Sabtu, 24 Oktober 2015

06.44 -

Manusia Terdiri Dari Tubuh, Jiwa dan Roh

Berdasarkan 1 Tes 5:23, Gereja mengajarkan bahwa manusia terdiri dari:


1.Tubuhtempat di mana adanya kesadaran material/kebendaan yang ada di dunia (bisa pegang pinsil, buku dll.). Kalau tubuh itu mati, roh akan meninggalkan tubuh – tidak bisa berhubungan dengan dunia material.



Tubuh - bagian fisik/material dari seorang manusia – dimensi dari manusia yang kelihatan, seperti badan, kepala, tangan, kaki, rambut, kepala, mata, hidung, telinga, mulut, pipi, leher, jari-jari dll.; organ-organ tubuh manusia yang tak kelihatan, seperti lambung, usus, jantung, ginjal dll.

2. Jiwatempat kesadaran diri kita [budi (pikiran manusia)  dan hati manusia (batin seperti perasaan, kebebasan, kehendak manusia)].

Tuhan menciptakan manusia tidak seperti robot, tetapi jiwa memiliki keinginan, perasaan dan kehendak.

3. Rohsebelum manusia jatuh ke dalam dosa, yang dominan itu adalah rohnya; roh mempengaruhi jiwa, dan jiwa berbicara pada tubuh.

Roh – pribadi manusia yang sesungguhnya – tempat pertemuan manusia dengan Allahmenyangkut dimensi iman dan kepercayaan dari seorang manusia.

Roh manusia tidak dapat memerintah tubuh, roh menginformasikan apa yang dikehendaki oleh jiwa, menyimpulkan atas kehendak roh itu dan memerintahkan pada tubuh melakukan seperti yang roh kehendaki. Roh hanya tahu yang baik-baik saja dari Allah.

Iblis mengerti tidak mungkin berhubungan langsung dengan roh manusia, sebab sumber hidup manusia ada pada rohnya; kalau mau sentuh tubuh kita nggak ada gunanya, sebab tubuh bagaikan pikiran bergerak kemanapun jiwa perintahkan (mata telinga – jendela jiwa).

Langkah pertama ular itu menjebak perempuan itu dengan pertanyaan-pertanyaan dengan maksud membuat jiwanya bergejolak. Rohnya hanya mengerti bahwa buah itu tidak boleh di makan karena Tuhan melarangnya. Jiwa yang mandiri mulai berpikir kencang-kencang mengambil inisiatif melebihi wewenangnya - tanpa dia sadari matilah rohaninya (rohnya terputus dengan Roh Allah).

Jika seorang tidak dilahirkan dari air dan Roh (lahir baru = ketika jiwa kita terbuka terhadap manifestasi Roh Kudus - menerima Yesus sebagai Tuhan dalam batin secara pribadi bukan di dalam pikiran), ia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah (Yoh 3:5).

Barangsiapa menjadi milik Kristus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya (percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya – tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Sorga – Gal 5:24, 19-21).

Ketika lahir baru pertumbuhan jiwa dan roh tidak sama.

Ketika roh kita masih mati, maka yang mendominasi adalah jiwa (pikiran/perasaan/kehendak), lama-kelamaan roh itu menempel dengan keinginan jiwa. Itulah sebabnya manusia jatuh kedalam dosa pelanggaran (jiwa bukan budaknya roh) - jika jiwanya diberi makan terus menerus dengan hawa nafsu/keinginan-keinginan (jiwanya mendominasi rohnya).

Pada saat lahir baru, roh menguasai/mendominasi dalam jiwa kita, maka jiwa itu menahannya - karena ada otoritas yang diambil/ada peperangan/konflik. Maka jiwa mulai bergolak karena kebiasaan lama.

Sebenarnya Tuhan mendisain roh yang memiliki keinginan kuat, karena roh itu bergantung dari suplai dari Allah. Misalnya bunga dipotong dari tanamannya, bunga itu mati karena tidak mendapat suplai dari akarnya. Kita dikatakan mati kalau tidak mendapat suplai dari Tuhan.

Untuk mampu berhubungan dengan Allah, kita harus berjuang mengalahkan jiwa agar roh kita akan semakin dewasa dalam pimpinan Roh Allah (hidup berjalan dalam roh); menjadikan fungsi jiwa sebagai perantara untuk menggerakan tubuh, diperlukan adanya kerelaan/tunduk seperti yang Yesus syaratkan: ‘sangkali diri’ (keinginan daging/jiwa untuk tunduk pada keinginan roh), baru mampu melakukan ‘pikul salib’ – untuk bisa menjadi pemenang sejati.

Roh kehidupan telah memerdekakan kita dalam Kristus dari hukum dosa dan maut. Hidup menurut daging (menurut kemauan/jiwa kita) tidak mungkin berkenan kepada Allah. Jadi kita harus mewaspadai jika jiwa kita sudah tidak bisa dikendalikan (Rm 8:1-8).

Ketika orang yang sensitif dalam alam roh/mempunyai bakat alami ‘lahir baru’, bakat kesensitifannya menjadi tajam dengan Roh Tuhan, karena rohnya sudah terbiasa dengan dunia roh - dia bisa langsung mendapatkan penglihatan ilahi dan bisa bernubuat.

Tetapi ada bahayanya, kalau tidak cukup makan firman Tuhan (roh masih melekat dengan jiwanya) sehingga melihat ada setan dimana-mana/setan bisa main-main di hati/kepekaannya dapat untuk memanipulasi orang lain sehingga orang datang untuk mengaguminya.

Firman Allah hidup dan kuat lebih tajam dari pada pedang bermata dua manapun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; Ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita (Ibr 4:12)

Banyak sekali orang Kristen yang kalah ketika Tuhan mendidiknya dalam perjuangan ini, lalu sakit hati dan kecewa pada diri sendiri (tidak mau merendahkan diri di hadapan Tuhan).

Lalu Iblis menjebaknya dengan memakai pertanyaan yang dia berikan untuk memicu pikiran, sehingga kalau ada masalah selalu berkata: Apa salahku...; Mengapa seperti ini nasibku?; Aku manusia lemah; Aku bukan orang kudus, sedangkan kamu ...; Apakah bahasa roh mutlak? - mencari pembenaran dari luar.

Perjuangan kita harus berlanjut antara kemauan roh dan jiwa; sampai jiwa kita ditundukkan menjadi anak laki-laki dewasa - itulah yang dikehendaki oleh Tuhan. Ketika roh kita kuat maka kita akan menjadi kuat dan menerima begitu banyak hal yang Tuhan sudah sediakan buat setiap kita.

Kalau kita masih anak-anak kecil tidak akan menerima bagian dari anak-anak yang besar, misalnya tidak ada anak SD dibelikan mobil. Jadi kalau mau berkat yang berkelimpahan dari Tuhan, maka harus menjadi laki-laki dewasa agar hidup kita berkenan di hadapan Tuhan. Karena hanya roh manusialah yang bisa melayani kehendak Roh Allah.

Marilah kita belajar dari Yesus: sebagai manusia tidak pernah mau disembah (melarang orang memberitahukannya kepada siapapun - karena dia tidak mau promosi yang terlalu cepat/instant).

(Sumber: Warta No. 36/IV/2007; Renungan KPI TL Tgl 22 Februari 2007, Dra Yovita Baskoro, MM)