Senin, 04 April 2016

19.02 -

Luk 3:15-16, 21-22

Sarapan Pagi
Agar Jiwa Kita Disegarkan Oleh-Nya


Firman yang tertanam di dalam hatimu,
yang berkuasa menyelamatkan jiwamu.
 (Yak 1:21)


Penanggalan liturgi

Minggu, 13 Januari 2019: Pesta Pembaptisan Tuhan - Tahun C/I (Putih)
Bacaan: Yes 42:1-4, 6-7; Mzm 29:1a, 2, 3ac-4, 3b, 9b-10; Kis 10:34-38; Luk 3:15-16, 21-22 atau Yes 40:1-5, 9-11; Mzm 104:1b-2, 3-4, 24-25, 27-28, 29-30; Tit 2:11-14; 3:4-7; Luk 3:15-16, 21-22)

Minggu, 10 Januari 2016: Pesta Pembaptisan Tuhan - Tahun C/II (Putih)
Bacaan: Yes 40:1-5, 9-11; Mzm 104:1b-2, 3-4, 24-25, 27-28, 29-30; Tit 2:11-14; 3:4-7; Luk 3:15-16, 21-22


Orang banyak sedang menanti dan berharap, dan semuanya bertanya dalam hatinya tentang Yohanes, kalau-kalau ia adalah Mesias,



Yohanes menjawab dan berkata kepada semua orang itu: "Aku membaptis kamu dengan air, tetapi Ia yang lebih berkuasa dari padaku akan datang dan membuka tali kasut-Nyapun aku tidak layak. Ia akan membaptis kamu dengan Roh Kudus dan dengan api.



Ketika seluruh orang banyak itu telah dibaptis dan ketika (*) Yesus juga dibaptis dan sedang berdoa, terbukalah langit dan turunlah Roh Kudus dalam rupa burung merpati ke atas-Nya. Dan terdengarlah suara dari langit: "Engkaulah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Mulah Aku berkenan."


Renungan



1. Persekutuan hidup orang beriman

Dengan baptisan, kita dipersatukan dalam suatu persekutuan keluarga Allah.

Jadi, persekutuan hidup orang beriman bukanlah suatu pertemuan basa-basi. Ada ibadat ada nasi, habis sembahyang, kita kenyang. Tidak! Bukan itu tujuan pertemuan dalam persekutuan kita.

Tetapi kita dituntut beribadah dengan menantikan penggenapan pengharapan kita yang penuh bahagia dan pernyataan kemuliaan Allah yang Mahabesar, meninggalkan kefasikan dan keinginan-keinginan duniawi dan supaya kita hidup bijaksana, adil dan beribadah di dalam dunia sekarang ini.

Apakah dalam persekutuan itu, kita telah bersikap bijaksana, adil dan beribadah dengan setia pada-Nya? Jika "ya", maka kita telah menjadi anak yang dikasihi Bapa dan berkenan pada-Nya. Jika "tidak" maka mulailah dari sekarang!

Tuhan Yesus memberkati.



2. Tuhan yang ber-empati

(*) Mengapa Yesus mau dibaptis? Bukankah baptisan Yohanes untuk pertobatan orang berdosa?

Yesus memberikan diri-Nya dibaptis supaya Ia turut merasakan dukacita, sukacita, pergumulan bahkan penderitaan yang diakibatkan oleh dosa-dosa manusia. Dengan demikian, pembaptisan Yesus menunjukkan rasa empati Allah kepada manusia yang telah jatuh ke dalam dosa.

Yesus yang adalah Allah rela ber-empati dengan kita manusia yang berdosa. Seharusnya kita juga ber-empati dengan sesama kita yang menderita.

Dengan demikian, sesama kita akan mendapat kekuatan baru untuk bangkit, sebab bebannya dipikul bersama dengan yang ber-empati.

Tuhan Yesus memberkati.