Senin, 16 November 2015

17.31 -

Pujian Penyembahan




Pertama kali Tuhan menciptakan dunia ini adalah ‘terang’.

Setelah diselidiki oleh para ahli dengan pengetahuan yang semakin modern ini, ternyata terang itu cahaya yang mengandung resonansi/suatu gelombang.

Kecepatan cahaya = kecepatan gelombang.

Kalau kita belajar musik, akan terjadi suatu gelombang cahaya; di mana musik itu ciptaan Allah sendiri karena ada unsur cahaya/gelombang.

Lucifer sebagai pemimpin pujian di sorga jatuh ke dalam dosa karena kesombongannya. 

Tuhan menciptakan dunia ini ada tujuannya, agar semua ciptaan-Nya memuji Dia ~ Tuhan rindu semua ciptaan-Nya melakukan itu. Jadi sebetulnya Tuhan menciptakan kita agar kita memuji dan menyembah Dia. 

Ibadah yang sejati mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus yang berkenan kepada Allah (Rm 12:1). 

Pujian Penyembahan milik semua gereja, filosofinya

1. Perintah Allah: Mzm 148, 150 – Baiklah semuanya memuji nama Tuhan di sorga dan di bumi, biarlah segala yang bernafas memuji Tuhan. 

2. Tradisi Gereja: Kel 15 – nyanyian Musa dan Israel; Mat 26:30; Mrk 14:26; Why 15: 3 ~ Yesus yang mengajarkan nyanyian pujian; nyanyian Anak Domba, bunyinya: “Besar dan ajaib segala pekerjaan-Mu, ya Tuhan, Allah, Yang Mahakuasa! Adil dan besar segala jalan-Mu, ya Raja segala bangsa! Siapakah yang tidak takut, ya Tuhan, dan yang tidak memuliakan nama-Mu? Sebab Engkau saja yang kudus; karena semua bangsa akan datang dan sujud menyembah Engkau, sebab telah nyata kebenaran segala penghakiman-Mu.” 

3. Tuhan menjadikan kita sebagai penyembah-penyembah yang benar dalam Roh dan Kebenaran (Yoh 4:23); dengan akal budi dan kebenaran firman Tuhan, fokusnya hanya terarah pada Tuhan dengan sikap hati dan sikap hidup kita. 

Mengapa hanya manusia saja yang memuji dan menyembah Tuhan? Karena hanya manusialah satu-satunya yang diciptakan Allah, dengan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya (Kej 2:7). 

(Sumber: Warta KPI TL No. 47/III/2008; Renungan doa team 22 Februari 2008, Bapak Tawan).


Dalam Pembaharuan Karismatik Katolik banyak orang mengalami kehadiran dan kuasa Roh Kudus, sehingga orang mulai memasuki hidup di dalam Roh, yaitu suatu hidup yang sungguh-sungguh terbuka akan karya dan bimbingan Roh Kudus (dari segi teologis). 

Sedangkan dari segi sosiologis, dapat dilihat hal-hal yang sesungguhnya tidak hakiki yaitu ungkapan-ungkapan yang tampak secara lahiriah, misalnya nyanyian, tepuk tangan, tarian dan sebagainya.

Maka, sudah seharusnya kita bisa membedakan mana yang pokok atau yang hakiki dan mana yang tidak, demikian juga dengan cara-cara dalam memuji dan menyembah. Jangan sampai karena terlalu menekankan segi sosiologis (apa yang tampak secara lahiriah), menghalangi orang lain untuk mengalami kasih Allah.

Yang menjadi kekhasan dalam Gereja Katolik di dalam pujian dan penyembahan Pembaharuan Karismatik Katolik, antara lain: 

· Tanda salib
· Ada penghormatan kepada Bunda Maria
· Ada saat hening
· Pemakaian istilah-istilah yang umum di antara orang Katolik.
· Setiap doa-doa dalam pujian dan penyembahan ditutup dengan kata “Demi Yesus Kristus, Tuhan dan Pengantara kami. Amin. / Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Tuhan kami. Amin. / Sebab Engkau Tuhan dan pengantara kami. Amin.”
· Cara berdoa asli dan jujur, tidak perlu menarik perhatian umat.

Mis: berdoa dengan suara seperti orang menangis. Hal ini berbeda kalau saat berdoa tiba-tiba mengalami keharuan dan menangis, sehingga doanya sambil terisak-isak.



Berkat merupakan tindakan dasariah doa Kristen: pertemuan antara Allah dan manusia. Di dalam berkat itu, anugerah Allah dan penerimaannya oleh manusia bersatu dalam sapaan timbal balik. 

(Sumber: Warta KPI TL No. 21/I/2006; Pujian dan Penyembahan Dalam Lingkungan Katolik, HDR November-Desember 2003).


Doa yang memberkati adalah jawaban manusia atas anugerah-anugerah Allah. Karena Allah memberkati, maka hati manusia dapat memuja Dia (Kel 15:1-18 – Nyanyian Musa dan Israel; 1 Taw 29:10-19 – Nyanyian pujian Daud) yang adalah sumber segala berkat (Bdk 2 Ptr 5:10) (KGK 2626).

Berkat berarti penyembahan dan penyerahan diri kepada Pencipta dengan ucapan terima kasih (KGK 1078)

Tuhan layak menerima puji-pujian sebab Dia telah menciptakan segala sesuatu (Why 4:11), Dia bersemayan di atas puji-pujian (Mzm 22:4). Ada kuasa dalam pujian (Yos 6; Kis 16:25-26). 

Jadi, orang benar, orang yang dikasihi-Nya, dan segala yang bernafas harus memuji Allah selama-lamanya, seumur hidup dan pada segala waktu (Mzm 140:14; 145:10; 150:6; Rm 9:5; Mzm 63:5; 34:2; Hab 3:17-18), baik waktu gembira, atau jiwa gelisah dan tertekan (Yak 5:13; Mzm 42).

Masuklah melalui pintu gerbang-Nya dengan nyanyian syukur, ke dalam pelataran-Nya dengan puji-pujian, bersyukurlah kepada-Nya dan pujilah nama-Nya! Sebab Tuhan itu baik, kasih setia-Nya untuk selama-lamanya, dan kesetiaan-Nya tetap turun-temurun (Mzm 100:4-5).

Menyembah Allah berarti mengakui Dia sebagai Allah, sebagai Pencipta dan Penyelamat, Tuhan dan Guru dari segala sesuatu yang ada, sebagai Kasih yang tak terbatas dan penuh kerahiman; dengan penuh hormat dan ketaklukan absolut mengakui, “keadaan makhluk yang tidak bernilai“, yang memperoleh seluruh keberadaannya dari Allah; memuja Allah, bersyukur kepada-Nya dan merendahkan diri di hadapan-Nya, waktu orang mengakui dengan penuh terima kasih bahwa Ia telah melakukan yang besar dan bahwa nama-Nya kudus adanya (Luk 1:46-49). Menyembah satu-satunya Allah membebaskan manusia dari ingat diri, perbudakan dosa, dan pendewaan dunia (KGK 2095-2097).

Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti! (Luk 4:8)

Kita menyembah Allah, kalau kita mengangkat roh dalam doa pujian dan doa syukur, doa syafaat dan doa permohonan kita (KGK 2098). 

Jika setiap hari kita melakukan penyembahan dalam kebenaran, maka roh kita akan sehat bahkan kuat. Hal ini akan mengubah karakter kita menjadi seperti karakter Tuhan yang penuh kasih

Jadi, buah Roh tidaklah dihasilkan oleh usaha kita sendiri melainkan sebagai akibat hubungan karib kita dengan Tuhan Yesus

Jadi, penyembahan sejati berfokus pada satu Pribadi saja, yaitu: Bapa, Putera dan Roh Kudus, hanya Allah saja yang layak disembah. 

Bila Allah menjadi pusat penyembahan, penyembahan itu akan hidup dengan sendirinya

Bila Allah tidak lagi menjadi pusat penyembahan kita, penyembahan itu akan mati, dan yang tertinggal adalah sekedar musik dan nyanyian belaka.

Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku (Mat 15:8)

Pujian dan Penyembahan adalah suatu ekspresi kasih yang tertinggi kepada Allah karena orang percaya tersebut sedang dilawat oleh Roh Kudus pada saat itu

Pujian itu keluar dari lubuk hati yang terdalam karena kekagumannya kepada Sang Pencipta

Ekspresi pujian itu dapat berupa menari, bertepuk tangan, menaikkan tangan, dengan alat musik dll. (2 Sam 6:14; Mzm 149:3; 47:2; 63:5; 134:2; 149:3). 

Ekspresi penyembahan dapat berdiri, berlutut, sujud, merebahkan diri ke tanah (tiarap) (Mrk 11:25; Luk 22:41; Kej 17:3; Mzm 86:9; Mat 26:39; Mzm 95:6; Yos 5:14; Mrk 14:35). 

Jadi, kita harus mempersembahkan tubuh kita sebagai persembahan yang hidup (Lih. [Kej 22:1-18] Hineni), yang kudus dan yang berkenan kepada Allah (Rm 12:1; Kol 3:23; 1 Kor 10:31).

Jadi, kita harus berdoa, menyanyi dan memuji dengan roh dan akal budi (1 Kor 14:15-16).

Penyembahan dalam roh mengutamakan posisi hati, bukan posisi tubuh. Bapa tidak menghendaki kita menyembah-Nya dengan berkiblat ke Yerusalem (1 Raj 8:44; 2 Taw 6:34; Mzm 138:2; Dan 6:11), tetapi menghendaki penyembah-penyembah benar, menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran (Yoh 4:23).

Tujuh kali dalam sehari aku memuji-muji Engkau dalam Ibadat Harian (Mzm 119:164). 

(Sumber: Warta KPI TL No.118/II/2014).