Senin, 23 April 2018

00.40 -

Melakukan silih

Bunda Maria dalam penampakannya di Fatima, menunjukkan kepada Lucia, Yashinta dan Francisco neraka yang sangat mengerikan, dan meminta mereka melakukan banyak silih untuk menyelamatkan jiwa-jiwa para pendosa agar tidak masuk neraka. Ketiga anak kecil itu memanfaatkan semua kesempatan yang ada untuk melakukan silih bagi jiwa-jiwa; mereka berpuasa, banyak berdoa, bahkan rela menyiksa diri dengan mengikatkan tali rami yang kaku di pinggang mereka. 

Seorang biarawati dalam biara St. Theresia dari Avila, menyadari pentingnya melakukan silih atas dosa dan tidak pernah menyia-nyiakan setiap kesempatan untuk memperolehnya. Ketika biarawati itu meninggal, St. Theresia sangat terkejut melihat jiwa biarawati tersebut langsung naik menuju sorga tanpa melalui api penyucian

Karena biarawati tersebut tampaknya biasa-biasa saja, St. Theresia bertanya kepada Yesus apa sebabnya jiwa biarawati tersebut dapat langsung menuju sorga. Yesus menjawab bahwa itu semua karena semua silih yang dengan setia dilakukannya, sang biarawati telah membayar lunas semua hutang dosanya kepada Tuhan, sehingga jiwanya bersih dan tak bernoda pada saat kematiannya

Silih (reparation) merupakan konsep teologis dalam iman Kristiani yang berkaitan dengan penebusan dan keadilan. Manusia telah jatuh dalam dosa, tetapi melalui inkarnasi, sengsara dan wafat-Nya, Yesus telah menyilih dosa umat manusia. Ia telah menebus dan memulihkan harkat manusia seperti semula. 

Karena Dosa Asal, manusia cenderung berbuat dosa daripada melakukan yang baik (concupiscentia). Setiap dosa melukai jiwa kita dengan membuatnya lebih sulit untuk menghindarkan diri dari perbuatan dosa yang sama di waktu mendatang. 

Bahkan setelah kita bertobat, kita masih harus mengatasi kecenderungan ini dengan melakukan silih. Para kudus memahami hal ini dengan baik sekali; mereka seringkali melakukan matiraga atau silih agar dapat lebih menguasai keinginan-keinginan mereka

Dengan ketaatan yang dilakukan dengan sukarela untuk menderita dan wafat di kayu salib, Yesus Kristus menebus ketidaktaatan dan dosa kita. Dengan demikian Ia membuat silih terhadap keagungan Tuhan yang telah terganggu oleh kekejaman manusia ciptaan-Nya. Kita dikembalikan kepada kondisi rahmat melalui jasa kematian Kristus. 

Rahmat itu memampukan kita untuk menambahkan/menggabungkankan doa-doa kita, perbuatan baik kita, dan pencobaan yang kita alami, kepada segala yang dialami oleh Kristus, seperti dikatakan oleh Rasul Paulus: “menggenapkan dalam dagingku apa yang kurang pada penderitaan Kristus, untuk tubuh-Nya, yaitu jemaat.” (Kol 1:24). 

Oleh karena itu kita dapat membuat silih demi keadilan Tuhan, bagi pelanggaran dosa kita sendiri, dan dengan adanya persekutuan para kudus yang tergabung dalam Tubuh Mistik Kristus, kita sebagai sesama anggota Kristus, dapat juga membuat silih bagi dosa-dosa sesama kita. 

Misa Kudus, yaitu penghadiran kembali akan kurban Yesus oleh kuasa Roh Kudus, dipersembahkan untuk membuat silih dosa umat manusia. Ekaristi itu dipersembahkan juga untuk pengampunan dosa orang-orang hidup dan mati (in reparation for the sins of the living and the dead) dan untuk memperoleh karunia rohani dan jasmani dari Tuhan (KGK 1414). 

Dengan demikian, dengan mengambil bagian di dalam kurban Ekaristi, kita mengambil pula bagian dalam kurban silih yang dilakukan Kristus demi menebus dosa umat manusia. Oleh karena itu, kita yang tergabung dalam Tubuh Mistik Kristus dapat juga mempersembahkan kepada Tuhan doa-doa silih, baik bagi pengampunan dosa-dosa kita sendiri, maupun bagi pengampunan dosa sesama, di dunia maupun di api penyucian, dan semuanya ini tentu mengambil sumber dari jasa pengorbanan Kristus. 

Dengan melakukan silih, kita dapat memperoleh banyak manfaat

- Memperoleh rahmat pengampunan dan pertobatan bagi diri sendiri dan orang lain 

- Melatih sikap lepas-bebas. Semakin meningkatkan penguasaan diri, melepaskan manusia jasmaniah kita dari godaan kenikmatan dan keserakahan dunia, dan semakin menguatkan manusia batiniah kita. 

- Dengan menyangkal diri dan melakukan silih, roh kita akan semakin peka akan kehendak Allah, dan semakin dikuatkan untuk melakukan hanya apa yang Allah kehendaki, bukan yang kita kehendaki. 

- Melakukan silih seperti puasa dan matiraga memperkuat iman harapan dan kasih kita, sehingga kita dapat lebih kuat dalam berperang mengalahkan musuh abadi kita yaitu si jahat. Jenis ini tidak dapat diusir kecuali dengan berdoa dan berpuasa (Mat 17:21) 

Silih dapat dilakukan dengan bermacam cara

1. Dengan perbuatan: melakukan kewajiban kita ‘seperti untuk Tuhan’ (Kol 3:23), dan menanggung pencobaan-pencobaan hidup dengan rela, mengangkat hati dengan penuh percaya dan rendah hati kepada Tuhan, dan menyerukan – bahkan jika hanya dalam batin – seruan-seruan saleh (misalnya dengan Doa Yesus, “Yesus aku mengasihi-Mu”, “Bunda Maria, doakanlah kami”, dsbnya). 

2. Dengan doa silih: dapat dilakukan kapan saja, namun jika ingin dikaitkan dengan devosi tertentu, dapat dilakukan secara khusus setiap hari Jumat sepanjang tahun (yang bertepatan dengan hari wafat Kristus), terutama pada setiap hari Jumat pertama setiap bulan, seperti yang dikatakan Kristus dalam wahyu pribadi St. Margaret Alacoque, tentang devosi kepada Hati Kudus Yesus. 

Doa silih yang paling sempurna adalah Misa Kudus, selanjutnya adalah adorasi Sakramen Mahakudus, doa novena Hati Kudus Yesus, doa Koronka Kerahiman Ilahi, Doa Rosario, maupun doa- doa lainnya yang intinya mempersembahkan hidup kita dan doa pujian kepada Tuhan demi pengampunan dosa kita maupun dosa sesama kita. 

3. Dengan berkurban: dengan semangat iman dan belas kasihan memberikan diri atau harta milik untuk melayani sesama yang membutuhkan 

Dengan pantang dan puasa : dengan semangat silih secara sukarela menjauhkan diri dari segala sesuatu yang disenangi (matiraga). 

(Sumber: holytrinitycarmel.com).

Ambisi yang salah

Pada dasarnya memiliki ambisi itu bagus selama masih bisa dikendalikan dengan baik. Jika tidak, ambisi tersebut akan menghasilkan sikap ambisius. Ambisi yang positif mendorong seseorang untuk menghasilkan karya yang lebih baik dan meraih prestasi lebih baik dari sebelumnya. 

Sebaliknya, ambisi yang negatif adalah ambisi yang tidak sebanding dengan potensi yang dimilikinya sehingga seseorang akan menempuh segala cara untuk mewujudkan ambisinya itu. 

Di balik ambisi yang negatif, seseorang tak mau kalah dengan orang lain, ingin memperoleh popularitas, ingin memperoleh pujian dari dunia, ingin memperoleh kedudukan yang tinggi dengan kekuatan sendiri dan sebagainya. 

Kalau ambisi sudah melampaui kehendak Tuhan dan sudah keluar dari jalur firman Tuhan, ambisi ini tidak benar dan akan mendatangkan kehancuran. Tuhan mengatakan, "Masakan engkau mencari hal-hal yang besar bagimu sendiri?" (Yer 45:5a). 

Tuhan tidak senang terhadap orang-orang yang memiliki ambisi untuk mencari hal-hal yang besar bagi dirinya sendiri hal ini akan mendatangkan dosa, karena orang yang mencari hal-hal bagi dirinya senidiri tentu tak mau disaingi oleh orang lain sehingga timbullah iri hati, kebencian dan fitnah. 

Pula tidak menutup kemungkinan bahwa dia ingin menjatuhkan lawannya dengan berbagai usaha yang konkrit maupun secara tidak langsung. Maka kita harus dapat membedakan antara ambisi dan kehendak Tuhan. 

Kehendak dan rencana Tuhan dalam setiap hidup orang percaya akan terjadi tanpa suatu ambisi. Kalau Tuhan merencanakan tak seorang pun dapat menggagalkannya. Namun jika Tuhan merendahkan kita, siapa pula sanggup menghalangi Dia? Begitu juga jika Tuhan yang mengangkat kita, siapa gerangan yang mampu menahan kehendak-Nya atas kita? 

Kedudukan tinggi, popularitas atau kelimpahan tak perlu dikejar dengan ambisi! Asal kita hidup seturut kehendak Tuhan, berkat-Nya tersedia untuk kita! 

(Sumber: Renungan Harian Air Hidup).

Selasa, 26 Desember 2017

19.17 -

3 Cara untuk menang melawan godaan dosa



Di dalam hidup ini, kita akan selalu digoda oleh berbagai macam godaan. Mau kita masih muda atau sudah tua, mau kita seorang pelajar atau seorang pendeta, kita pasti akan menghadapi yang namanya godaan dosa. 

Seringkali kita tidak ingin jatuh ke dalam dosa tersebut, tetapi kita malah menemukan diri kita terus menerus jatuh ke dalamnya. Kita ingin dapat setia kepada Tuhan, tetapi rasanya sangat sulit untuk melawan godaan-godaan dosa ini.

Tetapi sesungguhnya, Tuhan sudah menyediakan kita perlengkapan untuk mengalahkan dosa-dosa kita, hanya saja seringkali kita menolak untuk menggunakan perlengkapan yang Tuhan sudah beri tersebut, maka itu kita tidak kuat menghadapi godaan-godaan dosa.

Alkitab seringkali mengatakan tentang JATUH ke dalam pencobaan, tetapi Alkitab tidak pernah sekali pun mengatakan JATUH ke dalam kebenaran. 

Sangat mudah untuk terpleset ke dalam dosa, tetapi kita tidak dapat terpleset masuk ke dalam kebenaran. Kebenaran adalah sesuatu yang harus kita masuki dengan berjalan ke dalamnya

Ranting-ranting anggur yang melepaskan diri dari pokok anggurnya pada akhirnya akan mati, maka itu kita harus kembali menyambungkan diri kita ke pokok anggur kita yang memberikan hidup - kita harus kembali melekatkan diri kita kepada Tuhan. 

Tiga hal yang dapat kita lakukan untuk kembali kepada Tuhan dan mengalahkan godaan-godaan dosa di dalam hidup kita.

1. Berdoa

Pada Matius 26:41, Tuhan mengatakan kepada murid-murid-Nya untuk berdoa agar tidak jatuh ke dalam pencobaan. Lebih dari itu, Yesus juga mengajarkan kepada murid-murid-Nya untuk berdoa kepada Tuhan dalam menghadapi cobaan-cobaan dunia ini dalam Doa Bapa Kami. 

Maka itu sangatlah penting untuk kita terus berdoa meminta kekuatan dari Tuhan. Seseorang yang tidak rajin berdoa dan tidak rajin meminta bimbingan Tuhan di dalam hidupnya, tidak mungkin kuat melawan godaan-godaan iblis. 

Daging kita memang lemah, tetapi sesungguhnya Roh Allah di dalam kita itu kuat. Berdoalah kepada Tuhan dan mintalah kekuatan dari-Nya. 

2. Pembacaan Alkitab

Jangan mengatakan Tuhan tidak menolong kita jika Alkitab kita masih tertutup. Mazmur 119:9 dalam Bahasa Inggris mengatakan: “How can a young man keep his way pure? By keeping it according to Your word.”

Firman Tuhan adalah pelita bagi kaki kita. Firman Tuhan-lah yang dapat memimpin kita berjalan di jalan kebenaran

Banyak orang Kristen yang ke gereja setiap Minggu, tetapi tidak pernah membaca firman Tuhan di dalam kesehariannya, dan ini adalah alasan mengapa banyak orang Kristen terus menerus jatuh ke dalam dosa. Mereka tidak bertumbuh di dalam firman Tuhan

Jika kita tidak membaca firman Tuhan, kita tidak akan kuat menghadapi godaan dunia ini. 

Firman Tuhan adalah sumber kekuatan bagi hidup orang-orang Kristen. Bagaimana kita dapat mengikuti jalan-Nya Tuhan di dalam hidup kita, jika kita bahkan tidak mendengarkan arahan-Nya di dalam keseharian kita? 

Kita akan lebih mengikuti jalannya media dan orang-orang dunia di sekitar kita. Beri makan-lah jiwa kita dengan makanan yang tepat setiap hari, yaitu pendengaran akan firman Tuhan.

3. Komunitas yang baik

“Janganlah kamu sesat: Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik” (1 Korintus 15:33). 

Salah satu alasan kita kesulitan keluar dari dosa-dosa kita mungkin bersumber dari kelompok bermain kita. Jika kita ingin berhenti menggunakan narkoba, langkah awal yang harus kita lakukan adalah untuk berhenti berkumpul di tengah-tengah orang yang suka menggunakan narkoba. 

Langkah kedua adalah untuk berkumpul dengan kelompok orang-orang yang sungguh mengasihi kita dan menginginkan kita untuk mengalahkan adiksi-adiksi jahat tersebut.

Kita memiliki dua kelompok bermain, kelompok bermain gereja dan kelompok bermain non-gereja. Jujur saja, ketika kita membicarakan soal relationship, dua kelompok ini akan memiliki pandangan yang berbeda 180 drajat. 

Jika kita hanya mendengarkan tips-tips dari kelompok bermain kita yang non-gereja, kita mungkin tidak akan memiliki pandangan yang benar akan relationship dan relationship kita mungkin akan didasari oleh hawa nafsu. 

Tetapi karena kita juga sering bergaul dengan orang-orang gereja, kita mendapatkan masukan-masukan yang benar tentang relationship dan kita kini mengerti bagaimana cara membina relationship yang setia dan didasari oleh cinta kasih benar yang berasal dari Tuhan kita.

Maka itu, komunitas yang baik sangatlah penting.

“You show me your friends, and I’ll show you your future!”

Jangan pernah menyerah, dan terus lekatkanlah dirimu kepada Tuhan. Sesungguhnya Tuhan selalu dekat denganmu, dan Dia selalu menunggumu untuk kembali kepada-Nya

Dia adalah sumber kekuatan kita, Dia adalah sumber pengharapan kita, dan Dia adalah sumber kasih sejati di dalam hidup kita. Janganlah pilih dosa-dosa kita, tetapi pilihlah Yesus Sang Juruselamat-kita!

(Sumber: Grace Depth)

Mana yang lebih kamu cintai? Pemberian-nya / Pemberi-nya?



Pada suatu ketika, ada seorang anak SMP bernama Ben. Pada natal tahun ini, mama-nya Ben memberikannya sebuah PS4. Ben sangat senang oleh karena hadiah yang ia terima tersebut. Dia membanggakan PS4 itu kepada teman-temannya, dan dia memainkan PS4 itu setiap hari. 

Namun, Ben begitu mencintai PS4 miliknya, hingga dia melupakan ulang tahun mama-nya, tidak mau pergi makan keluar bersama mama-nya, dan marah setiap kali mama-nya mengajak dia mengobrol ketika dia bermain. 

Akhirnya, mama-nya Ben mengambil PS4 itu kembali dan melarang Ben untuk memainkannya. Ben menjadi sangat marah. Dia membanting pintu kamarnya ke depan mama-nya dan dia berteriak: “AKU BENCI MAMA!”

Sangat keterlaluan bukan anak bernama Ben ini? Dia lebih mencintai PS4 pemberian mama-nya dibandingkan mama-nya yang telah memberikan PS4 itu kepadanya. Dia melupakan sang pemberi oleh karena pemberian yang telah dia terima. 

Namun sesungguhnya, seringkali kita juga melakukan hal yang sama seperti Ben. Kita lupa dengan siapa pemberi dan penyedia di dalam hidup ini - kita lebih mencintai pemberian-pemberian Tuhan dibandingkan Tuhan sang pemberi itu sendiri. 

Kita seringkali bekerja, pacaran, bermain game selama berjam-jam, tetapi kita lupa untuk menghabiskan waktu untuk bersyukur kepada-Nya atas semua yang sudah Dia berikan kepada kita. 

Kita tidak mau menghabiskan waktu untuk bersekutu dengan-Nya di dalam doa dan pembacaan firman-Nya di dalam keseharian hidup kita. Dan kita seringkali marah dan mengatakan bahwa Dia jahat ketika pemberian dari-Nya Dia ambil kembali. 

Apakah kamu mencintai Tuhan? Atau hanya pemberian-pemberian-Nya? Jika semua yang Dia berikan kepadamu, Dia minta kembali, apakah kamu akan tetap mencintai-Nya?

Apakah cintamu kepada-Nya ditentukan oleh pemberian-pemberian-Nya untukmu? Ataukah cintamu kepada-Nya didasari oleh siapa Dia sesungguhnya?

Saya percaya setiap dari kita tidak ingin menjadi mama-nya Ben. Ketika kita memberikan sebuah pemberian sebagai tanda kasih untuk seseorang, kita tidak ingin orang itu malah lebih mencintai pemberian kita daripada kita sendiri yang telah memberikannya itu. 

Sama hal-nya dengan Tuhan, Dia memberikanmu begitu banyak hal-hal baik di dunia ini untuk kamu dapat menikmatinya, tetapi Dia tidak ingin kamu sampai lupa akan Dia sang pemberi pemberian-pemberian itu.

Tuhan mengatakan bahwa perintah yang pertama dan paling utama adalah: “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu” (Mat 22:37).

Yang Tuhan inginkan dari kita adalah hati kita. Jangan sampai pemberian dari Tuhan malah merengut hatimu darinya - jangan sampai pemberian Tuhan malah menjadi sebuah berhala di dalam hidupmu

Sesungguhnya, Tuhan adalah seorang Bapa yang selalu menyediakan untuk kita, seorang Teman yang selalu ada di sisi kita, seorang Juruselamat yang menyerahkan diri-Nya untuk kita, dan sebuah Harta yang jauh melebihi segalanya di dunia ini. 

Jangan sampai kita melewatkan hal yang paling berharga yang kita miliki! Jangan sampai kita melupakan harta terbesar di dalam hidup kita! Jangan sampai kita lupa dengan Tuhan Allah sang sumber sukacita sejati!

“Engkau memberitahukan kepadaku jalan kehidupan; di hadapan-Mu ada sukacita berlimpah-limpah, di tangan kanan-Mu ada nikmat senantiasa” (Mazmur 16:11).

(Sumber: Grace Depth).

Jumat, 10 November 2017

Pilihanmu menentukan arah hidupmu



Marc Mero adalah seorang mantan juara gulat WWC dan WWE. Pada usia mudanya, dia terjerat pada pergaulan buruk, menggunakan narkoba, dan menyaksikan puluhan dari teman-temannya meninggal karena cara hidup yang tidak benar.

Hari ini, Marc telah bertobat dan menjadi pengikut Kristus - dia sekarang bekerja sebagai pembicara untuk memotivasi orang-orang agar mengambil pilihan-pilihan yang benar di dalam hidup dan juga menemukan kebahagiaan sesungguhnya di dalam Yesus Kristus.

Artikel hari ini adalah kesaksian dari Marc tentang hubungannya dengan ibunya.

Jika kalian merasa orang tua kalian suka bikin malu, kalian belum bertemu dengan ibuku. Dia seringkali mempermalukan aku dengan luar biasa di depan teman-temanku.

Aku masih ingat waktu itu aku bermain football di kompetisi sekolah - Ibuku ikut berlari di pinggir lapangan ketika kami setim sedang berlari menyerang ke area musuh. Dia berteriak sambil berlari di samping lapangan dengan suara cemprengnya, “Marc-Marc! Bangun! Bangun!”

Dan ketika kami sedang huddle up, seorang temanku tertawa dan mengatakan: “Marc apakah itu ibumu?!”

Aku lalu menengok kepada ibuku, dan kembali meletakkan pandanganku kepada temanku, “Tidak, aku tidak pernah melihatnya sebelumnya di dalam hidupku.”

HAHAHA ga lah bercanda … Tentu saja aku tidak mengatakan itu.

Aku menceritakan hal itu kepada kalian karena hal paling indah yang ibu saya pernah berikan kepadaku adalah: “Dia percaya kepada-ku.”

Aku sudah overdosis dari narkoba tiga kali di dalam hidupku. Aku seharusnya sudah mati saat ini. Tetapi aku percaya aku masih hidup hingga hari ini karena sebuah alasan.

Ada pepatah yang mengatakan: “Kamu tunjukkan kepadaku teman-temanmu, dan aku tunjukkan kepadamu masa depanmu.”

Aku tau pepatah ini benar, dan bagaimana aku bisa tau pepatah ini benar? Karena aku bergaul dengan para pecundang dan aku menjadi pecundang terbesar diantara semuanya.

Pada suatu hari aku dan teman-temanku baru pulang sehabis mabuk-mabukan, dan seorang temanku mengatakan: “Marc, lampu rumahmu masih menyala!”

Aku berkata, “Aduh! Ibuku masih bangun!”

Kalian tau, ibuku tidak pernah mau tidur sebelum dia tau aku telah pulang dengan keadaan masih hidup.

Ketika aku masuk ke rumah, dia menyapaku, “Hai Marc, bagaimana malam-mu?”

“Baik ma, aku uda mau tidur,” jawab-ku.

“Bisakah aku berbicara denganmu sebentar?” tanya ibuku.

“Ma aku cape. Aku mau tidur!”

“Marc, aku belum melihatmu seharian dan semalaman. Tolong bolehkanlah aku berbicara denganmu!”

“Biarkanlah aku sendiri! Ganggu aja!”

Dan aku membanting pintu kamarku ke depan satu-satunya orang yang mempercayaiku.

Tidak lama kemudian aku mengikuti sebuah ke-juara-an gulat di Jepang. Setelah seharian mengikuti pertandingan, aku masuk ke kamar hotelku dan aku langsung tertidur pulas.

Tiba-tiba tengah malam, sekitar pukul tiga pagi, aku mendengar ada yang mengetok pintu kamarku. Aku mengintip melalui lubang kecil di pintu, dan aku melihat promotor-ku. Aku membuka pintu, dan dia langsung berkata, “Marc, kamu harus menelpon ke rumah sekarang! Ada sebuah keadaan darurat!”

Aku menggunakan telepon hotel dan langsung menelpon ke rumah, “Hei, apa yang terjadi?”

“Marc … Aku tidak tau bagaimana cara mengatakan ini kepadamu.”

Aku mengatakan kepadanya, “Apa yang terjadi? Katakan saja kepadaku.”

Orang ditelpon mulai menangis. “Marc, aku tidak kuat untuk mengatakannya.”

Aku membalas, “cepat katakan saja!”

Dan dia mengatakan, “Marc… Ibu-mu meninggal.”

Telepon hotel itu terlepas dari tanganku dan jatuh ke lantai. Aku langsung berlari keluar dari kamar hotel, aku mengambil lift turun, dan ketika pintu lift terbuka aku langsung berlari ke tengah jalanan.

Aku berdiri di tengah jalanan Hiroshima pada pukul tiga pagi - aku masih ingat aku menatap ke langit dan mengatakan, “Ma … Maafkan Aku!”

Aku terbang kembali ke rumah untuk datang ke penguburan ibuku. Aku tidak tau harus berbuat apa, jadi aku hanya berdiri di belakang. Aku melihat dari kejauhan sambil berbisik di kepalaku sendiri, “Ma… Tolong bangun.”

Akhirnya aku memiliki keberanian untuk mendekat kepadanya. Ketika aku melihatnya dari dekat, aku melihat dia sangatlah cantik. Dia memakai pakaian berwarna putih, dia terlihat seperti seorang malaikat.

Aku berdiri di sebelahnya dan aku mengatakan, “Ma … Kau adalah pahlawanku! Semua yang aku capai hari ini semuanya adalah berkatmu. Kau telah mencintaiku! Kau telah memberikanku hidup! Kau satu-satunya orang yang percaya kepadaku!”

Dan bagaimana caraku membalasnya selama ini? Dengan mabuk-mabukan? Dengan narkoba? Dengan menjadi seorang pecundang?

Yang selama ini dia inginkan hanyalah untuk berbicara denganku … Aku berharap aku dapat berbicara denganmu saat ini ma … Aku berharap kau dapat melihat apa yang aku lakukan sekarang. Mengapa aku tidak bisa menjadi seorang anak yang lebih baik dulu?

Aku ingin mengingatkan kalian, hidup kita dipengaruhi oleh pilihan-pilihan yang kita buat. Dan jika kamu mengelilingi hidupmu dengan narkoba, alkohol, dan pil, kamu akan menemukan jalan buntu.

Aku hari ini disini untuk mengatakan kepadamu, aku telah melalui hidup seperti itu - dan itu meninggalkan hati yang hancur, hubungan yang hancur, harapan yang hancur, dan juga kematian!

Jika kamu memiliki seorang ayah atau seorang ibu, ketika kamu melihat mereka, maukah kamu mengatakan kepada mereka bahwa kamu mencintai mereka?

Hidupku dulu adalah tentang menjadi kaya dan terkenal. Aku harus menjadi seorang miliarder, sehingga aku dapat meningkatkan pernikahanku, keluargaku, dan teman-temanku. Dan aku menemukan sesungguhnya semua uang yang kamu dapatkan akan tetap membuatmu merasa sendirian dan kesepian.

Aku belajar apa yang sesungguhnya berharga, dan itu adalah hidup yang telah diberikan kepada kita dan juga keluarga yang telah dikaruniakan kepada kita.

Hidup bukanlah tentang apa yang kamu miliki di dalam kantungmu, tetapi tentang apa yang kamu miliki di dalam hatimu.

Hidup bukanlah tentang memenangkan perlombaan. Hidup adalah tentang menyelesaikan perlombaan, dan berapa banyak orang yang dapat kita bantu untuk menyelesaikan perlombaan ini.” (Marc Mero)

(Sumber: Grace Depth)

Senin, 06 November 2017

17.15 -

Miliki ruang untuk mujizat di dalam pikiran kita

Keluaran 14:21 Lalu Musa mengulurkan tangannya ke atas laut, dan semalam-malaman itu Tuhan menguakkan air laut dengan perantaraan angin timur yang keras, membuat laut itu menjadi tanah kering; maka terbelahlah air itu.

Ketika kita mendengar janji Firman Tuhan kita sering berpikir, “Hmm, bagaimana caranya hal tersebut dapat terjadi dalam hidup saya? Apakah lewat hal ini atau hal itu?” Lalu kita pusing memikirkan bagaimana caranya.

Teman, dunia ilmu pengetahuan moderen dapat menjelaskan semua alasan penyebab terjadinya 10 tulah di Mesir. Mereka mengatakan hal itu terjadi karena fenomena alam

Namun, untuk apa Musa memikirkan hal tersebut? Yang Musa tahu pada saat itu adalah Tuhan semesta alam memerintahkan dia membebaskan Bangsa Israel dan menjanjikan kuasa dan mukjizat akan menyertainya. Itu saja. 

Kalau pun terjadi fenomena alam, itu karena Tuhan yang membuatnya demikian untuk menunjukkan kuasa-Nya di hadapan Firaun.

Mari kita perhatikan sebentar ayat di atas. Dikatakan, ketika Musa mengulurkan tangannya ke atas laut, Tuhan menguakkan air laut dengan perantaraan angin timur yang keras, membuat laut menjadi tanah kering, maka terbelahlah air itu.

Kita dapat menghapus kata “TUHAN” dalam ayat di atas dan mengatakan bahwa laut itu terbelah karena ada angin timur yang keras. 

Sekali lagi, Musa tidak memikirkan angin mana yang akan datang, dia juga tidak memikirkan apakah akan ada lumba-lumba raksasa yang membawa Bangsa Israel menyeberang, yang dia tahu hanyalah Tuhan menyertainya.

Ketika kita menyadari Tuhan bersama kita, semua yang mustahil menjadi mungkin. Kita tidak perlu repot memikirkan bagaimana caranya, bagian kita adalah berpegang kepada Tuhan, dan membiarkan Tuhan membuat kita terpesona kepada-Nya.

Kita perlu memiliki ruang untuk mukjizat di kepala kita. Tidak semua hal perlu kita pikirkan dengan logika. Biarkan mukjizat tetap menjadi mukjizat di dalam hidup kita, bukan menjadi logika yang dapat kita perhitungkan asal usulnya. 

Pada saat kita mulai melogikakan sesuatu, kita akan mulai mengesampingkan peran Tuhan, yang sebenarnya adalah Sang Pembuat Keajaiban tersebut. 

(Sumber: HAGAHTODAY.com; penulis: @mistermuryadi)

Minggu, 05 November 2017

21.26 -

Tujuh edisi Hukum Ilahi



Kisah yang terjadi dalam Kitab Suci adalah kisah sejarah keselamatan.

Jika kita tekun membaca seluruh kitab Suci dari Kitab Kejadian hingga Kitab Wahyu maka kita akan melihat bahwa Allah tetap setia berjalan bersama umat-Nya.

Kisah yang terjadi dalam Kitab Suci merupakan panduan bagi kita untuk menuliskan sejarah keselamatan bagi kita.

Metode ilahi dalam memberi wahyu dan penyataan hukum secara berangsur- angsur pertama-tama ditulis pada

(1) alam (Mzm 19:2 - Langit menceritakan kemuliaan Allah, dan cakrawala memberitakan pekerjaan tangan-Nya), kemudian pada

(2) kesadaran manusia (Rm 2:15 - Isi hukum Taurat ada tertulis di dalam hati mereka dan suara hati mereka turut bersaksi dan pikiran mereka saling menuduh atau saling membela), dan kemudian pada

(3) dua loh batu (Kel 24:12 - Aku akan memberikan kepadamu loh batu, yakni hukum dan perintah, yang telah Kutuliskan untuk diajarkan kepada mereka) yang berisi prinsip-prinsip dasar.

Kemudian

(4) seluruh Kitab Suci berisi edisi yang lebih luas dan lengkap (Rm 15:4 - Segala sesuatu yang ditulis dahulu, telah ditulis untuk menjadi pelajaran bagi kita, supaya kita teguh berpegang pada pengharapan oleh ketekunan dan penghiburan dari Kitab Suci).

Pada saatnya

(5) Yesus muncul sebagai perwujudan yang sempurna dari kebenaran yang digambarkan dengan kehidupan-Nya sendiri yang bebas dari dosa (Yoh 1:14 - Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran). Jadi, Kristus edisi yang digambarkan.

Tujuan ilahi, pada akhirnya, ialah

(6) supaya hukum itu tertulis di hati manusia (Ibr 8:10 - Aku akan menaruh hukum-Ku dalam akal budi mereka dan menuliskannya dalam hati mereka, maka Aku akan menjadi Allah mereka dan mereka akan menjadi umat-Ku), dan akhirnya pedoman tersebut

(7) dinyatakan dalam kehidupan/tingkah laku mereka (2 Kor 3:2-3 - Kamu adalah surat pujian kami yang tertulis dalam hati kami dan yang dikenal dan yang dapat dibaca oleh semua orang. Kamu adalah surat Kristus, yang ditulis dengan Roh dari Allah yang hidup, bukan pada loh-loh batu, melainkan pada loh-loh daging, yaitu di dalam hati manusia). Jadi, perbuatan/tingkah laku orang Kristen menunjukkan Hukum Ilahi yang hidup.

(Sumber: sejarah.co).