Sabtu, 24 Oktober 2015

22.12 -

Memahami Tujuh Hari Raya Yang Diperintahkan Oleh Tuhan

Perayaan Paskah - Im 23:4-5; Kel 12:1-10, 13-14 (NKJW)

Untuk mengingat suatu peristiwa yang luar biasa yaitu lewatnya malaikat maut pada malam hari di seluruh tanah Mesir, untuk membunuh semua anak sulung dari mulai anak budak sampai anak raja Mesir, malaikat itu akan lewat dan setiap rumah yang tidak ada tanda darah anak domba, malaikat itu masuk dan membunuh semua anak sulung.

Kita sebagai keturunan Abraham juga harus merayakannya, dan peristiwa tanda darah ini mengingatkan kita pada peristiwa kematian Tuhan Yesus di atas kayu salib, untuk menebus dosa kita, Dia korbankan diri-Nya dengan menumpahkan darah-Nya yang suci, dulu, sekarang darah Yesus, dulu membebaskan perbudakan di Mesir, sekarang membebaskannya dari perbudakan dosa.

Perayaan ini dulu dikenal dengan “Jumat Agung” sedangkan minggunya dikenal dengan “Paskah” padahal aslinya itu nggak ada, yang benar adalah Paskah sedangkan minggunya yang benar adalah perayaan ketiga dari tujuh hari raya yaitu “Hari Raya Buah Sulung” sebagai gambaran dari Yesus sebagai buah sulung yang bangkit dari antara orang mati (1 Kor 15: 20-23).

1. Hari Raya Roti Tidak Beragi - Im 23:6

Ada tiga perayaan yang disebut sebagai “Perayaan peziarah”, karena keluarga-keluarga berharap dapat pergi ke Bait Elohim agar dapat melakukan pengorbanan yang benar setahun tiga kali yaitu Hari Raya Roti Tidak Beragi, Pentakosta dan Pondok Daun (UL 16:16) – pernyataan terima kasih atas berlimpahnya panen jelai, gandum dan anggur karena Yahwe menghalau musuh-musuh yang menjarah berkat (Kel 34:24).

Kristen umumnya berkata: Kematian Yesus disebut “Jumat Agung”, sedangkan Kebangkitan Yesus disebut “Paskah” ini kurang tepat; seharusnya (Kel 12:14-17):

· Paskah = Kematian Tuhan Yesus
· Satu hari setelah Paskah = Hari Raya Roti Tak Beragi
· Kebangkitan Yesus = Hari Raya Buah Sulung

Di hari raya ini semua keluarga berkumpul menyanyi dan menceritakan bagaimana ngerinya penindasan di Mesir dan saat yang menegangkan dimana mereka harus siap-siap untuk pergi ke luar dari Mesir sampai-sampai membuat roti tanpa ragi dengan dibakar cepat-cepat (simbol bila ada kesempatan ke luar dari dosa cepat berlari).

2. Roti tidak beragi = lambang Yesus Sang Roti Hidup (Yoh 6:35,48,51) – harus menyelidiki hati, bila ada ragi-ragi gosip/kedengkian dll. - harus dibuang sama sekali.

Dosa yang dibiarkan mengembang seperti ragi akan menghambat pertumbuhan rohani dan menghambat berkat.

3. Hari Raya Buah Sulung - Im 23:9-14

Memperingati kebangkitan, karena Elohim telah mengangkat bangsa yang diperbudak mati secara rohani, serta memberkati mereka dengan hidup baru yang berkelimpahan – mengakui adanya mujizat dan pengakuan bahwa bagi Yahwe Elohim tidak ada perkara yang mustahil.

Yesus mati pada Hari Paskah dan bangkit persis pada Hari Raya Buah Sulung – mengakui kalau Yesus adalah Tuhan yang rela mati sebagai manusia dan orang yang pertama bangkit dari kematian (1 Kor 15:20-23).

4. Hari Raya Pentakosta - Im 23:15-22

Hari yang ke 50 setelah mereka menyeberangi laut Merah, bangsa Israel dengan takut dan penuh kesetiaan mendekati Gunung Sinai, gunung Tuhan yang hebat dan Musa menerima 10 perintah Elohim – segala yang difirmankan Yahwe akan kami lakukan (Kel 19:8).

Panteskota pada masa kini adalah ritual yang mempelajari, mengandalkan Roh Kudus dan mendemontrasikan Kuasa Roh Kudus, untuk keselamatan semua bangsa. Yesus memberikan pertolongan-Nya kepada manusia melalui penyertaan Roh Kudus-Nya.

5. Hari Raya Penghakiman/Peniupan Nafiri - Im 23:23-25

Di mana Elohim duduk ditakhta-Nya dan menentukan tujuan setiap pribadi untuk tahun yang akan datang.

Pada zaman kuno, peniupan Nafiri dipahami sebagai sebuah panggilan untuk bertobat dan mempersiapkan diri dihakimi dihadapan Elohim, yang akan melaksanakan penghakiman-Nya sepuluh hari kemudian pada hari Pendamaian. Hari Raya ini menjadi gambaran Yahwe sebagai Hakim yang adil, dan Yesus sebagai Mempelai pria kita.

Dalam pernikahan Ibrani tradisional, mempelai atau seorang wakil dari ayah mempelai pria pergi untuk mencari seorang mempelai wanita (contoh: Abraham mengirim pelayannya untuk mendapatkan seorang mempelai wanita bagi Ishak – Kel 24). Seorang mempelai seringkali setuju dengan pernikahan tersebut tanpa melihat terlebih dahulu siapa calon mempelai prianya. 

Jika mempelai wanita menerima pemberian mempelai pria, maka mereka berdua akan berbagi secawan anggur, cawan perjanjian dan lengkaplah pertunangan tersebut. Dalam tahun berikutnya, atau berikutnya lagi, dalam pertunangan tersebut, mempelai wanita disucikan dan dipingit sementara menunggu mempelai prianya. 

Seringkali ia membiarkan lilin tetap menyala di jendela dan memiliki minyak tambahan, untuk berjaga-jaga kalau-kalau sang mempelai pria datang di malam hari.

Betapa sebuah gambaran yang hebat tentang apa yang telah Tuhan siapkan bagi kita! Kita adalah mempelai wanita Kristus ( Yoh 3:29) yang telah dipertunangkan, dicari oleh Roh Kudus, dan dibeli di Kalvari oleh darah Yesus yang berharga (1 Kor 6:20). 

Perjanjian pertunangan kita adalah firman Tuhan, karena di dalamnya terdapat semua janji yang telah dibuat oleh mempelai Pria kita dengan penuh kasih demi kepentingan kita.

6. Hari Raya Perdamaian - Im 23:26-28

Hari yang paling kudus dan suci dalam tahun Yahudi – saat di mana imam besar dapat masuk ke ruang Mahakudus. Kasih adalah yang terpenting dari perayaan ini. 

Saudara sudah didamaikan dengan Yahwe sebagai sang pencipta oleh Yesus Kristus, tetapi bukan berarti setelah itu berdiam diri ... tidak! Sekarang kita berperan sebagai juru damai (Mat 5:9) bukan sebagai pemecah belah.

7. Hari Raya Pondok Daun/Hari Raya Terang/Tabernakel - Im 23:29-44

Untuk memperingati tiang api yang membimbing bangsa Israel di malam hari yang gelap. Betapa cocoknya bahwa Yesus berdiri ditengah-tengah umat-Nya dalam dunia yang gelap ini dan berkata: “Akulah terang dunia” (Yoh 9:5). 

Pada hari raya tersebut umat Israel disuruh untuk membuat kemah-kemah (sukot – sebagai masa suka cita kita/sebagai Hari Raya Bangsa-Bangsa)/pondok dengan atap yang terbuat dari dedaunan – jatuh pada hari ke 15 bulan Tishri, yaitu bulan September/Oktober. 

Kemah tersebut menggambarkan tubuh duniawi manusia, tempat tinggal sementara bagi roh yang kekal (2 Kor 5:1-4). Pada hari raya ini bertepatan dengan kelahiran Yesus (Luk 2:10).

Sungguh betapa signifikannya dan sempurnanya Tuhan sehingga perayaan ini dipilih menjadi hari kelahiran Putra-Nya. 

Selama berabad-abad kelahiran Yesus dirayakan pada tanggal yang ditentukan manusia. Bila kita telusuri sejarahnya maka kita tahu bahwa pada tahun 325 Masehi ada seorang Kaesar Konstantin yang mengeluarkan dekret bahwa hari kelahiran Yesus harus dirayakan tepat pada perayaan hari kelahiran Dewa Saturnalis (Natalis Sol Invictus) yaitu tanggal 25 Desember.

Sebenarnya justru menjadi batu sandungan bagi orang yang bukan Kristen dan yang berpikir kritis, karena Yesus tidak pernah lahir di bulan Desember, apalagi ditetapkan tanggalnya, bukankah ini sesuatu yang tidak bisa disebut sebagai kebenaran.

Ada 12 bulan (Nisan, Iyyar, Sivan, Tammuz, Av, Elul, Tishri, Chesvan, Kislev, Tevet, Shevat, Adar) dalam sistem penanggalan Yahudi, masing-masing terdiri dari 4 minggu. Perhitungan tahun dimulai pada bulan pertama yaitu Nisan – antara Maret/April, pada minggu ke tiga (Est 3:7). 

(Sumber: Warta KPI TL No. 25/V/2006; Memahami Tujuh Hari Raya Yang Ditentukan Oleh Tuhan, Lukas Sutrisno).