Jumat, 30 Oktober 2015

Jadilah Tentara Allah yang militan

Seringkali ketika kita berada di zona kenyamanan (puncak sebuah karier/keharmonisan keluarga), tiba-tiba tersentak dengan suatu peristiwa

Itu bukan karena Tuhan tidak sayang pada kita, tetapi Tuhan mengizinkan hal itu terjadi agar kita memiliki kerendahan hati.

Jika saat ini kita mengalami masalah ekonomi, rumah tangga, pekerjaan dll., janganlah menyerah! Kembalilah ke habitat kita masing-masing menjadi tentara-tentara Kerajaan Sorga yang militan sehingga menjadi dewasa di dalam Tuhan. 



Kalau kita tidak menyadari hal ini, maka kita akan dipermainkan oleh kehidupan ini. Jadi kita harus tahu panggilan Tuhan di dalam kehidupan kita - harus hidup di dalam habitatnya. 


Misalnya: ikan sakit, diambil dari air dan ditaruh di bawah selimut biar hangat, akhirnya ikan itu mati – karena bukan habitatnya.

Tuhan menciptakan kita supaya kita kuat di dalam Dia bukan untuk menjadi orang yang lemah. 

Kalau Tuhan melihat kita belum cukup kuat, Tuhan akan meluputkan, kalau kita sudah kuat, Tuhan mengajak kita berperang

Jangan kuatir, kita pasti keluar sebagai pemenang. Untuk menang harus berperang (bukan jihat/berstrategi) melawan kuasa-kuasa kegelapan/strategi iblis.

Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia, Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya (1 Kor 10:13).

Habitat kita setiap hari berperang melawan ‘yang menguasai’ darah dan daging. Jadi musuh kita bukan suami/istri/anak/teman dll., tapi musuh kita adalah siapa yang menguasai mereka itu – seharusnya kita mengasihi mereka tetapi tidak mengasihi yang menjadi penguasa mereka.

Perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan ... Seluruh dunia berada di bawah kuasa si jahat (Ef 6:12; 1 Yoh 5:19).

Ketika kita terluka di dalam rumah, jangan pergi ke tempat lain; kembalilah ke rumah sehingga dapat memenangkan jiwa suami dan anak-anak

Jika kita mengerti hal ini, kita tidak akan mencari kambing hitam; kita akan diberi kekuatan sehingga kita dapat membasuh luka orang lain, karena Tuhan menyertai kita.

Orang Kristen yang tidak tahu panggilannya akan masuk di dalam kamar/mengurung dirinya dan tidak pergi kemana-mana, sibuk dan sibuk meratapi nasibnya. 

Ketika kita tidak hidup di habitat kita, maka kita bisa jatuh di dalam dosa yang besar. Jadi kita harus tahu Tuhan memanggil kita sebagai apa, sehingga kita bisa berfungsi dengan baik dan tidak cengeng.

Marilah kita belajar dari Simson, orang-orang kidal bani Benyamin, Paulus dan Daud.

Sejak dari kandungan ibunya, Simson akan menjadi ‘seorang nazir Allah’ dan akan menjadi penyelamat orang Israel (Hak 13:5). Tetapi ia hidup di habitat yang salahakhirnya hidup menjadi orang yang kalah dan mati di dalam kenikmatannya (Hak 13-16).

Nazir Allah = orang yang membaktikan diri untuk pelayanan kepada Tuhan, kadang-kadang untuk sementara waktu, kadang-kadang untuk seumur hidup.

... dari segala laskar ini ada tujuh ratus orang yang kidal, dan setiap orang dari mereka dapat mengumban dengan tidak meleset (Hak 20:14-16) - bukan kidal dari lahir; tangan kanannya hancur ketika maju di medan perang. Tetapi mereka tahu di mana habitatnya berada. Mereka mengambil rambut kuda dan diikatkan pada sebuah batu, ujung surai itu mereka ikat pada sebuah pohon. Mereka melatih tangan kirinya terus-menerus sedemikian rupa sehingga dapat mengumban batu itu tepat pada sasarannya.

Ketika di Antiokhia, Paulus dan Barnabas ditolak (dihasut, dianiayai dan diusir) - mereka tidak tawar hati (Kis 13:50).

Kemudian pelayanan mereka pindah ke Ikonium. Sejumlah besar orang Yahudi dan orang Yunani percaya kepada Tuhan. Dan Tuhan menguatkan berita tentang kasih karunia-Nya dengan mengaruniakan kepada Paulus dan Barnabas kuasa untuk mengadakan tanda-tanda dan mujizat-mujizat.

Tetapi orang-orang Yahudi, yang menolak pemberitaan mereka, memanaskan hati orang-orang yang tidak mengenal Allah dan membuat mereka gusar terhadap saudara-saudaranya yang sudah percaya.

Ketika mereka menyembuhkan seorang yang lumpuh di Listra, mereka dipuja-puja dianggap sebagai dewa Zeus dan Hermes. Karena gagal menyembah, mereka membujuk orang banyak itu memihak mereka, lalu melempari Paulus dengan batu dan menyeretnya ke luar kota, mereka menyangkanya telah mati (dalam keadaan luka parah).

Ketika murid-murid itu berdiri mengelilingi dia, bangkitlah ia lalu masuk ke dalam kota. Keesokan harinya berangkatlah (tanpa menunggu) - ada harga yang harus dibayar untuk jiwa-jiwa itu, karena Paulus tahu di mana habitatnya berada (Kis 13:50-14:28).

Daud yang diurapi sebagai raja (panglima perang) seharusnya tinggal di medan perang, tetapi dia tinggal di istananya, sehingga jatuh di dalam 2 dosa besar (2 Sam 11):

1. Perselingkuhan antara Daud dan Batsyeba membuahkan seorang anak. Hal yang dilakukan Daud itu jahat di mata Tuhan. Tuhan menulahi anak yang dilahirkan itu sehingga sakit dan mati. Meskipun Daud berpuasa dan berdoa, keputusan Tuhan itu sudah final - ia tidak marah/meratap tapi ‘bangun ... sujud menyembah Tuhan’ (2 Sam 12:18-23).

Daud menghampiri dan tidur dengan istrinya, Betsyeba sehingga melahirkan seorang anak ganti anak yang mati itu, yaitu raja Salomo yang penuh hikmat luar biasa. Sesudah urusan anaknya selesai ia mengatur negaranya dan terus berperang – masuk kembali ke habitatnya.

2. Absalom (putra ketiga Daud dari Maakha, putri Talmai, raja Gesur – 2 Sam 3:3) mengetahui adiknya (Tamar) diperkosa oleh Amnon; ia bertindak dan menyebabkan kematian Amnon. Raja Daud tidak senang. Karena itu ia lari ke Gesur (2 Sam 13:19-39). Setelah 3 tahun di pembuangan dan 2 tahun terkucil di istana, Daud menerima anaknya itu kembali dengan baik.

Tetapi Absalom membalas kebaikan hati bapanya dengan tipu muslihat untuk menggulingkan Daud (2 Sam 15:1-15). Daud tidak mau berperang, padahal habitatnya di medan perang - mengikuti nasehat dari salah satu pendukungnya: “Janganlah tuanku maju berperang... apa yang kupandang baik kuperbuat;” (2 Sam 18:3-4) - Daud tahu dan mengerti ketika melawan anaknya sendiri, ia akan memenangkan pertempuran itu.

Seluruh tentara mendengar ketika Daud memberi perintah: “Perlakukan Absolom dengan lunak karena aku.” Tetapi Yoab membunuh Absolom karena mempunyai dendam.

Seharusnya tentara-tentara itu masuk ke dalam kota dengan sorak sorai. Tetapi apa yang terjadi? Kemenangan menjadi perkabungan bagi seluruh tentara, sebab raja sedih dan berkabung karena anaknya.

Yoab berkata: “Pada hari ini engkau mempermalukan semua hambamu, yang telah menyelamatkanmu ... dengan mencintai orang-orang yang membenci kepadamu ... menunjukkan bahwa panglima-panglima dan anak buah tidak berarti apa-apa bagimu ..., bangunlah, pergilah ke luar dan berbicaralah menenangkan hati orang-orangmu ... Lalu bangunlah raja ... 

Daud terjerumus ke dalam dosa tetapi ia bertobat sampai ke dasar hatinya - seorang yang berkenan di hati Tuhan (1 Sam 13:14).

Apa bedanya orang militan dan orang yang suam-suam kuku? Orang militanmemiliki api cinta yang luar biasadengan Tuhan. Apa pun yang menghantam kehidupannya tidak dapat mematikan api cinta akan Tuhan di dalam hidupnya.

Sedang orang yang suam-suam kuku membangun tempat yang nyaman untuk dirinya sendiri, ketika begitu banyak penderitaan lama-kelamaan akan tawar hatinya - karena tidak radikal di dalam Tuhan. 

Kalau kita harus berada di medan perang tetapi kita tidak bertempur di medan perang itu akan melumpuhkan roh dan jiwa kita

Marilah di dalam setiap kehidupan, kita kembali ke habitat masing-masing melakukan peperangan melawan tipu daya/muslihat Iblis di dalam nama Yesus. Jangan bunuh diri kita secara perlahan-lahan dengan hanya meratapi diri dengan semua kemalangan/penderitaan. Bangkitlah! Bersoraklah memuji Tuhan!

(Sumber: Warta KPI TL No. 35/III/2007; Renungan KPI TL Tgl 1 Februari 2007, Dra Yovita Baskoro, MM).