Rabu, 11 November 2015

Rajawali

Rajawali adalah burung terkuat yang dijadikan sebagai analog bagi orang Kristen yang dewasa rohaninya

Seekor rajawali dewasa memiliki tinggi badan sekitar 90 cm, dan bentangan sayap sepanjang 2 m. Ia membangun sarangnya di puncak-puncak gunung. 


Sarangnya dari duri-duri dan berbagai benda-benda yang tajam, batu-batu yang bergerigi, kemudian ia menambahkan kulit dan bulu binatang-binatang yang telah dimangsanya sehingga sarangnya menjadi empuk dan nyaman. Sarang itu sangat besar sehingga manusia pun dapat tidur di dalamnya. 

Rajawali adalah mahluk ciptaan Tuhan yang sungguh luar biasa, meskipun ia tidak setinggi manusia, tetapi memiliki beberapa karakter yang patut kita pelajari.

* Rajawali diciptakan untuk tinggal di tempat tinggi.

Rajawali mempunyai keunikan, jika di alam bebas, akan menjadi burung yang paling bersih di antara burung lainnya, tapi jika dia berada di dalam penjara dan terikat, ia akan menjadi burung yang paling kotor (hal ini dikarenakan rajawali mengkonsumsi makanan yang berbeda dengan burung lainnya).

Tuhan menciptakan kita untuk selalu terbang dan berada di tempat yang tinggi, yaitu selalu berada dalam hadirat-Nya dan bebas dari kontrol dunia

Jika sebagai orang Kristen berada dalam ikatan-ikatan duniawi, ia akan menjadi orang yang terkotor dibandingkan dengan orang lain.

* Rajawali tidak terbang melainkan melayang

Burung rajawali lebih banyak melayang di ketinggian udara daripada terbang. 

Jika burung lain lebih banyak terbang dengan mengepak-ngepakkan sayap mereka, maka burung rajawali lebih banyak memanfaatkan daya dorong angin yang kencang sehingga ia hanya perlu membentangkan kedua sayapnya dengan anggun

Burung lain, angin kencang adalah musibah, tapi bagi rajawali, angin kencang merupakan kawan yang menyenangkan (berkawan dengan masalah).

Rajawali pandai membaca arah dan sifat angin, angin kencang justru menjadi ‘tunggangan’nya untuk maju lebih cepat (manfaatkan masalah). 

Seringkali sebagai orang Kristen, kita terbang dengan kekuatan sendiri, sehingga banyak menemui kelelahan, kekecewaan dan kepahitan dalam hidup ini

Marilah kita terbang melintasi kehidupan ini dengan bersyukur dalam menghadapi berbagai-bagai pencobaan. Karena pada saat itulah saat yang tepat kita bekerja sama dengan Roh Kudus dan membiarkan-Nya mengangkat kita lebih tinggi lagi, semakin dekat kepada Tuhan Yesus dengan mempergunakan sayap-sayap iman kita

Dan sebagai orang percaya, kita harus menyikapi masalah dengan positif. Hadapi dan pecahkan setiap masalah dengan hikmat dan akal budi yang dari Tuhan; gunakan fakta, data dan informasi yang ada

Melalui masalah dan pencobaan yang datang di dalam hidup kita, kita akan dibuat maju lebih cepat di dalam karakter, iman, pengharapan dan kasih.

* Rajawali arah pandanganya pada satu tujuan

Rajawali pada saat terbang tidak tergantung pada kelompok tertentu untuk diikuti dan tidak akan terseret pengaruh-pengaruh dari luar.

Sebagai orang Kristen perlu memiliki iman dengan kualitas tinggi ~ tidak tergoyahkan oleh bermacam-macam pengaruh yang ada di dunia ini.

Rajawali juga kadang-kadang sakit, seperti manusia

Ketika rajawali mengalami sakit di tubuhnya, ia terbang ke suatu tempat yang sangat disukainya, di mana ia dengan leluasa dapat menikmati sinar matahari

Karena sinar matahari memainkan peranan penting dalam kehidupan rajawali, dan merupakan obat yang paling mujarab baginya.

Ketika kita sakit, baik itu sakit secara fisik, ekonomi, rumah tangga, pekerjaan, pelayanan, atau sakit rohani kita, apakah kita juga mencari Allah yang memainkan peranan penting dalam hidup kita, yang merupakan kesembuhan bagi segala macam penyakit?

* Rajawali adalah tipe binatang yang setia

Meskipun rajawali adalah seekor binatang tapi dia bisa tetap setia sampai mati kepada pasangannya.

Hal ini sebenarnya merupakan suatu ‘tamparan’ bagi manusia. Karena manusia mengaku punya akal budi yang terbaik dari semua ciptaan Tuhan, ternyata banyak yang gagal dalam ujian kesetiaan ini.

* Rajawali dalam menghadapi badai pantang mundur

Rajawali tidak akan berhenti terbang atau mundur hanya karena sebuah badai, tetapi yang dilakukan justru menembus badai, bahkan ia bermain-main dengan badai

Sebagai orang Kristen pasti juga sering menghadapi badai-badai dalam kehidupan ini, apakah itu masalah yang begitu besar, atau mungkin jalan buntu yang sering kita jumpai. 

Bersyukurlah Kitab Suci sudah mengajarkan kita bagaimana melakukan perubahan mendahului waktu/kita bisa bertindak lebih awal dalam menghadapi berbagai situasi dalam kehidupan kita.

* Rajawali mempunyai penguasaan diri

Rajawali memiliki paruh yang begitu tajam, bagian depan paruhnya digunakan untuk menyobek, dan bagian atas paruhnya memiliki pinggiran yang sangat tajam, mampu menciptakan efek seperti gunting dan sanggup memotong kulit sekeras apapun

Tetapi paruh yang sama juga bisa dengan lembut menggosok bulu pasangannya, serta membagikan makanan menjadi potongan-potongan kecil untuk anak-anaknya.

Sebagai orang Kristen seharusnya malu, karena kurang mempunyai penguasaan diri dan tidak menyadari bahwa musuh kita bukan keluarga/teman-teman, tetapi Iblis yang selalu berusaha merusak hubungan kita.

* Semua bayi rajawali harus belajar untuk terbang

Di atas puncak gunung yang tinggi, telur rajawali menetas dan muncullah bayi rajawali. Seperti layaknya bayi manusia yang baru lahir, bayi rajawali yang baru menetas tidak dapat melakukan apa-apa selain makan dan tidur. 

Setiap hari, induk rajawali mencarikan makanan untuk bayinya dan menyuapi mulut bayi yang sudah terbuka untuk menerima makanan. Dengan perut kenyang, bayi itu tidur kembali. Hal itu berlangsung berulang-ulang dalam hidupnya. 

Ketika anak rajawali berumur 6-7 minggu, induk rajawali akan membongkar sarangnya sehingga anak rajawali akan mengalami kedinginan

Hal ini justru akan merangsang tubuh anak rajawali untuk menumbuhkan bulu-bulu yang kasar

Ketika anak rajawali berumur 11-12 minggu, induk rajawali akan menggoyangbangkitkan isi sarangnya sehingga anaknya jatuh ke bawah jurang

Anak rajawali ini sedang dipaksa belajar terbang oleh induknya. Jika anaknya sudah hampir menyentuh tanah, maka induknya akan melaju di bawah anaknya serta mendukung anaknya dengan sayapnya. Proses ini terjadi berulang-ulang hingga sayap anak rajawali mulai terbiasa dengan tekanan udara dan menjadi semakin kuat. 

Induk rajawali tidak pernah mempunyai rencana untuk menyuapi anak-anaknya sampai tua, tetapi ia mengajar anak-anaknya agar dapat mandiri dan menjadi burung rajawali yang sesungguhnya.

Banyak orang Kristen yang telah bertahun-tahun menjadi Kristen tetap menjadi bayi-bayi rohani yang tidak bisa apa-apa. Setiap minggu mereka disuapi makanan ‘firman Tuhan’, tetapi mereka tidak pernah menjadi dewasa. 

Malas untuk mencari makanan sendiri dengan membaca Alkitab dan selalu bertanya: “Apakah yang dapat Tuhan lakukan bagi saya?” 

Meskipun seharusnya dia sudah bisa melayani atau bahkan sangat berpotensi, tetapi dia lebih suka dilayani/tidak mau melakukan apa-apa. 

Apa yang akan membangunkan kita dari “tidur lelap” dan “kemanjaan” itu? Pencobaan! Ketika kita mengalami pencobaan/goncangan berarti Bapa di sorga sedang melatih kita untuk bisa lebih dewasa lagi dalam iman; setiap pencobaan datang, Tuhan tidak pernah membiarkan anak-anak-Nya jatuh tergeletak

Masa-masa sukar/beban berat akan selalu ada di depan kita, tetapi ketika kita berdoa dan membaca firman Tuhan ~ kita akan menemukan jawaban doa/pengharapan

Jika induk rajawali melatih anaknya untuk mempergunakan sayapnya, Tuhan melatih kita untuk mempercayai firman-Nya dan mempergunakan iman kita

Seharusnya sebagai seorang Kristen dewasa berkata: “Apa yang dapat saya lakukan untuk Tuhan?”

* Rajawali mempunyai waktu khusus untuk pembaharuan

Rajawali dapat mencapai umur 70 tahun, tetapi untuk mencapai umur sepanjang itu harus membuat suatu keputusan yang sangat berat pada umur yang ke 40. 

Ketika berumur 40 tahun, cakarnya mulai menua, paruhnya menjadi panjang dan membengkok hingga hampir menyentuh dadanya. Sayapnya menjadi sangat berat karena bulunya telah tumbuh lebat dan tebal, sehingga menyulitkan waktu terbang.

Pada saat itu, rajawali harus mempunyai dua pilihan

1. Menunggu kematian

2. Mengalami suatu proses transformasi yang sangat menyakitkan selama setahun. Untuk melakukan transformasi itu, rajawali harus berusaha keras terbang ke atas puncak gunung untuk kemudian membuat sarang di tepi jurang, berhenti dan tinggal di sana selama proses transformasi berlangsung. 

Pertama-tama, rajawali harus mematukkan paruhnya pada batu karang sampai paruh tersebut terlepas dari mulutnya, kemudian berdiam beberapa lama menunggu tumbuhnya paruh baru. 

Dengan paruh yang baru tumbuh itu, ia harus mencabut satu persatu cakar-cakarnya dan ketika cakar yang baru sudah tumbuh, ia akan mencabut bulu badannya satu demi satu

Ia harus menunggu dengan sabar selama proses ini berlangsung dan setiap hari ia membiarkan sinar matahari menyinari tubuhnya untuk proses penyembuhannya. 

Melalui proses ini, bulu-bulu baru pun tumbuh, dan rajawali mulai dapat terbang kembali dengan penuh energi/menerima kekuatan yang baru sehingga ia mampu bertahan hidup hingga umur 70 tahun.

Setiap orang percaya pun membutuhkan waktu untuk pembaharuan di dalam hidupnya ~ berdiam diri di hadapan Tuhan, mencari wajah-Nya dan menantikan Dia memulihkan kekuatan kita agar menjadi baru. 

Saat kita masuk ke masa ini, Tuhan akan membaharui kekuatan, komitmen, iman, pengharapan, kasih dan semangat kita, sehingga kita lebih kuat dan energik untuk melanjutkan hidup dan pelayanan yang dipercayakan kepada kita

Pembaharuan akan memulihkan cinta mula-mula kita kepada-Nya. Kita akan lebih rindu meluangkan waktu untuk berdoa dan tanpa terasa kita akan menghabiskan banyak waktu untuk membaca firman-Nya; hati kita akan dipenuhi oleh damai dan sukacita yang baru.

* Rajawali saling menolong

Pada saat rajawali melewati proses transformasi, tubuhnya akan menjadi sangat lemah dan ia tidak berdaya untuk mencari makanan sendiri. 

Ternyata pada masa-masa sulit ini, rajawali lain yang sudah pernah melewati masa-masa itu akan terbang tinggi di atas rajawali-rajawali yang sedang menjalani proses itu dan menjatuhkan daging-daging segar sebagai makanan mereka.

Apakah kita sebagai orang Kristen juga melakukan hal ini?

* Setiap rajawali pasti mati

Ketika rajawali berada dalam keadaan mendekati waktu kematiannya, ia terbang ke tempat yang disukainya, di atas gunung, menutupi tubuhnya dengan ke dua sayapnya, memandang ke arah terbitnya matahari, lalu ... mati.

Sudah selayaknya, semua orang Kristen mati dengan mata dan hati tetap tertuju pada Yesus sebagai sumber dari pengharapan dan jaminan di dalam kehidupan kekal.

Orang-orang yang menanti-nantikan Tuhan mendapat kekuatan baru; mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; Mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah (Yes 40:31).

(Sumber: Warta KPI TL No. 45/I/2008; Dibaharui Seperti Rajawali, Mansor September 2004 No 78 Tahun VII; Seminggu Bersama Burung Rajawali, Mansor Januari 2006 No 94 Tahun VIII; Bagai Bayi Rajawali, Mansor November 2002; 6 Hal yang Dapat Dipelajari dari Rajawali, Vacare Deo edisi April/Tahun VI/2004; Sparrow VS Eagle, Nafiri Sound November 2007).