Senin, 04 April 2016

19.05 -

Mrk 1:14-20

Sarapan Pagi
Agar Kita Disegarkan Oleh-Nya


Firman yang tertanam di dalam hatimu
yang berkuasa menyelamatkan jiwamu.
(Yak 1:21)


Penanggalan liturgi

Minggu, 21 Januari 2018: Hari Minggu Biasa III - Tahun B/III (Hijau)
Bacaan: Yun 3:1-5, 10; Mzm 25:4bc-5ab, 6-7bc, 8-9; 1 Kor 7:29-31; Mrk 1:14-20

Senin, 14 Januari 2019: Hari Biasa I - Tahun C/I (Hijau)
Bacaan: Ibr 1:1-6; Mzm 97:1, 2b, 6, 7c, 9; Mrk 1:14-20


Senin, 11 Januari 2016: Hari Biasa I - Tahun C/II (Hijau)
Bacaan: 1 Sam 1:1-8; Mzm 116:12-13, 14, 17, 18-19; Mrk 1:14-20


Ketika Yesus sedang berjalan menyusur danau Galilea, Ia melihat Simon dan Andreas, saudara Simon. Mereka sedang menebarkan jala di danau, sebab mereka penjala ikan.



Yesus berkata kepada mereka: (1) "Mari, ikutlah Aku dan kamu akan Kujadikan penjala manusia." Lalu merekapun segera meninggalkan jalanya dan mengikuti Dia.



Dan setelah Yesus meneruskan perjalanan-Nya sedikit lagi, dilihat-Nya Yakobus, anak Zebedeus, dan Yohanes, saudaranya, sedang membereskan jala di dalam perahu. 

(2) Yesus segera memanggil mereka dan mereka meninggalkan ayahnya, Zebedeus, di dalam perahu bersama orang-orang upahannya lalu mengikuti Dia.



Renungan



1. Kita semua dipanggil

Sudah menjadi pemahaman umum umat beriman bahwa mereka yang terpanggil ialah mereka yang berlabel rohaniwan/rohaniwati.

Panggilan tidak dibatasi atau hanya menjadi milik kaum religius/berjubah saya. Tetapi kita semua yang telah menerima pembaptisan, dipanggil Tuhan untuk berkarya dan melayani sesuai dengan bidang kita masing-masing. Melalui pekerjaan kita Yesus memanggil dan mengutus kita.

Seorang guru yang bekerja dengan tekun dan berdedikasi menjadi kesaksian yang nyata bahwa ia adalah pengikut Yesus.

Seorang pedagang mencari nafkah dengan jujur dan bertanggungjawab sesungguhnya sedang menjalani panggilan untuk menunjukkan dirinya sebagai pengikut Yesus.

Seorang pengusaha yang menyediakan pekerjaan dan memberikan nafkah bagi bangak orang juga sedang menjalani panggilan sebagai murid Yesus.

Dengan mengerjakan pekerjaan harian kita, kita menjalani panggilan. Panggilan Yesus berlaku untuk semua murid-Nya. Jadi, janganlah menjadi pasif untuk melayani hanya karena kita bukan kaum berjubah.


2. Panggilan dari Yesus

(1, 2) Panggilan dari Yesus ini sungguh-sungguh menyentuh hati mereka yang terdalam dan mereka bersedia untuk mengikuti-Nya. Mereka sungguh-sungguh terpesona dan rela meninggalkan orang-orang terdekat dan harta milik mereka untuk suatu misi keselamatan. 

Seringkali kita dihadapkan dengan berbagai pilihan. Untuk itu, perlulah kita masuk dalam keheningan dan memohon hikmat Tuhan agar pilihan tersebut sesuai dengan hati nurani kita.

Jika kita sudah memilih sesuai dengan hati nurani kita, maka kita akan merasakan kepuasan batin. Karena ada cinta yang tumbuh dalam hati kita, maka kita akan mampu bekerja dengan sepenuh hati dan rela berkorban untuk orang lain.


3. Cinta itu butuh pengorbanan

Simon, Andreas, Yakobus dan Yohanes sungguh-sungguh terpesona dan jatuh cinta pada pribadi Yesus. Bagi mereka, undangan Yesus untuk menjadi murid-murid-Nya adalah sebuah kesempatan emas.

Mengapa "hanya" demi mengikuti Yesus, mereka bersedia meninggalkan segala-galanya sementara mereka sudah mapan sebagai nelayan? Terlebih Yakobus dan Yohanes, ayah mereka adalah seorang nelayan, "juragan" yang memiliki perahu sendiri dan orang-orang upahan. Sangat mungkin Yakobus dan Yohanes akan mewarisi perahu ayah mereka.

Bagi Simon, Andreas, Yakobus dan Yohanes, kesempatan untuk menjadi murid Yesus jauh lebih berharga dan penting daripada segala kemapanan yang telah mereka miliki.

Santa Theresia Lisieux berkata: "Mencintai Kristus adalah sebuah keharusan bagi kita karena kita sudah menerima cinta-Nya sebelum kita mengenal-Nya."

Sebelum kita memgenal Kristus, kita telah berutang cinta kepada-Nya. Karena sengsara dan wafat-Nya di kayu salib, relasi kita dengan Allah telah dipulihkan. Cinta Kristus telah mengembalikan martabat kita sebagai kesayangan Allah.

Oleh karena itu, tidak selayaknya jika kita masih berhitung-hitung dalam mencintai Kristus. Sudah sepantasnya kita memberikan yang terbaik yang kita miliki untuk membalas cinta Kristus kepasa kita karena Dia telah memberikan sesuatu yang paling berharga bagi kita, yaitu perdamaian dengan Allah, Sang Pencipta.

Marilah kita belajar dari Simon, Andreas, Yakobus dan Yohanes yang tidak berhitung-hitung dalam mencintai Kristus.