Kamis, 19 November 2015

Menabung keintiman

Di dalam Kerajaan Sorga kurang lebih sama dengan kerajaan di dunia - siapa yang kita kenal, dialah yang dapat mengubah nasib kita; jika kita tidak kenal maka lewat prosedur biasa. 

Seringkali kita meloby orang sampai ke ujung dunia untuk mendapatkan beberapa berkat dunia, tetapi kita lupa meloby penguasa di atas segala penguasa yang mampu menyelesaikan begitu banyak masalah yang secara manusia orang berkata ini tidak mungkin bisa selesai.

Kamu menganggap mustahil ... bagi Allah tidak ada yang mustahil. Aku akan menjadikan mereka dan semua yang di sekitar gunung-Ku menjadi berkat Aku akan menurunkan hujan pada waktunya (Kis 26:8; Luk 1:37; Yeh 34:26).

Ada banyak keluarga/orang tua yang terlalu mem-back up (membantu dari belakang) dan memotivasi anak-anaknya sedari kecil untuk selalu menjadi yang terbaik ... 

Sehingga rasa sayang yang keliru ini, tanpa mereka sadari akan menjadikan generasi yang sangat rapuh, tidak memiliki kekuatan dan ketahanan; kurang tahu etiket, kurang tahu bagaimana caranya bersikap/berbicara dengan orang tua; lebih banyak menggunakan logikanya daripada hatinya; mereka terlalu mengandalkan apa yang dimiliki orang tuanya ~ itu bahaya sekali. 

Akhirnya mereka kurang mengenal arti sebuah kegagalan/kekecewaan. Kalau hal itu terjadi, maka kita akan menuai ketika mereka sudah menjadi orang. 

Misalnya: ketika berumah tangga ~ tidak tahan dalam kehidupan rumah tangganya sehingga akhirnya minta cerai; kalau sudah bekerja akan ditolak orang dll.

Maka dari itu marilah kita hidup dalam doa yang sehat, doa yang penuh cinta bukan karena kewajiban, demikian juga dalam membaca firman Tuhan bukan banyaknya yang dibaca tapi harus dikunyah-kunyah. 

Caranya

1. Baca Kitab Suci semuanya - ngerti nggak ngerti baca saja. 

2. Ulangi baca lagi firman Tuhan sambil dikunyah-kunyah (lectio devina) sampai tutup mata. 

3. Lakukanlah firman Tuhan itu dengan segenap hati; lakukanlah semuanya hanya karena Tuhan, sehingga orang akan melihat bahwa “orang itu luar biasa, siapa Allah yang dia sembah (orang bisa melihat Yesus dalam kehidupan kita, bukan orang melihat yang lain).

Ada orang yang menjalin relasi yang intim dengan Tuhan, sehingga mereka mempunyai tempat yang khusus di hati Tuhan ~ menjadi sahabat Tuhan dan dipakai Tuhan sebagai perantara bagi orang lain.

- Tuhan begitu murka terhadap sahabat-sahabat Ayub. Dan Tuhan meminta sahabat-sahabat Ayub untuk datang ke Ayub untuk mendoakan mereka serta mempersembahkan korban bakaran agar mereka tidak dianiaya. Hanya permintaan Ayublah yang diterimanya (Ayb 42:7-8).

- Abraham sahabat Allah. Karena itu Allah tidak menyembunyikan apa yang hendak dilakukan-Nya. 

Meskipun demikian Abraham menghormati otoritas sahabatnya, sehingga ia tahu batas dalam hal meminta (tidak mendikte): “Bagaimana sekiranya ada 50 ... 45 ... 30 ... 20 ... 10 ... orang benar dalam kota itu? Apakah Engkau akan melenyapkan tempat itu dan tidakkan Engkau mengampuninya karena ...” (Yak 2:23; Kej 18:16-33).

- Pada masa bangsa Israel berdosa begitu besar, sudah mencapai puncaknya (menyembah banyak berhala/berzinah dalam roh), Tuhan mencurahkan amarahnya. Meskipun ada tiga tokoh orang benar (Nuh, Daniel dan Ayub) bersama-sama mendoakan di tengah-tengah bangsa Israel, mereka tidak dapat menyelamatkan bangsa Israel; mereka hanya dapat menyelamatkan diri mereka sendiri (Yeh 14:14,20).

Ada tiga langkah untuk menjadi orang yang benar di dalam Tuhan (Za 3:6-7):

1. Apa pun yang ditugaskan kepada kita, kerjakan dengan baik.

2. Pelataran itu akan diberikan kepadamu, kalau kita bisa melakukan langkah yang pertama (bdk Mzm 84:11).

3. Kalau kita sudah di langkah yang ke dua, Tuhan akan mengizinkan kita masuk berdiri di antara orang-orang yang melayani Dia.

Proses ke tiga ini seperti jungkat-jungkit. Pada waktu masuk pertama: senang sekali masih bersemangat (naik); pada waktu begitu banyak godaan: kering (turun), di sinilah kita diuji. Jika kita dapat melakukan langkah-langkah di atas, akan memberikan dampak yang luar biasa di dalam kehidupan kita.

Marilah kita belajar pada Ester (Est 3-7):

Haman ~ Meskipun sudah diberkati secara luar biasa, dikarunia kebesaran dan pangkatnya dinaikkan serta kedudukannya ditetapkan di atas semua pembesar yang ada di hadapan baginda, tetapi Haman masih merasa kurang

Ketika Mordekhai tidak mau berlutut dan tidak sujud kepada Haman, maka dia berikhtiar memusnahkan semua orang Yahudi, yakni bangsa Mordekhai, di seluruh kerajaan Ahasyweros. 

Ia menganggap dirinya terlalu hina untuk membunuh Mordekhai saja. Dia membuat seribu satu cara mendekati raja. Sehingga dia diberi kekuasaan penuh untuk membuat surat dengan redaksi dia sendiri dan dicap cincin meterai raja. 

Semua peraturan yang sudah dimeteraikan cincin raja tidak bisa dibatalkan apa pun alasannya. Karena kesombongannyalah, maka ia menyalah gunakan kekuasaannya.

Raja Ahasyweros tidak dapat melihat bau hati Haman, dia tidak tahu ada apa dibalik keinginan Haman untuk memberantas bangsa Yahudi.

Mordekhai ~ Setelah Mordekhai mengetahui segala yang terjadi itu, ia mengoyakkan pakaiannya, lalu memakai kain kabung dan abu, kemudian ke luar berjalan di tengah-tengah kota, sambil melolong-lolong dengan nyaring dan pedih. 

Dengan demikian datanglah ia sampai ke depan pintu gerbang istana raja ... ketika dayang-dayang dan sida-sida Ester memberitahukan hal itu kepadanya, maka sangatlah risau hati sang ratu, lalu dikirimkannyalah pakaian, supaya dipakaikan kepada Mordekhai dan supaya ditanggalkan kain kabungnya dari padanya, tetapi tidak diterimanya. 

Maka Ester memanggil Hatah untuk menanyakan dan mengetahui apa arti dan sebabnya Mordekhai melakukan hal itu. 

Lalu Mordekhai menceritakan kepadanya segala yang dialaminya, serta berapa banyaknya perak yang dijanjikan Haman ... sebagai harga pembinasaan orang Yahudi. Juga salinan surat undang-undang yang dikeluarkan di Susan untuk memusnahkan mereka itu. 

Ester ~ Melalui Hatah, Mordekhai menyampaikan pesan kepada Ester ‘supaya Ester pergi menghadap raja untuk memohon karunianya dan untuk membela bangsanya di hadapan baginda.’ Mula-mula Ester menolak (tidak berani membayar harga untuk sebuah kebenaran) karena sudah tiga puluh hari dia tidak dipanggil menghadap raja. 

Bagi setiap orang yang menghadap raja di pelataran dengan tiada dipanggil, hanya berlaku satu undang-undang, yakni hukuman mati. Hanya orang yang kepadanya raja mengulurkan tongkat emas, yang akan tetap hidup.

Jawaban Mordekhai sungguh luar biasa: “Jangan kira, karena engkau di dalam istana raja, hanya engkau yang akan luput dari semua orang Yahudi. Sebab sekalipun engkau pada saat ini berdiam diri saja bagi orang Yahudi akan timbul juga pertolongan dan kelepasan dari pihak lain, dan engkau dengan kaum keluargamu akan binasa. Siapa tahu, mungkin justru untuk saat yang seperti ini engkau beroleh kedudukan sebagai ratu.”

Sebelum Ester menghadap raja, dia mohon semua orang Yahudi dan dayang-dayangnya berpuasa untuk dia selama tiga hari lamanya, tidak makan dan tidak minum.

Demikian pula Ester mempersiapkan hatinya sedemikian rupa dengan berpuasa selama tiga hari lamanya.

Pada hari ketiga Ester mengenakan pakaian ratu ... Ketika raja melihat Ester, sang ratu ..., berkenanlah raja kepadanya ~ itulah hasil persiapan yang luar biasa; dia ambil posisi di mana dia harus bersikap seperti itu. 

Tanya raja kepadanya: “Apa maksudmu, hai ratu Ester, dan apa keinginanmu? Sampai setengah kerajaan sekalipun akan kuberikan kepadamu.”

Jawab Ester: “Jikalau baik pada pemandangan raja, datanglah kiranya raja dengan Haman pada hari ini ke perjamuan yang diadakan oleh hamba bagi raja.” ~ Ester tahu caranya meminta, dia memintanya di dalam keintiman (hubungan relasi yang sangat akrab). Dia menjalin dulu relasi yang intim dengan mengundang raja makan dan minum untuk mengetahui isi hati rajanya.

Ketika dalam perjamuan raja bertanya kepada Ester: “Apakah permintaanmu? Niscaya akan dikabulkan. Dan apakah keinginanmu? Sampai setengah kerajaan sekalipun akan dipenuhi.”

Jawab Ester: “Permintaan dan keinginan hamba ialah: Jikalau hamba mendapat kasih raja dan jikalau baik pada pemandangan raja mengabulkan permintaan serta memenuhi keinginan hamba, datang pulalah kiranya raja dengan Haman ke perjamuan yang akan hamba adakan bagi raja dan Haman; maka besok akan hamba lakukan yang dikehendaki raja.” ~ dari permulaan Ester sudah memelihara sikap hatinya dengan benar, tidak ada keserakahan dalam hatinya.

Pada malam itu raja tidak dapat tidur. Maka bertitahlah baginda membawa kitab pencatatan sejarah, lalu dibacakan di hadapan raja. Dan di situ di dapati suatu catatan tentang Mordekhai, yang pernah memberitahukan rencana Bigtan dan Teresh, dua sida-sida raja telah berikhtiar membunuh raja Ahasyweros karena sakit hati (Est 2:21).

Ketika raja memanggil Haman, bertanyalah raja padanya: “Apakah yang harus dilakukan kepada orang yang raja berkenan menghormatinya?”

Kata Haman dalam hatinya: “Kepada siapa lagi raja berkenan menganugerahkan kehormatan lebih dari kepadaku?” Oleh karena itu Haman menjawab kepada raja: “Mengenai orang yang raja berkenan menghormatinya, hendaklah diambil pakaian kerajaan yang biasa dipakai oleh raja sendiri, dan kuda yang biasa dikendarai oleh raja sendiri dan yang diberi mahkota kerajaan di kepalanya, kemudian hendaklah ia diarak dengan mengendarai kuda itu melalui lapangan kota sedang orang berseru-seru di depannya: Beginilah dilakukan kepada orang yang raja berkenan menghormatinya!”

Maka titah raja kepada Haman: “Segera ambillah pakaian dan kuda itu, seperti yang kaukatakan itu, dan lakukanlah demikian kepada Mordekhai ... Sepatah kata pun janganlah kaulalaikan dari pada yang kaukatakan itu.” ~ Meskipun Haman menutup berkat yang disediakan Tuhan buat Mordekhai, Haman tidak bisa menghambatnya. Hanya waktunya yang agak panjang sedikit.

Aku telah membuka pintu bagimu, yang tidak dapat ditutup oleh seorangpun (Why 3:8).

Pada hari kedua sang ratu Ester menjamu raja dan Haman. Bertanyalah raja pada Ester: “Apakah permintaanmu, hai ratu Ester? Niscaya akan dikabulkan. Dan apakah keinginanmu? Sampai setengah kerajaan sekalipun akan dipenuhi.”

Jawab Ester, sang ratu: “Ya raja, jikalau hamba mendapat kasih raja dan jikalau baik pada pemandangan raja, karuniakanlah kepada hamba nyawa hamba atas permintaan hamba, dan bangsa hamba atas keinginan hamba.” ~ ada strategi di dalam bicara, Ester tidak mendikte raja Ahasyweros. 

Maka bertanyalah raja Ahasyweros kepada Ester, sang ratu: “Siapakah orang itu dan di manakah dia yang hatinya mengandung niat akan berbuat demikian?”

Jawab Ester: “Penganiaya dan musuh itu, ialah Haman, orang jahat ini!” 

Lalu bangkitlah raja dengan panas hatinya ... dan keluar ke taman istana. 

Ketika raja kembali dari taman istana ke dalam ruangan minum anggur ... melihat Haman berlutut pada katil tempat Ester berbaring. Maka titah raja: “Masih jugakah ia hendak menggagahi sang ratu di dalam istanaku sendiri” ~ Haman hanya minta belas kasihan pada sang ratu, tapi disangka raja... 

Kemudian Haman disulakan pada tiang yang didirikannya untuk Mordekhai ~ kekuasaan yang disalah gunakan itu akhirnya menjadi bumerang.

Undang-undang pertama yang sudah dimeteraikan dengan cincin meterai raja tidak dapat dibatalkan ~ bahwa waktu fajar bulan Paskah Yahudi, semua bangsa Yahudi harus dipunahkan, dibunuh, dibinasakan dan harta miliknya juga dirampas. 

Tetapi berkat keintiman seorang ratu dengan seorang raja, maka hati raja tersentuh dan undang-undang kedua itu muncul, menetralisir undang-undang yang pertama ~ mengizinkan orang Yahudi di tiap-tiap kota untuk berkumpul dan mempertahankan nyawanya serta memunahkan, membunuh, atau membinasakan segala tentara, bahkan anak-anak dan perempuan-perempuan, dari bangsa dan daerah yang hendak menyerang mereka, dan untuk merampas harta miliknya pada hari yang sama (waktu fajar bulan Paskah Yahudi).

Demikian juga dengan firman. Jika Tuhan telah berfirman, firman itu seperti peluru kendali yang diluncurkan, nggak mungkin kembali, dia harus mencapai sasaran yang dituju (Yes 55:11; Mat 5:117-8).

Marilah kita menabung keintiman dengan Tuhan dengan cara menerima/mengalami Yesus sebagai Juruselamat secara pribadi, sehingga kita bisa menangkap ketika Tuhan berbicara.

Jika kita memiliki relasi yang intim dengan Tuhankita bisa hidup meggunakan hati kita.

(Sumber: Warta KPI TL No. 51/VII/2008; Renungan KPI TL Tgl 26 Juni 2008 ; 3 Juli 2008, Dra Yovita Baskoro, MM).