Jumat, 30 Oktober 2015

Bunga dalam Piramid

Ada seorang ilmuwan peneliti tumbuh-tumbuhan di Inggris bernama Lord Linsi, suatu saat diizinkan oleh penguasa pemerintah Mesir untuk masuk ke dalam piramid yang berumur 3000 tahun dan membuka mumi. Mumi tersebut memegang setangkai bunga yang sudah kering tetapi tetap utuh meskipun warnanya sudah luntur. Linsi minta izin untuk mengambil biji-biji bunga tersebut. Dan dia mendapat izin dengan syarat ‘bunganya tidak rusak’. Diambilnya biji-biji itu dengan pinset dan di simpannya di sapu tangan.

Setiba di Inggris, dia semaikan biji-biji itu dengan baik; satu hari sampai tiga minggu biji-biji itu dilihatnya tidak ada pertumbuhan. Meskipun kelihatannya tidak tumbuh, dia tetap pelihara dengan baik.  Pikirnya ‘biji-biji itu tidak dapat lagi bertumbuh karena sudah dibalsem’. Sebulan kemudian ternyata bertumbuh ... berbunga.

Karena sudah 3000 tahun, di dalam di ensklopedia tidak ada nama spesies bunga tersebut pada waktu itu. Linsi ingin memberi nama bunga itu dengan namanya, tapi dirasanya kurang bagus. Lalu dia teringat dengan nama ‘Dal’ , nama seorang ahli botani yang dikaguminya.

Jika biji Dahlia itu tetap di dalam piramid, bisakah berbunga dan menghasilkan biji yang banyak?


Jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah (Yoh 12:24).

(Sumber: Warta KPI TL No. 37/V/2007; Renungan KPI TL Tgl 19 April 2007, Dra Yovita Baskoro, MM).