Jumat, 13 November 2015

Tuhan menguji




X, anak saya pulang dari HSM ditabrak lari oleh mobil. Orang-orang yang menyaksikannya melihat kalau dia kopral 3 x, tetapi dia tidak merasakan apa-apa. Dilihatnya sepeda motornya nggak apa-apa, dia langsung pulang sambil sakit-sakit. 


Sampai di rumah rasanya dia mau nangis karena bajunya robek dan berdarah; dia teriak-teriak memanggil mamanya, tetapi mamanya tidak ada, karena saya harus mengurus mama saya yang sakit, butuh darah.


Agak malam saya pulang dan melihat lututnya bengkak, saya langsung gemetar. Tanpa memikir saya ajak dia ke rumah sakit, tapi jawabnya: “Besok aja tak lihat dulu.” Akhirnya saya biarkan saja dan berdoa. 

Saya bingung mau doa apa, lalu saya ditegor Tuhan: “Mengapa engkau tidak memakai bahasa Roh?” Lutut X saya usap-usap dengan minyak tawon sambil berdoa berbahasa roh, saya disuruh Roh Kudus menekan lututnya yang bengkak sebanyak 3 x, dia merasakan sakit luar biasa. 

Besoknya saya diajak teman-teman yang baik hati untuk membawa X ke RKZ, ternyata hasil foto lutut yang dikuatirkan tidak ada apa-apa. 

Tetapi tangannya yang dipikir lecet-lecet biasa ternyata tangannya retak. Dokternya mengatakan dibalut aja sama karet kalau nggak mau digips oleh dokter tulang. 

Malamnya teman-teman HSM datang berdoa, saya ditegor teman-temannya: “Tangannya kok nggak di doakan tante?”

Kita tidak tahu bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tak terucapkan (Rm 8:26).

Setelah 1 minggu sejak kejadian itu dia harus melayani sebagai WL, karena dia dilatih untuk memimpin KRK. Meskipun keadaannya demikian dia tidak mengizinkan untuk digantikan orang lain, karena dia tahu visi yang telah diberikan Tuhan padanya.

Mengapa Tuhan mengizinkan X mengalami kecelakaan? 

Karena Tuhan menguji dia dan orang-orang sekitarnya, apakah dengan mengalami kejadian itu masih tetap setia melayani-Nya.

Ternyata Tuhan mempunyai rencana ... agar emosinya menurun pada saat dia memimpin KRK (mungkin dia merasakan kesakitan), sehingga semua yang hadir dapat merasakan hadirat Allah.

(Sumber: Warta KPI TL No. 45/I/2008).