanya dan terbiasa melatih diri tidak egois, selalu mendahulukan Tuhan di dalam kehidupannya, dia berkata: “Tuhan, sebenarnya apa yang Engkau rencanakan buat hidupku? Sebelum aku minta pada-Mu, aku ingin tahu dulu apa yang Engkau rencanakan buat hidupku dengan peristiwa anakku yang cacat ini.”

Tuhan menjawab: “Aku ingin melukaimu, anak-Ku.” Kemudian dia bertanya: “Mengapa Tuhan?” “Agar engkau menghargai nyawa/jiwa manusia, tahu kesusahan-Ku, ketika melihat satu jiwa terhilang, betapa susahnya Aku. Agar engkau menghargai sama dengan apa yang Aku hargai.”

Mereka yang harus menderita karena kehendak Allahmenyerahkan jiwanyadengan selalu berbuat baikkepada Pencipta yang setia (1 Ptr 4:19)

Kita harus tahu visi yang Tuhan mau di dalam kehidupan kita. Ketika kita menjalankan visi itu, Tuhan akan memberitahukan langkah demi langkah apa yang harus kita lakukan untuk mencapai visi yang Tuhan berikan.

Bukan berarti kita berada dalam keadaan yang enak, justru pada saat-saat itulah kita perlu berhati-hati merespon setiap ujian demi ujian itu. Seringkali kita tidak mengerti kalau lagi menghadapi ujian, sehingga kita mengambil keputusan yang salah (dosa ada di depan mata kita).

Reaksi kita marah/dendam (luka batin) – luka itu bernanah, bau busuk – sehingga Tuhan tidak dapat tinggal dalam tubuh kita (tubuh kita adalah  bait Roh Kudus – 1 Kor 6:19)

Ketika luka batin, seharusnya kita mengampuni:
1. Sesama.
2. Diri sendiri. Misalnya: ketika orang melakukan operasi plastik, bukan karena kena suatu musibah tetapi karena hidungnya pesek -  tanpa menyadari dia tidak bisa menerima dirinya sendiri (mengapa aku kok diciptakan jelek begini).
3. Tuhan. Seringkali dalam keadaan terdesak/panik... tidak dapat berpikir ... menemui jalan buntu, sehingga tanpa sadar  muncul kecenderungan marah/luka batin terhadap Allah, meskipun hanya dalam hati. Misalnya: “Kenapa Tuhan, ini harus terjadi padaku? Kalau Engkau mau, pasti ini tidak terjadi.”; Aku kurang apa Tuhan?

Jika Tuhan membiarkan dan mengizinkan kita mengalami penderitaaan/apa pun yang tidak menyenangkan bagi jiwa kira. Pasti Dia juga memberi jalan keluarnya.

Misalnya: ada dua orang yang sama-sama menderita kanker getah bening. Yang seorang hanya mempunyai uang seratus ribu, diberi orang – sungguh-sungguh berdoa. Tetapi yang mempunyai uang satu M – berdoa dan beriktiar mencari dokter yang terbaik di Singapur. Ketika uangnya sudah habis, baru dia menyerah dan melihat mujizat, Tuhan membantunya di detik-detik terakhir. Hal itu terjadi karena kita tidak mengerti, Tuhan mau apa di hidup kita.

Ketika menghadapi ujian/penderitaan belajarlah untuk bertanya pada Tuhan, apa yang harus kita lakukan.

Ada seorang ibu yang hidup dari belas kasihan Allah, pekerjaannya sebagai pewarta Sabda. Dia ingin mendapatkan mujizat seperti beberapa tahun yang lalu, didoakan – matanya yang buta langsung dapat sembuh.

Tetapi pada waktu berdoa, dia melihat dirinya ada di atas meja operasi, artinya: penyembuhannya harus melewati medis, padahal dia tidak mempunyai uang.

Di situlah dia melihat rencana Allah yang begitu indah. Dia melihat penyertaan-Nya yang sungguh luar biasa, dengan mengirimkan orang-orang yang menjenguknya membawa dolar/rupiah sehingga terkumpul seratus juta rupiah, dia dapat melakukan operasi di Australi.

Itulah penyertaan-Nya yang dia rasakan, seperti penyertaan Tuhan pada bangsa Israel di padang gurun dengan mengirimkan manna dan burung puyuh.

Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia (1 Kor 10:13).

Apakah yang dimaksud dengan visi dan misi itu?

Misalnya: waktu kecil mempunyai visi menjadi seorang ilmuwan. Maka untuk menjalankan visi itu harus sekolah sampai S3 dan melakukan penelitian (misi). Sehingga dapat tercapai tujuannya, yaitu: dapat melakukan penemuan-penemuan baru.

Marilah kita belajar pada Musa dan Paulus:

Musa seorang yang lembut, dia memimpin bangsa Israel ke luar dari Mesir ke Tanah Terjanji.  Tetapi dia marah sehingga  tidak melakukan seperti yang diperintahkan-Nyakatakanlah kepada bukit batu itu supaya diberi airnya, tetapi Musa memukul bukit batu itu dengan tongkatnya dua kali.

Karena kamu ... tidak menghormati kekudusan-Ku di depan mata orang Israel, itulah sebabnya kamu tidak akan membawa jemaah ini masuk ke negeri yang akan Kuberikan kepada mereka (Bil 20:7-13) – tidak mencapai visi yang Tuhan berikan.

Sebelum memulai pelayanan/menjalankan misi, Paulus sudah diberi visi oleh Tuhan, yaitu: mewartakan kepada bangsa-bangsa lain (bangsa non Yahudi, dianggap kafir oleh orang Yahudi) serta raja-raja dan orang Israel. Tuhan sendiri yang akan menuntunnya, meskipun banyak penderitaan yang harus ditanggungnya demi nama-Nya (Kis 9:15-16).

Langkah demi langkah menjalankan misi itu Tuhan menuntunnya (lihat peta Alkitab perjalanan Paulus yang 1, 2 dan 3).

Ketika mendengar perutusan itu, para murid-muridnya dan nabi Agabus reaksinya berbeda dengan Paulus, meskipun tingkat rohaninya sama.

Paulus: Dengan segala kerendahan hati aku melayani Tuhan. Sebagai tawanan Roh ... aku tidak tahu apa yang akan terjadi atas diriku. Aku tidak menghiraukan nyawaku sedikit pun, asal saja aku dapat mencapai garis akhir dan menyelesaikan pelayanan yang ditugaskan oleh Tuhan Yesus kepadaku untuk memberi kesaksian tentang Injil kasih karunia Allah (Kis 20:19, 22, 24).

Para murid: Oleh bisikan Roh murid-murid itu menasehati Paulus, supaya ia jangan pergi ke Yerusalem (Kis 21:4).

Nabi Agabus: Demikianlah kata Roh Kudus: Beginilah orang yang empunya ikat pinggang ini akan diikat oleh orang-orang Yahudi di Yerusalem dan diserahkan ke dalam tangan bangsa-bangsa lain.

Mendengar itu, mereka meminta supaya Paulus jangan pergi ke Yerusalem. 

Tetapi Paulus menjawab: “Mengapa kamu menangis dan dengan jalan demikian mau menghancurkan hatiku? Sebab aku ini rela bukan saja untuk diikat, tetapi juga untuk mati di Yerusalem oleh karena nama Tuhan Yesus.” (Kis 21:10-14) - mencapai visi yang Tuhan berikan.

Aku telah mengakhiri pertandingan dengan baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman. Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan (2 Tim 4:7-8).

Marilah kita siap sedia mewartakan firman Allah melalui sikap hidup kita dan selalu siap sedia baik atau tidak baik waktunya (2 Tim 4:2) .

Janganlah menunda visi yang telah direncanakan oleh Tuhan bagi kita, sehingga kita tidak menjadi orang yang terakhir (Luk 13:30).

Karena kalau kita memakai prinsip yang salah, dengan berpikir “akan diselamatkan juga seperti seorang penjahat yang ada di samping Yesus” (Luk 23:43), ya... kalau sempat.

Beranilah menegor dan menasehati dengan segala kesabaran dan pengajaran. Berhati-hatilah dalam setiap mendengar pengajaran, kunyah-kunyahlah sehingga mengerti maknanya dan dapat melakukannya. Agar kita juga boleh mendapatkan mahkota kebenaran yang telah disediakan Tuhan.


(Sumber: Warta KPI TL No. 54/X/2008 » Renungan KPI  TL 11 September 2008, Dra Yovita Baskoro, MM)