Jumat, 30 Oktober 2015

Santo Yusuf




Darah kebangsawanan Yusuf mengalir dari Raja Daud leluhurnya (Mat 1:20). Ia seorang bangsawan yang tulus hati, rela berkorban dan taat pada kehendak Allah untuk menerima Maria sebagai istrinya serta mendampingi Maria dalam membesarkan Yesus, Putra Allah yang menjadi manusia. 


Kesucian, kesalehan dan kesederhanaannya terlihat di dalam pekerjaannya sebagai seorang tukang kayu, dan cara hidupnya yang biasa-biasa saja di dalam masyarakat (Mat 13:55).



Dalam pribadi Yusuf, pekerjaan tangan memperoleh suatu dimensi ilahi. Kerja meningkatkan harkat dan martabat manusia sebagai ciptaan Allah dan memungkinkan manusia turut serta di dalam karya penciptaan dan penyelamatan Allah. 



Sri Paus Pius IX (1846-1878) pada tanggal 8 Desember 1870 menetapkan Yusuf sebagai pelindung Gereja Universal

Dalam litani Santo Yusuf, Yusuf dilukiskan sebagai pelindung bagi para buruh/karyawan, keluarga, para perawan, orang-orang sakit dan orang-orang yang telah meninggal, dihormati sebagai tokoh dan kehidupan rohani, pelindung para fakir miskin, para penguasa, bapa-bapa keluarga, imam-imam dan kaum religius serta pelindung para peziarah.

Pada tahun 1937, Sri Paus Pius XI (1922-1939) mengangkat Santo Yusuf sebagai pelindung perjuangan Gereja melawan komunisme ateistik. Pada abad ke delapan dan kesembilan, tanggal 19 Maret ditentukan sebagai Hari Raya utama Santo Yusuf. 

Pada tahun 1955, Sri Paus Pius XII (1939-1958) memaklumkan pesta Santo Yusuf Pekerja yang dirayakan pada tanggal 1 Mei. 

Pesta ini menekankan martabat pekerjaan dan keteladanan Santo Yusuf sebagai seorang pekerja dan untuk menyatakan kembali keikutsertaan Gereja dalam karya penyelamatan Allah.


Pada tahun 1961, Sri Paus Yohanes XX111 (1958-1963) memilih Yusuf sebagai pelindung sorgawi Konsili Vatikan II. Nama Yusuf mulai dimasukkan dalam Kanon Misa pada tahun 1962.

Pesta Santo Yusuf, Suami Maria: 19 Maret

Pesta Santo Yusuf Pekerja, Pelindung para Karyawan: 1 Mei

(Sumber: Warta KPI TL No. 35/III/2007; Orang Kudus Sepanjang Tahun, Mgr. Nicolaas Martinus Schneiders, CICM).