18.44 -
*Hidup rohani*
Berhasilkah kita di garis akhir?
Gunung
es - yang kelihatan dipermukaan hanya puncaknya, sedangkan yang bagian lainnya
ada di dasar laut. Demikian juga dengan manusia,
yang kelihatan dipermukaan
(di alam sadar) hanya 10%, sedangkan yang 90 % ada di alam bawah sadar.
Hal ini dapat dibuktikan.
Misalnya:
kita berdoa Bapa Kami, sebelum selesai mendaraskannya, kadangkala terjadi
pelanturan (ingat anaknya yang belum pulang/ingin makan di mana/berpikir
sebentar lagi sudah selesai dll.). Sehingga doa itu sedikit kuasanya karena
bukan roh kita yang berdoa (berdoa dengan tidak penuh cinta kepada Tuhan). Doa
yang wangi adalah doa yang penuh cinta, doa yang sadar.
Tidak ada satu orang pun yang tidak mempunyai visi dari Tuhan; masing-masing orang diberi menurut kesanggupannya (Mat 25:15 – ada yang 5, 2, 1). Kita harus tahu talenta apa yang paling besar di dalam hidup kita.
Talenta itu harus digali, karena kemampuan manusia yang terlihat hanya 30%, sedang yang 70% tidak terlihat.
Kepada kita masing-masing telah dianugerahkan kasih karunia menurut ukuran pemberian Kristus (Ef 4:7)
Agar mengenal kehendak
Allah, kenali semua kelemahan-kelemahan kita dengan baik. Karena seringkali
tanpa sadar kita dipengaruhi oleh penguasa dunia agar kita tetap berada dalam kelemahan
kita (Bdk. Ef 6:12).
Jadi
ketika
kita mengalami suatu peristiwa dalam kehidupan ini, refleksikanlah. Belajarlah rendah hati agar peka mendengar suara Tuhan.
Hal ini diberikan kepada setiap anak-anak Tuhan, bukan merupakan hak istimewa (Yoh 10:27 – domba-domba-Ku mendengarkan
suara-Ku).
Tetapi mengapa sering kita tidak dapat mendengar suara Tuhan? Karena kita terlalu sibuk dengan diri sendiri/permasalahan kita sendiri; seperti seorang anak yang lagi asik main game, dipanggil tidak mendengarkan panggilan.
Sebab
itu kalau mendengarkan suara Tuhan, dengarkan dengan baik/cermat. Lakukanlah,
hanya apa yang kita dengar supaya tidak terjadi penyesatan (2 Tim 4:4 – jangan memalingkan
telinga dari kebenaran dan membukanya bagi dongeng; tidak suka firman yang
terlalu keras, hanya suka yang menyenangkan daging saja - kita boleh pergi
kemana saja mendengarkan pengajaran, tetapi harus berhati-hati agar tidak
tersesat).
Biasanya
orang-orang yang cinta uang/pintar suka berdiri di atas kebenarannya sendiri;
mereka menelaah Kitab Suci dengan pikirannya sendiri, sehingga kebenaran Firman
Tuhan sulit mereka mengerti.
Tuhan
mau supaya setiap anak-anaknya dapat mernyelesaikan tugasnya dengan tuntas
sampai ke garis akhir (kematian). Tetapi setan selalu berusaha keras
mengintrupsi kehidupan kita dengan begitu banyak rintangan/hambatan/tantangan
yang membuat kita seolah-olah kita tidak dapat maju sedikitpun (berjalan di
tempat, bahkan mundur
teratur tanpa
berita)
- saat-saat itulah ujian bagi kita.
Untuk
mencapai garis akhir, kita perlu terus siaga dan minta kekuatan Tuhan, karena
kita bisa tidak tahan dengan komentar/perlakuan orang. Semua penderitaan itu
ada tujuannya (lih. Mencintai
sampai terluka).
Ada
seorang ibu yang menyerahkan hidupnya bagi Tuhan. Ketika hamil 5 bulan di USG,
ternyata anak
yang ada di rahimnya cacat kena
virus yang berasal dari tempat sampah. Ibu itu langsung pulang
mengambil keyboardnya dan menyembahTuhan ... tidak mau berkata sembarangan/memikirkan
yang negatif tentang Tuhan, karena
dia tahu Bapa itu baik sekali.
Tuhan
hadir dengan seluruh kemuliaannya dan berkata: “Nak, ucapan syukurmu yang berasal
dari penderitaan, baunya wangi sekali dihadapan-Ku, bagaikan
dupa narwastu. Aku nggak tahan melihat ucapan syukurmu. Aku nggak
tahan, hati-Ku hancur melihat engkau ..., engkau mau apa nak....mau apa...?”
Karena
ibu itu kenal siapa Bapanya dan terbiasa melatih diri tidak egois, selalu
mendahulukan Tuhan di dalam kehidupannya, dia berkata: “Tuhan, sebenarnya apa
yang Engkau rencanakan buat hidupku? Sebelum aku minta pada-Mu, aku ingin tahu
dulu apa yang Engkau rencanakan buat hidupku dengan peristiwa anakku yang cacat
ini.”
Tuhan
menjawab: “Aku ingin melukaimu, anak-Ku.” Kemudian dia bertanya: “Mengapa
Tuhan?” “Agar engkau menghargai nyawa/jiwa manusia, tahu kesusahan-Ku, ketika
melihat satu jiwa terhilang, betapa susahnya Aku. Agar engkau menghargai sama dengan apa yang Aku hargai.”
Mereka yang harus menderita karena kehendak Allah, menyerahkan jiwanya, dengan selalu berbuat baik, kepada Pencipta yang setia (1 Ptr 4:19)
Kita
harus tahu visi yang Tuhan mau di dalam kehidupan kita. Ketika kita menjalankan visi itu,
Tuhan akan memberitahukan langkah
demi langkah apa yang harus kita lakukan untuk mencapai visi yang Tuhan berikan.
Bukan
berarti kita berada dalam keadaan yang enak, justru pada saat-saat itulah kita
perlu berhati-hati merespon setiap ujian demi ujian itu. Seringkali kita tidak mengerti kalau
lagi menghadapi ujian, sehingga
kita mengambil keputusan yang salah (dosa ada di depan mata kita).
Reaksi kita marah/dendam
(luka batin) – luka itu bernanah, bau busuk – sehingga Tuhan tidak
dapat tinggal dalam tubuh kita (tubuh kita adalah bait Roh Kudus – 1 Kor 6:19)
Ketika luka batin,
seharusnya kita mengampuni:
1. Sesama.
2. Diri sendiri. Misalnya: ketika orang melakukan operasi plastik, bukan karena kena
suatu musibah tetapi karena hidungnya pesek -
tanpa menyadari dia tidak bisa menerima dirinya sendiri (mengapa aku kok
diciptakan jelek begini).
3. Tuhan.
Seringkali dalam keadaan terdesak/panik... tidak dapat berpikir ... menemui
jalan buntu, sehingga tanpa sadar muncul
kecenderungan marah/luka batin terhadap Allah, meskipun hanya dalam hati.
Misalnya: “Kenapa Tuhan, ini harus terjadi padaku? Kalau Engkau mau, pasti ini
tidak terjadi.”; Aku kurang apa Tuhan?
Jika
Tuhan membiarkan dan mengizinkan kita mengalami penderitaaan/apa pun yang tidak
menyenangkan bagi jiwa kira. Pasti Dia juga memberi jalan keluarnya.
Misalnya:
ada dua orang yang sama-sama menderita kanker getah bening. Yang seorang hanya
mempunyai uang seratus ribu, diberi orang – sungguh-sungguh berdoa. Tetapi yang
mempunyai uang satu M – berdoa dan beriktiar mencari dokter yang terbaik di
Singapur. Ketika uangnya sudah habis, baru dia menyerah dan melihat mujizat,
Tuhan membantunya di detik-detik terakhir. Hal itu terjadi karena kita tidak
mengerti, Tuhan mau apa di hidup kita.
Ketika menghadapi
ujian/penderitaan belajarlah untuk bertanya pada Tuhan,
apa yang harus kita lakukan.
Ada
seorang ibu yang hidup dari belas kasihan Allah, pekerjaannya sebagai pewarta
Sabda. Dia ingin mendapatkan mujizat seperti beberapa tahun yang lalu, didoakan
– matanya yang buta langsung dapat sembuh.
Tetapi
pada waktu berdoa, dia melihat dirinya ada di atas meja operasi, artinya:
penyembuhannya harus melewati medis, padahal dia tidak mempunyai uang.
Di
situlah dia melihat rencana Allah yang begitu indah. Dia melihat penyertaan-Nya
yang sungguh luar biasa, dengan mengirimkan orang-orang yang menjenguknya
membawa dolar/rupiah sehingga terkumpul seratus juta rupiah, dia dapat
melakukan operasi di Australi.
Itulah
penyertaan-Nya yang dia rasakan, seperti penyertaan Tuhan pada bangsa Israel di
padang gurun dengan mengirimkan manna dan burung puyuh.
Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia (1 Kor 10:13).
Apakah yang dimaksud
dengan visi dan misi itu?
Misalnya:
waktu kecil mempunyai visi
menjadi seorang ilmuwan. Maka untuk menjalankan visi itu harus sekolah sampai
S3 dan melakukan penelitian (misi).
Sehingga dapat tercapai tujuannya,
yaitu: dapat melakukan penemuan-penemuan baru.
Marilah kita belajar
pada Musa dan Paulus:
Musa seorang yang lembut,
dia memimpin bangsa Israel ke luar dari Mesir ke Tanah Terjanji. Tetapi dia marah sehingga
tidak melakukan seperti yang diperintahkan-Nya – katakanlah
kepada bukit batu itu supaya diberi airnya, tetapi Musa memukul bukit batu itu dengan tongkatnya dua kali.
Karena
kamu ... tidak menghormati kekudusan-Ku di depan mata orang Israel, itulah
sebabnya kamu tidak akan membawa jemaah ini masuk ke negeri yang akan Kuberikan
kepada mereka (Bil 20:7-13) – tidak mencapai visi yang Tuhan
berikan.
Sebelum
memulai pelayanan/menjalankan misi, Paulus sudah diberi visi oleh Tuhan, yaitu: mewartakan kepada
bangsa-bangsa lain (bangsa non Yahudi, dianggap kafir oleh orang Yahudi) serta
raja-raja dan orang Israel. Tuhan sendiri yang akan menuntunnya, meskipun banyak penderitaan yang harus
ditanggungnya demi nama-Nya (Kis 9:15-16).
Langkah
demi langkah menjalankan misi itu Tuhan menuntunnya (lihat peta Alkitab
perjalanan Paulus yang 1, 2 dan 3).
Ketika
mendengar perutusan itu, para murid-muridnya dan nabi Agabus reaksinya berbeda
dengan Paulus, meskipun tingkat rohaninya sama.
Paulus: Dengan segala kerendahan hati aku melayani Tuhan. Sebagai tawanan Roh ... aku
tidak tahu apa yang akan terjadi atas diriku. Aku tidak menghiraukan nyawaku sedikit
pun, asal saja aku
dapat mencapai garis akhir dan menyelesaikan pelayanan yang ditugaskan oleh
Tuhan Yesus kepadaku untuk memberi kesaksian tentang Injil kasih
karunia Allah (Kis 20:19, 22, 24).
Para murid: Oleh bisikan Roh murid-murid itu menasehati Paulus, supaya ia jangan pergi ke
Yerusalem (Kis
21:4).
Nabi Agabus: Demikianlah kata Roh Kudus: Beginilah orang yang
empunya ikat pinggang ini akan diikat oleh orang-orang Yahudi di Yerusalem dan
diserahkan ke dalam tangan bangsa-bangsa lain.
Mendengar itu, mereka meminta supaya Paulus jangan pergi ke Yerusalem.
Tetapi Paulus menjawab: “Mengapa kamu menangis dan dengan jalan demikian mau menghancurkan hatiku? Sebab aku ini rela bukan saja untuk diikat, tetapi juga untuk mati di Yerusalem oleh karena nama Tuhan Yesus.” (Kis 21:10-14) - mencapai visi yang Tuhan berikan.
Mendengar itu, mereka meminta supaya Paulus jangan pergi ke Yerusalem.
Tetapi Paulus menjawab: “Mengapa kamu menangis dan dengan jalan demikian mau menghancurkan hatiku? Sebab aku ini rela bukan saja untuk diikat, tetapi juga untuk mati di Yerusalem oleh karena nama Tuhan Yesus.” (Kis 21:10-14) - mencapai visi yang Tuhan berikan.
Aku telah mengakhiri pertandingan dengan baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman. Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan (2 Tim 4:7-8).
Marilah
kita siap
sedia mewartakan firman Allah melalui sikap hidup kita dan
selalu siap sedia baik atau tidak
baik waktunya (2 Tim 4:2) .
Janganlah
menunda visi yang telah direncanakan oleh Tuhan bagi kita, sehingga kita tidak
menjadi orang yang terakhir (Luk 13:30).
Karena
kalau kita memakai prinsip yang salah, dengan berpikir “akan diselamatkan juga
seperti seorang penjahat yang ada di samping Yesus” (Luk 23:43), ya... kalau
sempat.
Beranilah
menegor dan menasehati dengan segala kesabaran dan pengajaran. Berhati-hatilah
dalam setiap mendengar pengajaran, kunyah-kunyahlah sehingga mengerti maknanya
dan dapat melakukannya. Agar kita juga boleh mendapatkan mahkota kebenaran yang
telah disediakan Tuhan.
(Sumber: Warta KPI TL No. 54/X/2008
» Renungan KPI TL 11
September 2008,
Dra Yovita Baskoro, MM)