Minggu, 01 Juli 2018

Brother Lawrence



Kita memiliki Allah yang kebaikan-Nya tak terbatas, dan mengetahui semua keinginan kita. Ia akan datang pada waktu-Nya sendiri pada saat kita tidak menduganya. Berharaplah kepada Dia lebih dari sebelumnya, bersyukurlah kepada-Nya untuk kemurahan yang Ia lakukan kepada kita, khususnya untuk ketabahan dan kesabaran yang Ia berikan kepada kita dalam penderitaan: ini adalah tanda dari pemeliharaan-Nya

Penderitaan yang telah diizinkan Allah akan menjadi obat yang bermanfaat dan membuat kita melihat ke dalam diri kita sendiri bahwa kecelakaanlah yang membuat kita menaruh kepercayaan di dalam Dia, yang menyertai kita di mana-mana. 

Manusia di dunia tidak mengerti kebenaran ini ataupun memikirkannya karena mereka menderita seperti apa adanya mereka dan bukan seperti orang Kristen: mereka menganggap penyakit sebagai rasa sakit yang dialami dan bukan sebagai kemurahan dari Allah; dan karena hanya melihatnya dari pengertian itu, mereka tidak menemukan apa pun di dalamnya selain duka dan penderitaan. 

Tapi mereka yang menganggap penyakit sebagai sesuatu yang datang dari tangan Allah, sebagai efek dari belas kasihan-Nya, dan sebagai alat yang Ia pakai untuk keselamatan mereka, biasanya menemukan kemanisan dan penghiburan yang pantas. 

Aku berharap kita dapat meyakinkan diri kita bahwa Allah seringkali lebih dekat dan lebih nyata bersama kita dalam keadaan sakit daripada dalam keadaan sehat. Jangan bergantung kepada dokter mana pun, karena menurut pengertianku, Ia menyediakan kesembuhan bagi kita. 

Taruhlah seluruh kepercayaan kita di dalam Dia, dan kita akan dengan segera menemukan pengaruhnya dalam pemulihan kita, yang mana kita sering memperlambatnya karena lebih menaruh kepercayaan kepada dokter daripada kepada Allah. 

Obat apa pun yang kita pakai, itu akan berhasil hanya sejauh izin dari-Nya. Ketika rasa sakit berasal dari Allah, hanya Dia yang dapat menyembuhkan kita. Ia sering mengirim penyakit tubuh untuk menyembuhkan jiwa. Hiburkanlah diri kita dengan Dokter yang berdaulat terhadap jiwa maupun tubuh. 

Jika kita telah terbiasa dalam mempraktikkan hadirat Allah, semua penyakit fisik akan semakin berkurang. Allah sering mengizinkan sedikit penderitaan untuk memurnikan jiwa kita dan mengharuskan kita untuk terus bersekutu dengan-Nya

Berbesar hatilah, berikan rasa sakit kita kepada-Nya dengan tidak berkeputusan, berdoalah kepada-Nya meminta kekuatan untuk menanggungnya. Di atas segalanya, bangunlah kebiasaan untuk sering bersama Allah dan terus mengingat Dia sebisa mungkin. 

Pujilah Dia dalam kelemahan kita, berikan dirimu kepada-Nya setiap waktu; dan dalam penderitaan kita, carilah Dia dengan rendah hati dan penuh kasih sayang (seperti seorang anak kepada ayahnya) untuk membuatmu menjadi serupa dengan kehendak kudus-Nya. 

Allah memiliki banyak cara untuk menarik kita kepada-Nya. Ia terkadang menyembunyikan diri-Nya sendiri dari kita; tapi iman sajalah yang tidak akan gagal pada saat dibutuhkan, ini harus menjadi pendukung kita dan dasar dari keyakinan kita, yaitu hanya di dalam Tuhan. 

Jadi, ketika berada dalam kesulitan, kita perlu mengarahkan diri kita kepada Yesus Kristus dan memohon anugerah-Nya, di mana dengan-Nya segala sesuatu menjadi lebih mudah. 

Kita harus membedakan antara tindakan yang berasal dari pengertian dan tindakan yang berasal dari kehendak; yang pertama memiliki nilai yang lebih kecil dari yang lain. Jadi, satu-satunya pekerjaan kita adalah mengasihi dan bersuka di dalam Tuhan

Ketika kita masuk ke dalam hal-hal yang rohani, kita harus memeriksa diri kita dengan seksama. Dan kemudian kita harus menempatkan diri kita jauh dari segala kejijikan dan hal-hal yang merusak kekristenan, yaitu menjadi korban kesedihan dan kecelakaan yang mengganggu kita, dan menyebabkan perubahan terus-menerus dalam kesehatan dan kebahagiaan kita, di dalam pengaturan internal dan eksternak kita: intinya, menjadi orang yang akan dibentuk Allah melalui banyak rasa sakit dan kerja keras. 

Setelah ini, kita seharusnya tidak berpikir bahwa masalah, godaan, pertentangan, dan perbantahan terjadi kepada kita karena manusia. Sebaliknya, kita harus menyerahkan diri kita kepada mereka dan menanggungnya selama yang Allah kehendaki dan menganggapnya sebagai segala sesuatu yang sangat bermanfaat bagi kita. 

Dalam kesempurnaan yang lebih besar setelah melewati itu semua, kita akan semakin bergantung kepada anugerah ilahi. 

Segala sesuatu adalah mungkin bagi orang yang percaya, bahwa segala sesuatu tidak akan terlalu sulit bagi orang yang berharap, segalanya menjadi lebih mudah bagi mereka yang mengasihi, dan mudah bagi orang yang bertekun dalam mempraktikkan ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan, dan kasih. Pada akhirnya kita harus memberi diri kita untuk menjadi penyembah Allah yang paling sempurna sebisa mungkin sampai pada kekekalan. 

Di kehidupan rohani, kita harus setia mengerjakan tugas kita dan menyangkali diri kita sendiri. Semua penyangkalan diri yang didasarkan dengan pikiran adalah perbuatan sia-sia, tidak dapat menghapuskan satu dosa pun, tidak akan membawa kepada Allah

Jadi, tidak diperlukan seni atau ilmu pengetahuan untuk menghampiri Allah, tapi hanya diperlukan sebuah hati yang dengan tegas bertekad untuk menyerahkan diri hanya kepada Dia, atau demi Dia, atau hanya mengasihi Dia. Sedikit ingatan akan Allah, satu tindakan penyembahan dari hati, pedang di tangan, adalah doa-doa - walaupun pendek sangat berkenan kepada Allah. Allah akan memberikan pencerahan kepada mereka yang benar-benar rindu untuk melayani-Nya. 

Ketika kita mengalami kesatuan dengan Allah oleh kasih, maka kita akan menemukan cara tercepat untuk menghampiri-Nya dengan tindakan kasih yang terus-menerus, dan melakukan segala sesuatu demi Dia

Namun banyak orang tidak mengalami kemajuan dalam kekristenan karena mereka menekankan penebusan dosa dan perbuatan tertentu, sementara mereka melalaikan kasih Allah, yang adalah hal penting. Ini semua terlihat jelas dengan pekerjaan mereka, dan adalah alasan mengapa kita sangat sedikit melihat kebaikan yang tulus. 

Kita harus menumbuhkan dan memelihara jiwa kita dengan pikiran Allah; di mana pengabdian ini akan memberikan sukacita besar. 

Jalan iman adalah semangat Gereja, dan iman cukup untuk membawa kita ketingkat kesempurnaan yang tinggi

Kita harus memberi diri kita kepada Allah, baik dalam hal duniawi maupun dalam hal rohani, dan mencari kepuasan kita hanya dalam melakukan kehendak-Nya, terlepas apakah Ia memimpin kita dengan penderitaan atau penghiburan, keduanya sama saja bagi jiwa yang benar-benar menyerahkan dirinya

Diperlukan adanya kesetiaan dalam masa-masa kekeringan, ketidaksanggupan, dan kejenuhan dalam doa, di mana lewat semuanya itu Allah menguji kasih kita kepada-Nya. Itu adalah masa bagi kita untuk membuat tindakan penyerahan demi mengalami kemajuan dalam kerohanian kita. 

Jadi, pengudusan kita tidak tergantung dari mengubah pekerjaan kita, tapi tergantung dari melakukannya demi Allah, yang biasanya kita kerjakan untuk diri kita sendiri. Sangat menyedihkan melihat begitu banyak orang tidak mengerti hal ini, mereka menyibukkan diri pada pekerjaan tertentu, yang mereka kerjakan dengan sangat tidak sempurna, dengan alasan manusiawi atau keegoisan mereka. 

Cara paling sempurna untuk menghampiri Allah adalah dengan mengerjakan semua urusan kita tanpa keinginan untuk menyenangkan manusia (Gal 1:19; Ef 6:5,6) tapi (sebisa mungkin) karena kasih kita kepada Allah. 

Artikel ini disadur dari percakapan dan surat-surat Brother Lawrence 

Brother Lawrence dari Kebangkitan hidup dalam generasi yang tidak beragama dan di tengah orang-orang yang skeptis. Allah telah memberinya kemurahan dalam pertobatannya di usia delapan belas tahun. 

Ia telah menjadi pelayan M. Fieubert, namun ia sangat menginginkan untuk diterima dalam sebuah biara. Pikirnya, jika berada di sana ia akan menjadi lebih pandai. Kekikukan dan kesalahan yang sering dilakukannya dapat diubahkan, sehingga ia dapat mempersembahkan hidup dan kesenangan duniawinya kepada Allah

Sejak kedatangannya di biara, ia menganggap Allah sebagai akhir dari pemikiran dan keinginannya, sebagai tanda di mana ia harus mengejarnya, dan mematikan segala keinginan dan pemikirannya. Tapi Allah telah mengecewakannya, karena ia tidak mendapatkan kepuasan apa pun di dalamnya. 

Ia merasa tidak suka ketika dikirim ke Burgundi untuk membeli persediaan anggur. Tugas ini tidak menyenangkan baginya karena itu bukan tugasnya dan kakinya timpang sehingga tidak dapat naik perahu. 

Ia berkata kepada Allah bahwa ia hanya mengerjakan tugas dari-Nya, dan setelah ia selesai mengerjakannya, ia mendapati bahwa tugas itu telah dikerjakannya dengan baik. 

Demikian juga dalam pekerjaannya di dapur (di mana ini adalah sesuatu yang sangat tidak ia sukai), ia membiasakan dirinya untuk mengerjakan tugasnya di sana demi kasih-Nya kepada Allah, dan dengan doa di setiap waktu, meminta anugerah-Nya agar ia dapat mengerjakan tugasnya dengan baik. Ia telah mendapati segalanya menjadi mudah selama bekerja di sana. 

Ia sangat senang dengan tugasnya sekarang ini; tapi ia berkata bahwa ia telah siap untuk berhenti seperti pekerjaannya terdahulu, karena ia selalu menikmati pekerjaannya dalam setiap keadaan, dengan melakukan hal-hal kecil demi kasihnya kepada Allah. 

Bagi dia, waktu-waktu doanya tidak berbeda dengan waktu-waktu lainnya: ia tidak mengasingkan diri ke suatu tempat untuk berdoa menurut arahan Tuhannya, ataupun meminta Allah menghentikannya bekerja untuk berdoa, karena ia tahu bahwa pekerjaannya tidak akan mengalihkannya dari Allah

Ia mengetahui kewajibannya untuk mengasihi Allah dalam segala hal, dan ketika ia berusaha keras untuk melakukannya, ia tidak memerlukan orang lain untuk menasehatinya, tapi ia membutuhkan pengakuan iman untuk memerdekakannya

Ia sangat sadar dengan kesalahannya, tapi tidak dikecewakan dengan kesalahan-kesalahan itu; ia mengakui kesalahan-kesalahannya kepada Allah dan tidak meminta-Nya untuk membenarkan perbuatannya. Ketika ia melakukannya, ia mengalami pemulihan dalam penyembahan dan kasihnya kepada Allah. 

Walaupun ada banyak hal yang dipikirkannya, ia tidak menceritakannya kepada siapa pun, tapi menyadari bahwa hanya dengan cahaya iman yang diberikan Allah kepadanya, ia memenuhi dirinya dengan mengarahkan segala tindakannya kepada Dia, yaitu melakukannya dengan kerinduan untuk menyenangkan Dia, apa pun hasilnya. 

Di awal masa pentobatannya, ia menghabiskan waktu berjam-jam dalam doa pribadi untuk memikirkan Allah, juga untuk meyakinkan pikirannya dan memasukkan ke dalam hatinya keberadaan ilahi, daripada sekedar perasaan, dan menundukkan dirinya kepada cahaya iman, lalu merenungkan firman dan bermeditasi

Di mana dengan cara itu, ia melatih dirinya dalam pengenalan dan kasih kepada Allah, berketetapan menggunakan segenap kekuatannya untuk hidup dalam hadirat-Nya terus-menerus, dan j

Pada awal-awal persekutuannya dengan Tuhan, ia telah sering melewatkan waktunya untuk berdoa, menolak pemikiran yang mengembara. Ia tidak pernah dapat mengatur saat teduhnya dengan metode tertentu seperti orang-orang lainnya. 

Ketika ia telah memenuhi pikirannya dengan Allah dalam doa, ia bekerja di dapur (ia memasak untuk biara itu); di sana ia melakukan pekerjaan yang ditugaskan kepadanya, dan ketika segalanya telah selesai, ia menggunakan waktu-waktu luangnya untuk berdoa. 

Ketika ia memulai pekerjaannya, ia berkata kepada Allah, dengan kepercayaan penuh di dalam Dia, "Oh Tuhanku, karena Engkau besertaku, sekarang aku harus menggunakan pikiranku untuk mengerjakan hal-hal ini dengan ketaatan terhadap perintah-Mu, aku mohon kepada-Mu agar Engkau memberiku anugerah untuk terus berada dalam hadirat-Mu; dan aku mohon pertolongan-Mu untuk mengerjakan semua pekerjaanku, terimalah semua pekerjaanku dan terimalah semua kasih sayangku." 

Sementara ia terus bekerja, ia meneruskan percakapannya dengan sang Pencipta, meminta anugerah-Nya, dan menyerahkan seluruh pekerjaannya kepada Dia

Ketika ia telah selesai bekerja, ia memeriksa dirinya bagaimana ia telah menyelesaikan tugasnya. Jika ia telah mengerjakan dengan baik, ia kembali mengucap syukur kepada Allah. Jika sebaliknya, ia meminta pengampunan. Dan tanpa berkecil hati, ia menyelaraskan pikirannya kembali dan meneruskan latihannya dalam hadirat Allah, seolah-olah ia tidak pernah menyimpang dari-Nya. 

"Jadi," katanya, "dengan bangkit setelah kejatuhanku, dan secara terus-menerus memperbaharui tindakan iman dan kasih, aku masuk dalam satu keadaan, di mana akan sangat sulit bagiku untuk tidak memikirkan Allah, karena aku telah membiarkan diriku dengan hadirat-Nya." 

Ketika Brother Lawrence telah menemukan manfaat seperti itu saat berjalan dalam hadirat Allah, adalah mudah baginya untuk menyarankan kepada orang lain. 

Teladannya adalah contoh yang paling kuat daripada perkataan yang dapat ia katakan. Wajahnya membawa kebaikan; terlihat manis dan tenang, dapat mempengaruhi semua yang melihatnya

Dan telah diamati, bahwa dalam pekerjaannya yang sibuk di dapur, ia masih mempertahankan pikirannya yang dipenuhi dengan sorga. Ia tidak pernah terburu-buru dan tergesa-gesa, tapi mengerjakan setiap hal sesuai waktunya, dengan roh yang tenang dan tidak terganggu

"Waktu kerja," katanya, "tidak berbeda dengan waktu doa; dalam kegaduhan dan kekacauan di dapur, sementara beberapa orang pada saat yang sama berteriak-teriak meminta sesuatu, saya memiliki Allah dalam ketenangan seolah-olah saya sedang berlutut di hadapan-Nya." 

Doa menumbuhkan semangat hidup yang semakin terarah kepada AllahSemangat hidup yang terarah kepada Allah memancarkan penghayatan iman, harapan dan kasih yang memerdekakan

Pada saat musim dingin, aku melihat daun-daun berjatuhan dari sebuah pohon, aku merenungkan bahwa dalam waktu singkat, dedaunan itu akan diperbarui, dan setelah itu bunga-bunga dan buah akan muncul (menerima pewahyuan akan pemeliharaan dan kuasa Allah yang belum pernah muncul dalam jiwa). Cara pandang ini telah memisahkan diriku dari dunia ini dan mengobarkan kasihku kepada Allah

Selama empat tahun, aku sangat menderita karena terganggu dengan pikiran bahwa aku seharusnya dihukum. 

Aku berkata, "Aku tidak terlibat dalam kehidupan agamawi, tetapi terlibat dalam kasih Allah, dan aku telah berusaha keras untuk bertindak hanya untuk-Nya; apa pun hasil akhirnya, apakah aku akan terhilang atau diselamatkan, aku akan selalu bertindak sepenuhnya demi kasih Allah. Aku akan melakukannya, dan sampai mati aku akan melakukan apa pun untuk mengasihi Dia." 

Sejak aku terbebas dari pikiran itu, aku menjalani hidupku dalam kebebasan yang sempurna dan sukacita terus-menerus. Aku telah menempatkan dosa-dosaku di antara aku dan Allah, dan mengatakan kepada-Nya bahwa aku tidak layak menerima kemurahan-Nya, tapi Allah masih terus-menerus memberikannya dengan melimpah. 

Begitu banyaknya buku-buku yang menulis berbagai cara untuk datang kepada Allah, dan bagaimana praktik yang berbeda dalam kehidupan rohani, aku merasa bahwa ini akan membingungkanku daripada membantu apa yang aku cari, yaitu hanya ingin mengetahui bagaimana sepenuhnya menjadi milik Allah. Jadi, aku tidak mencari kehidupan doaku dalam buku-buku. 

Dalam suatu percakapanku dengan seorang yang takut akan Tuhan, ia memberitahuku bahwa kehidupan rohani adalah kehidupan anugerah, yang dimulai dengan sikap merendahkan diri, yang ditingkatkan dengan pengharapan akan kehidupan kekal, dan dibakar oleh kasih yang murni. Aku tidak mengikuti semua cara-cara itu. Sebaliknya, dalam naluriku, aku merasa cara-cara itu mengecilkan hatiku. 

Inilah alasanku mengapa aku menerima Kristus, aku berketetapan untuk menyerahkan diriku kepada Allah, sebagai hal yang terbaik untuk menebus dosa-dosaku, dan demi kasih-Nya meninggalkan semua di belakang. 

Hal ini telah menjadi latihanku sejak aku menerima Kristus; dan meskipun aku telah melakukannya dengan sangat tidak sempurna, namun aku telah mendapati manfaat yang besar dengan melatih diri seperti ini. 

Latihan-latihan ini, aku yakin, akan menghubungkanku dengan kemurahan dan kebaikan Allah, karena kita tidak dapat melakukan apa pun tanpa Dia; dan aku masih jauh dari sempurna. 

Latihan ini tidak melelahkan tubuh; namun terkadang malah menghilangkan kelelahan, tetapi juga seringkali ini merupakan kesenangan-kesenangan yang tidak berdosa dan diperbolehkan: karena Allah tidak akan mengizinkan satu jiwa yang ingin menyerahkan diri sepenuhnya kepada-Nya memiliki kesenangan lain selain daripada-Nya. 

Ketika kita terus setia untuk tetap berada dalam hadirat-Nya yang kudus, dan selalu menomorsatukan Dia, ini tidak hanya akan menghindari kita untuk mendukakan Dia dan melakukan segala sesuatu yang tidak menyenangkan Dia, tapi ini juga akan memunculkan kebebasan kudus di dalam diri kita, yaitu mengenal Allah. Intinya, dengan sering melakukan tindakan ini, mereka akan menjadi kebiasaan, dan hadirat Allah akan menjadi sangat alami bagi kita. 

Selama tahun-tahun pertama, biasanya aku menggunakan waktu-waktu saat teduh, dengan pikiran tentang kematian, penghakiman, neraka, sorga, dan dosa-dosaku. Jadi aku terus melanjutkan selama beberapa tahun menggunakan pikiranku dengan seksama untuk merenungkan semua itu sepanjang hari, dan bahkan di tengah-tengah pekerjaan, di hadapan Allah, yang kuanggap selalu bersamaku. 

Kadangkala aku secara tidak sengaja melakukan hal yang sama selama waktu-waktu doaku, di mana ini membuatku merasa senang dan terhibur. Tindakan ini menghasilkan kepercayaan yang tinggi kepada Allah, di mana iman saja sudah cukup untuk memuaskanku pada saat itu. 

Aku telah dipengaruhi oleh kasih, tanpa keegoisan dan aku berketetapan untuk membuat kasih Allah sebagai tujuan dari semua perbuatanku, aku telah menemukan alasan untuk dipuaskan dengan caraku berdoa. Aku sangat senang ketika aku dapat menerima kasih Allah, hanya mencari-Nya, bahkan tidak mencari karunia-karunia-Nya

Dasar dari kehidupan rohaniku adalah percaya dan menghargai Allah dalam iman; yang mana ketika aku pernah menerimanya, pada awalnya aku tidak peduli, tapi dengan setia menolak setiap pikiran lainnya sehingga aku dapat melakukan perbuatannya demi kasih Allah. 

Kadang-kadang aku tidak memikirkan Allah dalam beberapa waktu yang lama, aku tidak mendiamkan diriku sendiri; tapi setelah menyadari kejahatanku kepada Allah, aku kembali kepada-Nya dengan kepercayaan yang jauh lebih besar, oleh karena aku mendapati diriku lebih jahat karena telah melupakan Dia. 

Kepercayaan yang kita taruh di dalam Tuhan sangat memuliakan-Nya, dan menarik turun kasih karunia-Nya yang besar

Merupakan hal yang tidak mungkin untuk menipu Allah, tapi biarlah kita menyerahkan diri kita sepenuhnya kepada Dia dan berketetapan untuk menanggung segala sesuatu demi Dia. 

Aku telah seringkali mengalami pertolongan kasih karunia ilahi dalam segala sesuatu, di mana dari pengalaman yang sama itu, ketika aku memiliki pekerjaan untuk dilakukan, aku tidak memikirkan sebelumnya; tapi ketika sudah tiba saatnya untuk dikerjakan, aku menemukan di dalam Tuhan - seperti dalam cermin yang jelas - semua cocok bagiku untuk dikerjakan. Allah selalu memberi kita terang dalam keraguan kita, ketika kita tidak memiliki agenda lain selain menyenangkan Dia

Ketika urusan di luar mengalihkanku sedikit dari pikiran tentang Allah, ingatan yang segar datang dari Allah memasuki jiwaku, dan sangat menggelora dan menggugahku sehingga sulit bagiku untuk menahan diriku. 

Aku merasa lebih menyatu dengan Allah dalam tugas-tugasku daripada ketika aku berada dalam perenungan di tempat terpencil. 

Aku berharap sesudah ini aku akan mengalami rasa sakit yang besar pada tubuh atau pikiranku; bahwa hal terburuk yang dapat terjadi padaku adalah kehilangan rasa terhadap Allah, yang telah aku nikmati. 

Kebaikan Allah menjaminku bahwa Ia tidak akan meninggalkanku, dan Ia akan memberiku kekuatan untuk menanggung hal-hal buruk apa pun yang Ia izinkan terjadi padaku ; dan karena itu aku tidak takut pada apa pun, dan tidak memiliki alasan untuk berkonsultasi kepada siapa pun tentang keadaan ini

Ketika aku telah mencoba untuk melakukannya, aku selalu menjadi semakin bingung; dan karena aku sangat sadar pada kesiapanku untuk menyerahkan nyawaku demi kasih Allah, aku tidak takut dengan bahaya. 

Penyerahan diri yang sempurna kepada Allah adalah jalan yang pasti menuju sorga, sebuah jalan di mana kita selalu memiliki cahaya yang cukup untuk perbuatan kita. 

Ketika ada kesempatan untuk melakukan beberapa kebaikan, aku menyerahkan diriku kepada Allah dengan berkata, "Tuhan, aku tidak dapat melakukan ini kecuali Engkau memampukanku"; dan kemudian aku menerima kekuatan lebih dari cukup. 

Ketika aku gagal dalam melakukan tugasku, aku hanya mengakui kesalahanku dengan berkata kepada Allah, "Aku tidak akan pernah melakukan yang sebaliknya, jika Engkau meninggalkanku; Engkau harus menghalangi kegagalanku, dan memperbaiki apa yang salah." Setelah itu, aku tidak merasa gelisah lagi mengenai hal itu. 

Kita harus bersikap sederhana dengan Tuhan, berbicara dengan-Nya secara jujur dan terus terang, dan memohon dengan sangat untuk bantuan-Nya dalam berbagai kejadian ketika itu terjadi. Allah tidak pernah gagal memberikan pertolongan-Nya. 

Selama sepuluh tahun pertama, aku sangat menderita dengan pemahaman bahwa aku tidak bertekun kepada Allah sesuai seperti yang kuharapkan, dosa-dosa masa laluku selalu muncul dipikiranku, dan ketidaklayakan atas kemurahan Allah yang diberikan oleh-Nya adalah masalah dan sumber penderitaanku. 

Selama waktu-waktu ini, aku sering jatuh bangun. Tampak bagiku bahwa semua makhluk, pikiran, dan Allah sendiri menentang aku. Hanya iman saja yang aku miliki. 

Aku terkadang sangat terganggu dengan pemikiran di mana aku percaya bahwa alasan aku telah menerima kemurahan seperti itu adalah efek dari anggapanku, di mana aku menganggap diriku telah menerimanya dengan sekaligus, sementara yang lainnya menerima dengan kesulitan; di waktu-waktu lainnya aku menganggap bahwa itu adalah khayalan yang disengaja, dan bahwa tidak ada keselamatan bagiku. 

Ketika aku hanya memikirkan untuk mengakhiri hari-hariku dalam masalah-masalah ini (di mana ini sama sekali tidak mengurangi kepercayaanku kepada Allah, dan hanya membuat imanku semakin meningkat), aku mendapati diriku berubah secara tiba-tiba; dan jiwaku, yang sampai saat itu masih terganggu, merasakan damai sejahtera, seolah-olah ia ada di tempat perhentian. 

Sejak saat itu aku berjalan di hadapan Allah hanya dengan iman, dengan kerendahan hati dan dengan kasih; aku membuat diriku tidak melakukan atau memikirkan hal-hal yang tidak menyenangkan Dia. Aku berharap ketika aku telah melakukannya semampuku, Ia akan membentukku sesuai kehendak-Nya

Untuk apa yang telah terjadi padaku di masa sekarang, aku tidak merasa menderita atau kesulitan terhadap keadaanku, karena aku tidak memiliki keinginan lain selain hanya menginginkan Allah saja, di mana aku berusaha untuk mencapainya dalam segala hal, dan melepaskan segala sesuatu di mana aku tidak akan melawan kehendak-Nya, atau memiliki motivasi lain selain mengasihi-Nya

Aku telah berhenti melakukan segala bentuk perenungan dan cara doa, tapi hanya melakukan apa yang diharuskan oleh keadaanku. Dan aku berusaha untuk bertekun dalam hadirat-Nya yang kudus, di mana aku melakukannya dengan sederhana dan dengan rasa hormat kepada Allah, di mana aku menyebutnya sebagai hadirat Allah yang sebenarnya; atau sebutan yang lebih baiknya: percakapan hening dan rahasia bersama Allah yang sering membuatku bersukacita dan gembira di dalam batin, dan terkadang juga aku rasakan di luar, begitu besarnya perasaan sukacita itu sehingga aku harus berusaha untuk menutupinya dan menghalanginya terlihat orang lain. 

Dalam percakapan dengan Allah ini, kita juga terlibat dalam pujian, pemujaan, dan mengasihi Dia dengan tiada henti, karena kebaikan dan kesempurnaan-Nya yang tak terbatas. 

Intinya, aku sangat yakin melampaui segala keraguan bahwa jiwaku telah bersama dengan Allah selama tiga puluh tahun ini. 

Sikapku di hadapan Allah, yang kuanggap sebagai Rajaku. Aku menganggap diriku sebagai manusia yang paling jahat, penuh luka dan kecurangan, dan yang telah melakukan segala bentuk kejahatan melawan Rajanya. 

Setelah dijamah dengan penyesalan, aku mengakui semua kejahatanku kepada-Nya, aku meminta pengampunan, aku menyerahkan diriku ke tangan-Nya agar Ia dapat melakukan apa pun yang dikehendaki-Nya. 

Raja ini penuh dengan belas kasihan dan kebaikan, sama sekali tidak menghukumku, tapi menyambutku dengan kasih, membuatkan bagiku makanan di meja-Nya, melayaniku dengan tangan-Nya sendiri, memberiku kunci ke dalam tempat perbendaharaan-Nya; Ia menyenangkan diri-Nya denganku terus-menerus, dengan ribuan cara, dan memperlakukanku dengan segala hormat sebagai kesayangan-Nya. Karena itulah aku ingin berada dalam hadirat-Nya yang kudus setiap saat. 

Cara yang paling sering kupakai adalah perhatian sederhana ini dan kegairahan terhadap Allah, yang kepadanya aku seringkali mendapati diriku melekat dengan kebaikan-Nya yang lebih besar daripada seorang anak di dada ibunya: sehingga jika aku berani menggunakan ekspresi ini, aku seharusnya memilih untuk menyebut keadaan ini sebagai dadanya Allah, karena kebaikan yang tidak dapat dijelaskan yang kurasakan dan kualami di sana. 

Jika terkadang pikiranku mengembara dari-Nya karena sengaja atau dalam kelemahan, aku dipanggil kembali oleh gerakan di dalam diriku, begitu menarik dan menyenangkan. 

Kadang-kadang aku menganggap diriku seperti sebuah batu di hadapan seorang pemahat yang akan membuat sebuah patung. Aku menyerahkan diriku di hadapan Allah, aku rindu Ia memahat gambar-Nya yang sempurna dalam jiwaku, dan membuatku menjadi seperti Dia 

Terkadang, ketika aku sedang berdoa, aku merasa seluruh roh dan jiwaku terangkat sendiri tanpa usaha; dan itu berlanjut sementara terfokus kepada Allah, seperti dalam pusat tempat perhentian-Nya. 

Aku tahu bahwa beberapa orang menganggap keadaan ini sebagai suatu aktifitas yang pasif, berkhayal, dan mengasihi diri: aku mengakui bahwa itu adalah kepasifan kudus, dan dapat menjadi mengasihi diri yang bahagia, jika jiwa dalam keadaan itu mampu melakukannya. 

Aku tidak menerima jika ini disebut berkhayal; karena jiwa yang menikmati Allah tidak menginginkan apa pun selain Dia

Jika ini adalah khayalanku, maka adalah bagian Allah untuk memperbaikinya. Biarkan Dia melakukan apa yang Ia inginkan terhadapku; Aku hanya menginginkan Dia dan sepenuhnya setia kepada-Nya. 

Jika kita ingin memiliki anugerah dan pertolongan Allah, kita tidak boleh mengalihkan pandangan kita dari-Nya walau sedetikpun. Buatlah ketetapan yang kudus dan tegas dengan segera untuk tidak akan pernah lagi melupakan Dia, dan untuk meluangkan sepanjang sisa harimu di dalam hadirat-Nya yang kudus, menikmati kasih-Nya. 

Selama kira-kira tiga puluh tahun, jiwaku telah dipenuhi dengan sukacita terus-menerus, dan terkadang sangat besar sehingga aku terpaksa menahan dan menyembunyikannya untuk menghindari kemunculan sukacita itu dari luar. 

Marilah kita mulai mendedikasikan diri kita kepada-Nya dengan kesungguhan dengan memikirkan Dia terus-menerus, menaruh semua kepercayaan kita kepada diri-Nya. 

Jika kita berusaha melakukannya sebisa kita, kita akan segera melihat perubahan terjadi di dalam kita seperti yang kita rindukan, kita akan segera menerima anugerah-Nya yang melimpah, yang dengannya kita dapat melakukan segala hal, dan tanpa-Nya kita tidak dapat melakukan apapun selain dosa. Marilah kita berdoa satu sama lain.

Allah meminta kita untuk menjadi “penjaga” bagi saudara dan saudari kita untuk memperhatikan satu sama lain (Paus Benedictus XVI)

(Sumber: Warta KPI TL No.157/V/2018 » Menjalani hidup di dalam hadirat Tuhan, Brother Lawrence). 

19.47 -

Sains bukanlah musuh iman, melainkan bukti kehebatan Tuhan



Langit menceritakan kemuliaan Allah, dan cakrawala memberitakan pekerjaan tangan-Nya (Mzm 19:1).

Sebab apa yang tidak nampak dari pada-Nya, yaitu kekuatan-Nya yang kekal dan keilahian-Nya, dapat nampak kepada pikiran dari karya-Nya sejak dunia diciptakan, sehingga mereka tidak dapat berdalih (Rm 1:20).

Kekeliruan yang kebanyakan orang miliki adalah: Sains merupakan musuh dari Iman. Padahal sesungguhnya, Sains bukanlah lawan dari iman, melainkan sains adalah bukti dari kemuliaan Tuhan

Mungkin kebanyakan orang berpikir bahwa saya adalah seseorang yang mengambil kuliah jurusan teologi; tetapi padahal, saya adalah seseorang yang mengambil kuliah jurusan sains. Selama empat tahun, saya belajar banyak hal tentang biologi, kimia, dan fisika. Namun, pembelajaran saya akan sains tidak membuat saya menjadi kesulitan percaya kepada Tuhan, melainkan sebaliknya, pembelajaran saya akan sains malah membuat saya semakin percaya dengan kehebatan Tuhan

Alkitab mengatakan bahwa alam semesta beserta segala ciptaan di dalamnya merupakan bukti dari kekuatan Tuhansaya pun sangat setuju. 

Apakah kalian pernah berpikir tentang fotosintesis? Fotosintesis adalah sebuah proses dimana tumbuhan menyerap karbon dioksida yang merupakan racun bagi tubuh kita dan mengeluarkan oksigen yang merupakan kebutuhan utama kita untuk hidup. Sangat luar biasa bukan? 

Mari kita lanjut dengan berpikir tentang respirasi. Kita menghirup oksigen yang diproduksi oleh tumbuhan, sehingga di dalam tubuh kita terjadi respirasi yang menghasilkan energi untuk tubuh kita dapat berfungsi dengan baik. Ini merupakan sesuatu yang sangat luar biasa juga bukan? (Saya dapat membahas lebih banyak lagi soal glikolisis, siklus krebs, fosforilasi oksidasi, dan hal-hal lainnya di dalam respirasi—namun sepertinya lebih baik kita tetap melekat pada fokus utama kita soal sains dan iman).

Bagaimana dengan keseluruhan tubuh kita? Setiap hari jantung kita memompa darah ke seluruh bagian tubuh kita, pencernaan kita mengolah makanan yang kita konsumsi untuk menjadi energi kita, dan paru-paru kita mengolah oksigen yang tubuh kita butuhkan menjadi karbon dioksida yang nantinya kita buang. Dan itu semua beroperasi dengan sempurna tanpa usaha kita sama sekali, bahkan ketika kita sedang tertidur. Apakah ini merupakan sebuah desain yang terjadi secara kebetulan dan begitu saja? Ataukah ini merupakan sebuah desain sempurna yang diciptakan oleh seseorang?

Orang-orang seringkali berargumen bahwa Tuhan tidak ada karena Dia tidak terlihat. Namun, tidak terlihat tidaklah membuktikan bahwa sesuatu itu tidak ada

Contohnya, kita tidak dapat melihat udara - tetapi kita dapat merasakan kuasanya yang berhembus melewati kita. Sangat bodoh bukan jika ada seseorang yang mengatakan angin tidak ada hanya karena orang itu tidak dapat melihat angin tersebut? 

Contoh lainnya, jika kita ke museum dan melihat sebuah lukisan menakjubkan tanpa pelukisnya di sebelahnya, apakah kita dapat mengatakan pelukisnya tidaklah nyata? Tentu saja tidak! Tentu saja ada seorang pelukis di balik lukisan menakjubkan tersebut. Bukankah sangat bodoh jika kita mengatakan lukisan itu tercipta begitu saja? Jadi, hanya karena kita tidak dapat melihat sesuatu tersebut, bukan berarti sesuatu tersebut sesungguhnya tidak ada

Albert Einstein pernah mengatakan, “Hanya ada dua cara dalam menjalani hidupmu: dengan seakan-akan tidak ada yang namanya keajaiban, atau dengan seakan-akan segalanya adalah keajaiban.” 

Apa yang Albert Einstein katakan ini adalah sesuatu yang sangat benar; ketika kita melihat alam semesta dan juga sains yang berada di dalamnya, kita memiliki pilihan - untuk melihatnya sebagai keajaiban dari sang pencipta, atau menganggap semuanya terjadi secara kebetulan tanpa seorang pencipta.

Mari saya ceritakan bagaimana sains dapat menjelaskan akan betapa luar biasanya Tuhan kita beroperasi di dunia ini. 

Teori Relativitas Einstein mengatakan bahwa waktu dan kecepatan adalah relatif dengan objek yang mengukurnya. Sekarang coba bayangkan saya sedang berada di depan kalian dan saya sedang berdiri diam. Menurutmu, berapa kecepatan saya? 

Tentu saja kamu akan mengatakan nol mil per jam, karena saya kelihatannya seperti tidak bergerak. Tetapi jika kamu mengerti seberapa kencangnya bumi kita berputar, kamu akan sadar bahwa diriku dan dirimu sedang tidak berdiri diam, melainkan kita sedang berputar dengan kecepatan dua juta mil per jam.

Einstein mengatakan bahwa semakin cepat kita bergerak, waktu akan menjadi semakin lambat; dan pada kecepatan cahaya, waktu akan berhenti dan jarak akan menyusut menjadi tidak ada. Kebenarannya, waktu dan ruang tidaklah konstan dan universal, melainkan fleksibel dan personal kepada pengamatnya. Einstein mengatakan bahwa permasalahannya tidak terletak pada relativitas, melainkan pada anggapan bahwa akal sehat kita mewakili kenyataan. 

Kebenarannnya, Tuhan beroperasi dalam wawasan yang berbeda dari kita. Pemikiran-Nya berbeda dengan pemikiran kita, dan jalan-Nya melebihi jalan kita. Seperti langit dengan bumi, itulah perbedaan pemikiran-Nya dengan pemikiran kita dan jalan-Nya dengan jalan kita.

“Sebab sekalipun mereka mengenal Allah, mereka tidak memuliakan Dia sebagai Allah atau mengucap syukur kepada-Nya. Sebaliknya pikiran mereka menjadi sia-sia dan hati mereka yang bodoh menjadi gelap. Mereka berbuat seolah-olah mereka penuh hikmat, tetapi mereka telah menjadi bodoh.” (Roma 1:21-22)

Menyadari atau tidak menyadari Tuhan sebagai pencipta dunia ini bukanlah ditentukan berdasarkan kepintaran seseorang, melainkan kerendahan hati seseorang. Orang-orang yang rendah hati akan mampu melihat kemuliaan Tuhan di dalam alam semesta dan sains. Tetapi orang-orang yang sombong akan kesulitan untuk melihat kemuliaan Tuhan di dalam alam dan sains. 

Artikel ini bukan dituliskan untuk menyerang para Ateis dengan mengatakan bahwa mereka semua adalah orang-orang keliru yang sombong, melainkan dituliskan untuk mengajak kita semua untuk mempertimbangkan alam semesta dan sains sekali lagi - apakah mungkin, dunia kita yang begitu luar biasa ini bukanlah sesuatu yang terjadi secara kebetulan dan begitu saja, melainkan sesuatu yang diciptakan oleh seorang Seniman yang maha kuasa?

(Sumber: Grace Depth).

Kamis, 21 Juni 2018

00.59 -

Hukum Kodrat (Thomas Aquinas)



(1) Ajaran pokok dari Thomas Aquinas tentang etika hukum kodrat
Thomas Aquinas memahami moralitas sebagai ketaatan manusia terhadap hukum kodrat (Lex Naturalis). 

Maksudnya, keterarahan kodrat manusia, bersama dengan kodrat alam semesta, pada perwujudan hakikatnya. Apa artinya hidup sesuai dengan hukum kodrat? Hidup sedemikian rupa sehingga kita mencapai tujuan kita dan menjadi bahagia

Hukum kodrat ini bukanlah hukum yang lepas begitu saja (dari ruang vakum atau dari negeri antah berantah). Keberadaan Hukum kodrat tidak bisa dilepaskan dari partisipasinya dalam hukum abadi (Lex Aeterna) yang tak lain adalah kebijaksanaan Allah sendiri sebagai asal-usul dan penentu kodrat ciptaan

Prinsip hukum kodrat yang paling dasar berbunyi: “Yang baik harus dilakukan dan diusahakan, yang jahat harus dihindari.” [ST I-II, 94, 2] 

Prinsip ini dijabarkan melalui tiga tingkatan kecondongan: kecondongan yang dimiliki sebagai pengada misalnya self-preservation (pemenuhan diri dari kebutuhan-kebutuhan dasariahnya, yaitu makan-minum), sebagai makhluk perasa, dan sebagai makhluk berakal budi (pengetahuan akan kebenaran tentang Tuhan dan hidup dalam persaudaraan umat manusia). 

Teori hukum kodrat yang diajukan Aquinas melampaui eudemonisme Aristoteles karena ia mempunyai dimensi transenden. Kebahagiaan tidak melulu dapat terpenuhi di dunia ini, melainkan baru terpenuhi dalam visio beatifica.

(2) Hal hal yang mengesan dari ajarannya

Teori hukum kodrat dari Thomas Aquinas memberikan dasar yang masuk akal dan rasional akan pentingnya keberadaan hukum dan kewajiban manusia untuk menaati hukum itu bukan karena unsur paksaan eksternal namun karena manusia adalah makhluk rasional yang menggunakan akal budinya dan dengan demikian ia sadar bahwa hukum yang ditaatinya itu adalah hukum yang selaras dengan tuntutan akal budinya. 

Dengan demikian, jika ia hidup sesuai dengan kodratnya, ia akan dapat mengaktualisasikan dirinya dalam dimensi-dimensinya yang paling hakiki. Teori hukum kodrat ini, dalam perkembangannya, menjadi salah satu dasar pokok dari keberadaan (raison d’être) hak-hak azasi manusia. 

(3) Hal apa yang sulit dimengerti dari ajarannya

Memahami secara persis: kodrat manusia itu apa? Apa isi dari hukum kodrat ini jika dikatakan lakukanlah yang baik dan hindarilah yang jahat. Apa itu yang baik? Yang sesuai dengan kodrat & tuntunan akal budimu. Lalu apakah akal budi itu sudah dengan serta merta (dengan terlahirnya manusia) terbentuk menjadi akal budi yang sehat (sound) dan dapat kita jadikan pegangan untuk memandu kita sehingga bisa membedakan mana yang baik dan mana yang jahat? Isi dari akal budi inilah yang perlu dibentuk dan diisi lewat pendidikan dan pembiasaan (habit formation) berbuat baik sejak kecil. Jadi tidak otomatis akal budi terbentuk menjadi baik begitu saja.

(Sumber: romojost.blogspot.com)


Paham hukum kodrat berasal dari Stoa, yang kemudian disempurnakan oleh Thomas Aquinas. Hukum kodrat mengacu kepada kodrat. Dengan kodrat dimaksud realitas, atau struktur realitas, hakekat realitas yang ada. Apapun yang ada mempunyai kodratnya. 

Menurut Thomas Aquinas, sesuatu yang baik dan sesuatu yang jahat dapat ketahui dari hukum kodrat, yang dapat kita ketahui melalui akal budi kita. Dari hukum kodrat kita mengetahui perbuatan mana yang baik dan mana yang jahat.

Hukum kodrat dapat dipahami dengan mudah, gagasan dari hukum kodrat tersebut adalah "hiduplah sesuai dengan kodratmu!" Thomas Aquinas menjelaskan bahwa manusia mempunyai kecenderungan vegetatif, sensitif (emosional), dan rohani. 

Yang khas dari manusia adalah kerohaniannya. Manusia bertindak sesuai dengan kodratnya apabila manusia menyempurnakan diri sesuai dengan kekhasannya, jadi dengan kerohaniannya. Ia harus mengembangkan diri sebagai makhluk rohani, sedangkan penyempurnaan kekuatan-kekuatan vegetatif dan emosional harus dijalankan sedemikian rupa sehingga menunjang penyempurnaannya sebagai makhluk rohani. 

Hukum kodrat muncul dalam bentuk bentuk hukum alam

Bagi semua makhluk bukan manusia di dunia ini hukum kodrat itu sama dengan hukum alam, maksudnya mereka lahir, tumbuh dan bekembang, dan mati menurut hukum alam masing-masing. 

Sedangkan manusia adalah makhluk rohani dan karena itu ia bebas, artinya ia dapat menentukan sendiri apa yang dilakukan. Dalam bertindak manusia tidak ditentukan oleh hukum kodrat. 

Oleh karena itu, bagi manusia hukum kodrat merupakan hukum dalam arti yang sesungguhnya, yaitu sebuah norma yang diharuskan, yang dapat diketahui, dan di situ manusia harus menentukan sendiri apakah ia mau taat atau tidak padanya

Manusia adalah satu-satunya makhluk yang dapat menyeleweng dari kodratnya, yang dapat bertindak tidak sesuai dengan kodratnya, melawan kodratnya. 

Bagi manusia hukum kodrat sama dengan hukum moral, jadi hukum kodrat adalah apa yang sekarang disebut sebagai prinsip-prinsip dan norma-norma moral. Dalam kata lain, bagi manusia hukum kodrat betul-betul berupa hukum dalam arti normatif.

Menurut Thomas Aquinas, manusia hidup dengan baik apabila ia hidup sesuai dengan kodratnya, buruk apabila tidak sesuai dengan kodratnya. Karena manusia hanya dapat mengembangkan diri, hanya dapat mencapai tujuannya apabila ia hidup sesuai dengan kodratnya.

Setiap tindakan manusia akan sesuai atau tidak sesuai dengan akal budi, maka secara moral setiap tindakan harus bersifat baik atau buruk, tidak ada yang netral. Ia sesuai apabila ia menyempurnakan manusia sebagai makhluk rohani atau menunjang penyempurnaan itu, buruk apabila ia mengganggunya.

Thomas Aquinas membedakan hukum kodrat menjadi dua, yaitu hukum kodrat primer dan hukum kodrat sekunder. 

Hukum kodrat primer tidak dapat berubah, karena langsung berdasarkan struktur kodrat manusia dan struktur itu tidak berubah. 

Prinsip-prinsip hukum kodrat yang menyangkut pengembangan diri manusia dalam dimensi hakiki sesuai dengan kodratnya tidak berubah. 

Sedangkan hukum kodrat sekunder dapat berubah. Kodrat manusia dari segi sosial dan kultural tidak mutlak, tergantung pada situasi sosial dan kultural tertentu. Situasi semacam itu juga memuat implikasi etis karena merupakan konteks manusia harus mengembangkan diri. 

Hukum kodrat adalah hukum yang berasal dari Tuhan. Menaati hukum kodrat berarti taat kepada Tuhan, jika tidak menaatinya berarti tidak taat kepada Tuhan. 

Etika hukum kodrat menunjuk kepada Tuhan. Tuhanlah yang menuntut manusia agar hidup sesuai dengan kodratnya, kehidupan sesuai dengan kodrat merupakan kewajiban bagi manusia. 

Jadi manusia wajib menaati hukum kodrat. Berbeda dengan etika Aristoteles yang tertutup bagi dimensi transenden, Thomas Aquinas menyebut bahwa moralitas tidak hanya masalah kebijaksanaan, melainkan masalah kewajiban

Etika Thomas Aquinas juga bersifat Eudemonistik dan Teonom. Bersifat Eudemonistik karena dengan hidup menurut hukum kodrat kita dapat semakin bahagia. Bersifat Teonom karena kita sekaligus taat kepada hukum abadi, hukum Tuhan.

Kodrat tidak hanya bicara tentang kita, melainkan juga tentang kebijaksanaan Tuhan. Dengan memandang kodrat, kita mengetahui apa yang dikehendaki Tuhan. Kalau Tuhan menghendaki kodrat seperti itu kepada kita, Tuhan juga menghendaki agar kita hidup sesuai dengannya.

Hukum kodrat mengungkapkan dan mencerminkan hukum abadi, kebijaksanaan Ilahi. dengan menaati hukum kodrat, kita sekaligus menaati hukum abadi, jadi kita taat kepada kebijaksanaan Ilahi. Itulah sebabnya, hidup sesuai dengan kodrat bukan sekedar perbuatan yang bijaksana, melainkan wajib. Wajib karena Tuhan menghendakinya. 

(Sumber: Warta KPI TL No.158/VI/2018 » legalstudies71.blogspot.com).

Santo Thomas Aquinas, Imam dan Pujangga Gereja




MASA KECIL THOMAS 



Thomas berasal dari keturunan raja Lombard, kerajaan Napoli. Ayahnya, Landulf berasal dari Aquino, penguasa di Loretto dan Belcastro, dan ibunya Theodora seorang putri bangsawan dari Teano. Tahun kelahirannya tidak diketahui secara pasti, namun dapat diduga sekitar tahun 1225, bertempat di puri Rocca Secca, reruntuhan bangunan ini masih dapat dilihat pada bagian sebuah gunung Campagna Felice dan di kota kecil Aquino. 


Thomas adalah anak paling kecil dari empat saudara laki-laki dan beberapa saudara perempuan, namun adik perempuannya yang paling kecil meninggal karena petir, ketika pada suatu malam Thomas sedang tidur di kamar yang sama. Kejadian ini menyebabkan ia menjadi sangat takut dengan guntur sehingga ia sering bersembunyi di dalam gereja saat ada guntur. Oleh karena itu, devosi kepada Santo Thomas yang terkenal yaitu perlindungan dari serangan badai dan kematian tiba-tiba

Pada usia lima tahun, Thomas dikirim belajar di suatu biara benediktin di Monte Cassino, beberapa mil di sebelah utara Roca Secca. Abbas pada saat itu, Landulf Sinibaldo, masih termasuk keluarganya. Di sana Thomas menunjukkan kemajuan yang luar biasa. Ia memiliki talenta yang besar dan menyukai renungan. Sebagai anak berusia lima tahun, Thomas sudah masuk dalam keanggotaan biara tersebut dan sampai usia empat belas tahun ia tinggal dan menyelesaikan sekolahnya.

MASA STUDI 

Pada tahun 1239, Thomas dikirim belajar ke Universitas Napoli dan belajar selama lima tahun tentang seni dan ilmu pengetahuan. Pelajaran yang diterimanya antara lain: filsafat, logika, tatabahasa, retorika, musik dan matematika. Ia belajar retorika dari Peter Martin, salah seorang terpelajar pada masa itu dan dari Peter Hiberia ia belajar filsafat. 

Saat teman-temannya lebih condong ke arah duniawi, ia pergi ke gereja atau ke kamar untuk berdoa dan belajar. Dengan kemajuan yang luar biasa ini, ia menerangkan pelajaran jauh lebih jelas daripada yang telah dijelaskan oleh guru-gurunya. Di universitas ini pula, Thomas mengenal karya-karya Aristoteles yang ikut mempengaruhi pandangannya di kemudian hari. Namun demikian, kerendahan hati yang dimilikinya menutup semua kecerdasannya. Sikap cintakasih dan murah hati mewarnai seluruh hidupnya. Thomas juga bersikap hati-hati dengan menyembunyikan dari tangan kirinya, apa yang dilakukan tangan kanannya.

MENJADI BIARAWAN DOMINIKAN 

Di Napoli ia tertarik untuk menjalani kehidupan membiara dan menjadi biarawan Dominikan, namun keluarganya tidak menyetujuinya. Thomas dinasihati untuk meninggalkan panggilannya. Akan tetapi, Thomas tidak putus asa. Ia memiliki devosi khusus kepada St. Dominikus, seorang Santo yang dipenuhi Roh Allah

Pada usia dua puluh tahun, ia diterima dan mendapatkan jubah Dominikan. Berita mengenai ini segera sampai ke Rocca Secca, dan menimbulkan kemarahan besar dari ibunya, bukan karena ia bergabung dalam komunitas religius, tetapi karena ibunya menginginkannya untuk menjadi biarawan Benediktin di biara Monte Cassino dan diberikan kedudukan sebagai Abbas. 

Theodora sendiri bermaksud pergi ke Napoli, untuk menyakinkan anaknya supaya kembali ke rumah, dan saat ibunya bersikukuh, anak muda itu sudah meninggalkan tempat tersebut. 

Pimpinan tertinggi Dominikan yang dalam perjalanan ke Bologna sudah memutuskan untuk mengajak Thomas dan mempersiapkan pesta kecil untuknya. Ibunya tidak kehabisan akal, ia mengirimkan pesan kepada Landulf dan Reynold, saudaranya yang lebih tua yang bertugas sebagai komandan di Tuscany. 

Sementara Thomas beristirahat di Acquapendente dekat Siena, ia dibawa secara paksa oleh kedua saudaranya kembali ke Rocca Secca mengikuti arahan dari ibunya dan kemudian kembali ke puri Monte San Giovanni, dua mil jauhnya. Di tempat itu ia dijaga ketat. Selama Thomas dipenjarakan, keluarganya memakai berbagai macam cara untuk melemahkan ketetapan hatinya. 

Meskipun banyak nasihat yang keras dan kasar dilontarkan kepadanya, Thomas tetap menjawab dengan lembut dan penuh hormat, namun tetap tegas. Akhirnya, karena keteguhan sikapnya, ibunya meminta untuk menjaga lebih ketat dan tidak ada seorang pun yang boleh melihatnya, kecuali kedua saudara perempuannya, antara lain Marotta yang diijinkan untuk mengunjunginya. Santo Thomas membimbing saudarinya dalam merenungkan Kitab Suci sehingga akhirnya ia tertarik untuk menjadi seorang biarawati.

MEMPEROLEH RAHMAT KEMURNIAN 

Situasi selama di penjara menguntungkan bagi Thomas untuk berdoa dan kontemplasi. Beberapa waktu setelahnya, kedua saudara perempuannya membawakan beberapa buku antara lain Kitab Suci, metafisika Aristoteles dan buku-buku dari Petrus Lombardia. Bersamaan dengan itu, dua saudara laki-lakinya kembali ke rumah setelah menjalankan tugasnya sebagai tentara. 

Mereka membawa dan memperkenalkan seorang wanita dengan watak yang buruk kepada Thomas. Santo Thomas dengan segera memintanya untuk meninggalkan tempat itu. Setan berusaha menggodanya, tetapi ia menang. Ia juga tidak menjadi sombong, tetapi berlutut dan berterimakasih kepada Allah atas kerahiman dan pemeliharaan-Nya. 

Santo Thomas menggandakan doa-doanya supaya memperoleh rahmat iman serta kemurnian budi dan jiwa kepada Tuhan. Tuhan mengabulkan doanya. Thomas dikunjungi oleh dua malaikat yang akan menjaga, meneguhkan, dan membantunya agar tidak mengalami cobaan yang kotor dan berat. Malaikat itu pergi, namun ia menyimpan rahasia ini. 

Sebelum kematiannya, ia hanya mengungkapkan peristiwa ini kepada bapa pengakuannya F. Reynold dan menjelaskan bahwa ia menerima pertolongan itu tiga puluh tahun sebelumnya. Sejak saat itu, ia dilindungi dari godaan semacam itu dan senantiasa berhati-hati terhadap musuh tersebut.

MELANJUTKAN STUDI 

Pada tahun 1245, Thomas diijinkan oleh keluarganya untuk menjadi seorang biarawan Dominikan. Setahun kemudian, setelah kepulangannya ke Napoli, ia merasakan kebahagiaan terbesar dalam seluruh hidupnya karena mengurbankan kebebasan yang dimiliki untuk menjadi milik Tuhan semata. 

Namun Theodora berusaha sedapat mungkin menjauhkannya dari Napoli, bagian kehidupan Thomas dan meminta untuk memindahkan ia dari Sabina, Roma dan pergi melanjutkan studinya di Paris, jauh dari kaum kerabatnya. Paus menanggapi dan menyetujui pilihan tersebut. 

Santo Thomas memberikan seluruh waktunya untuk studi, mengurangi waktu makan dan tidurnya, bukan untuk mendapat penghargaan dan untuk kepentingan sendiri, tetapi lebih-lebih untuk memuliakan Allah

Kerendahan hatinya membuat kemajuan-kemajuan yang telah dicapainya tidak kelihatan. Kebanyakan teman-temannya mengira ia tidak mempelajari sesuatupun dan oleh karena keheningannya itu, mereka memanggil Thomas, ‘si bodoh’, bahkan salah seorang dari mereka seringkali menerangkan pelajaran-pelajaran kepadanya dan Thomas dengan rasa terimakasih mendengarkan tanpa berbicara, padahal ia mampu untuk mengajar. 

Namun demikian, kecemerlangan, kejeniusan, dan kecepatan daya tangkap juga pengertian yang mendalam atas apa yang dipelajari akhirnya terungkap, meskipun banyak usaha untuk menutupinya. 

Sang guru, Albertus, mencoba mengajukan beberapa pertanyaan yang sulit dan membingungkan, tetapi Thomas memberikan jawaban yang membuat seluruh pendengar terkejut. Hal ini membuat Albertus tidak mampu menahan sukacitanya dan memberi pujian dengan mengatakan bahwa banyak orang menyebut Thomas orang bodoh, tetapi ia akan membuat cemoohan itu, menjadi suatu pujian besar dari dunia. Pujian ini tidak membuatnya bangga, ia terus bersikap sederhana, menawan, hening dan rendah hati

Tidak ada yang memenuhi hati Thomas kecuali Allah dan kepentingan-Nya. Santo Thomas tidak mementingkan pemikiran sendiri dan tidak bergantung pada pendapat orang tentang dirinya.

MENYADARI KEHADIRAN ALLAH DAN KERAHIMAN-NYA 

Pada tahun pertama di bawah bimbingan Albertus Magnus, Thomas menulis komentar atas tulisan Aristoteles. Kegiatan-kegiatan di tempat studinya tidak mengurangi waktu doanya. 

Dengan selalu menyadari kehadiran dan kerahiman Allah, hatinya terus-menerus terangkat dan terarah kepada Allah. Perhatian Thomas yang selalu tertuju pada Allah, membuat jiwanya senantiasa dipenuhi sukacita. Hal itu nampak pada wajah dan seluruh percakapannya yang selalu mengarah ke surga

Kerendahan hati dan ketaatan menandai seluruh sikap hidupnya. Ia sering melakukan mati raga dan tidak melekat dengan rasa yang dinikmatinya. Selain itu, dengan menyadari panggilan kepada kekudusan menjadikan Santo Thomas selalu berjaga-jaga bersama Tuhan, tekun berdoa dan melakukan latihan-latihan rohani lain.

MENJADI IMAM 

Pada tahun 1250, St. Thomas ditahbiskan menjadi imam di Cologna. Setelah ia menjadi imam, persatuannya dengan Allah kelihatan lebih mesra daripada sebelumnya. Jiwanya melampaui apa yang dipelajarinya, dan Thomas berdevosi yang sangat besar kepada Sakramen Mahakudus. Ia menghabiskan beberapa jam setiap hari di depan altar, merendahkan diri dalam penyembahan dan melebur dalam kontemplasi kasih Allah yang melampaui segala sesuatu. 

Seorang pengikut dan penulis biografinya, William da Tocca, menulis bahwa sejak saat itu Thomas melewatkan waktu berjam-jam dalam doa, siang dan malam, dan jiwanya seakan-akan terangkat dan terserap dalam misteri Allah.

MENGAJAR DI UNIVERSITAS 

Pada usia dua puluh tahun, St. Thomas dikirim bersama Albertus ke Paris dan belajar di universitas St. Yakobus. Ia diminta mengajar untuk pertama kalinya dan mulai menunjukkan karya-karyanya yang terdiri dari komentar atas etika dan karya-karya Aristoteles. 

Pada tanggal 23 Oktober 1257, setelah mengajar selama empat tahun, ia diangkat menjadi profesor. Tak lama kemudian, Thomas dikenal sebagai seorang pujangga yang tak ada bandingannya pada masa itu. Ia jauh melebihi Albertus Magnus, pembimbingnya dalam pemikiran dan kebijaksanaan. 

St. Thomas menerangkan tulisan Kitab Suci dan memberikan komentar atas Kitab Yesaya dan Injil St. Matius. Di universitas ini, Thomas menjadi pengkhotbah umum dan dipanggil untuk mengajar di sekolah penerima beasiswa dalam hubungan dengan Paus. Ia juga mengajar dan berkhotbah di beberapa kota di Italia. Ketika ia mulai kembali ke Paris pada tahun 1269, St. Louis IX memiliki penghormatan yang sangat besar kepada St. Thomas, sehingga ia mengonsultasikan secara teratur perkara-perkara penting negaranya.

SUMMA THEOLOGIAE & KARYA LAINNYA 

Sekitar tahun 1266, St.Thomas memulai karyanya yang sangat terkenal,Summa Theologiae. Ketika suatu saat ia diminta universitas untuk menyelesaikan masalah dan mengambil keputusan atas suatu pertanyaan yang mereka ajukan, yaitu apakah Sakramen Mahakudus adalah sungguh-sungguh tubuh Kristus atau hanya kelihatannya saja. 

St. Thomas berdoa sungguh-sungguh dan menulis jawabannya dalam bentuk risalat, yang sampai saat ini masih ada, dan menempatkannya di atas altar sebelum membuat pernyataan umum. Keputusannya diterima pertama-tama oleh pihak universitas dan kemudian oleh seluruh Gereja. 

Kemudian, mendekati akhir hidupnya, saat Pujangga Malaikat ini berada di Salerno dan sibuk dengan bagian ketiga karyanya, Summa theologiae, tentang belaskasihan dan kebangkitan Kristus, seseorang melihatnya berlutut di hadapan altar pada malam hari dalam keadaan ekstase dan terdengar suara, yang nampaknya berasal dari salib mengatakan dengan keras “Engkau telah menulis sangat baik tentang Diri-Ku, Thomas, balasan apakah yang kau inginkan dari‑Ku?Thomas menjawabTidak lain hanyalah Diri-Mu, Tuhan!”. 

Dalam sebuah cerita lain dikisahkan, pada suatu kesempatan Thomas diundang untuk santap siang dengan Raja St. Louis, dan pada waktu makan, tiba-tiba ia mempunyai suatu ide tentang hal yang sedang ditulisnya. Ia memukul meja dengan tangannya dan berseru, “Itu mengakhiri bidaah Manichean!” Kepala istana menyentak ke arah Thomas dan mengingatkannya bahwa ia sedang berada di meja dengan raja, dan Thomas segera sadar dan meminta maaf atas lamunannya. 

Tulisan-tulisan yang dibuat St. Thomas di antaranya adalah Summa Theologiae, disertasi tentang Doa Bapa Kami, Salam Malaikat dan Syahadat Iman para Rasul, di samping menyusun komentar atas beberapa bagian dari Injil dan risalat berupa jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepadanya. 

Dari seluruh karyanya, yang paling penting yaitu Summa Theologiae, berisi dua puluh jilid, yang sebagian besar bersifat filsafat dan teologi. Ia juga banyak mengomentari karya Aristoteles, di mana ajaran Aristoteles pertama-tama mempengaruhi pemikiran St. Thomas dalam hal membangun sistem filsafat Kristiani yang lengkap. 

Dalam metodenya dikatakan bahwa ia menerapkan geometri pada teologi, pertama-tama dengan menetapkan masalah atau dalil, dan kemudian mengemukakan kesulitan-kesulitannya. Hal ini diikuti dengan kutipan-kutipan dari Kitab Suci, Tradisi Gereja dan berbagai karya-karya teologi. Yang terakhir yaitu mengambil kesimpulan dengan jawaban yang pasti atas seluruh keberatan yang dibuat pada awal. 

Karyanya merupakan karya yang paling besar pada jaman ini, dan salah satu dari tiga karya referensi, yang ditempatkan di atas meja dewan pada Konsili Trente. 

Dua buku lainnya, yaitu Kitab Suci dan Ketetapan-Ketetapan Kepausan. Hal ini hampir mustahil bagi kita, dengan jarak waktu yang panjang, untuk menyadari pengaruh besar St. Thomas terhadap seluruh pemikiran dan teologi jaman sekarang. 

St. Thomas juga dimintakan bantuannya oleh Paus Urbanus IV untuk menyusun teks liturgi Misa merayakan pesta Sakramen Mahakudus pada tahun 1264. beberapa yang dihasilkan Thomas adalah Dua lagu pujianVerbum supernum” dan “Pange lingua”, dikenal oleh seluruh Gereja Katolik, termasuk pujian “O salutaris” dan “Tantum ergo” yang secara teratur dinyanyikan di biara Benediktin. Namun lagu pujian lain dari Santo ini, khususnya “Lauda Sion” dan “Adoro te devote” berisi penjelasan paling lengkap atas ajaran teologi yang pernah diberikan di dunia.

SEMUANYA ADALAH JERAMI 

Selama berada di Paris, universitas tersebut terpecah karena berbagai pertikaian, dan pada tahun 1272 terdapat semacam ‘pemogokan umum’ di antara fakultas-fakultas. Di tengah-tengah situasi itu St. Thomas dipanggil ke Italia untuk mengawasi rumah studi di Napoli. Tugas ini merupakan tempat terakhir karyanya. 

Pada pesta St. Nikolas tahun berikutnya ia mempersembahkan misa, pada saat ia menerima wahyu yang sangat mengesankan baginya sehingga ia menulis dan tidak lagi melanjutkannya. Ia menghentikan karya besarnya, sehingga bukunya Summa theologiae tidak terselesaikan. Terhadap peringatan saudara Reginald, St. Thomas mengatakan bahwa akhir dari karyanya telah tiba, semua yang telah ditulisnya menjadi seperti jerami setelah hal itu diwahyukan kepadanya.

AKHIR HIDUP DAN BEATIFIKASI 

St. Thomas sedang sakit, saat diberi tawaran oleh Paus Gregorius X untuk menghadiri konsili di Lyon, yang membahas penyatukan kembali Gereja Yunani dan Latin. Keadaannya menjadi semakin memburuk dalam perjalanan ke biara Sistersian, Fossa Nuova, dekat Terracina. Di sana ia menginap di kamar kepala biara dan dilayani oleh para rahib. Dengan kerelaan hati memenuhi permohonan mereka, ia mulai menguraikan secara terperinci kepada mereka madah demi madah, namun ia tidak sampai menyelesaikannya. Keadaaan ini memberi kejelasan bagi semua rahib bahwa ia sedang sekarat. Setelah terakhir kali ia melakukan pengakuan kepada Pastor Reginald dari Priverno dan menerima perminyakan, ia mengungkapkan kata-kata yang sangat dikenal “Saya menerima Engkau, anugerah penebusan jiwaku: semua studiku, kesiapsiagaanku dan karyaku semuanya karena kasih kepada-Mu. Saya telah berpikir banyak dan menulis banyak tentang tubuh terkudus Yesus Kristus. Saya telah mengajar dan menulis dalam iman akan Yesus Kristus dan Gereja Kudus Roma, kepadanya segala keputusan saya tawarkan dan serahkan.” 

Dua hari setelah itu jiwanya menghadap Allah, yaitu pada tanggal 7 Maret 1274, dengan usia hampir lima puluh tahun. Pada hari yang sama St. Albertus, yang pada waktu itu berada di Cologna, meledak dalam tangisan di tengah-tengah komunitas, dan mengatakan “Saudara Thomas Aquinas, saudaraku di dalam Kristus, cahaya Gereja sudah wafat. Allah telah menyatakannya kepada saya.” 

Santo Thomas dikanonisasi pada tahun 1323. Dan pada masa St. Pius V, beliau memberinya gelar pujangga Gereja. Paus Leo XIII menyatakannya sebagai pelindung seluruh universitas, fakultas dan sekolah-sekolah pada tahun 1880. 

SANTO YANG RENDAH HATI 

Thomas sangat takwa dan rendah hati. Ia tidak pernah mengatakan bahwa ia belajar lebih banyak di bawah kaki salib Kristus daripada dari buku-buku. Ia berdoa dengan air mata untuk memperoleh pemahaman akan Misteri Allah

Atas anugerah Allah, Santo ini menerima penerangan berlimpah-limpah dalam pikirannya. St. Thomas menanggapi dengan rendah hati karunia besar tersebut. 

Selain itu, Thomas berpikir bahwa orang lain lebih baik daripada dirinya. Secara luar biasa sederhana ia menyatakan pendapatnya, dan tidak pernah ia kehilangan kesabaran dalam beragumentasi, juga tidak pernah terdengar bahwa ia memotong pembicaraan atau mengatakan sesuatu yang dapat melukai sesama. St. Thomas juga diberi gelar “Doctor Angelicus”, yang berarti “Pujangga Malaikat”. 

Maka sebagai umat beriman, marilah kita bersama-sama meneladani dan mempraktekkan apa yang diajarkan oleh St. Thomas dengan penuh kerendahan hati dan ketaatan kepada Tuhan dalam kehidupan kita.


(Sumber: Warta KPI TL No.158/VI/2018 » carmelia.net).

Rabu, 20 Juni 2018

Santo Paulinus dari Nola



Paulinus berasal dari keluarga ningrat. Orangtuanya termasuk dalam jajaran bangsawan Romawi di Bordeaux, Perancis.

Sementara itu kaum keluarganya yang lain yang berada di Spanyol juga menduduki jabatan-jabatan penting pemerintahan. Kiranya Paulinus juga kelak akan mengikuti jejak kaum keluarganya itu.

Orangtua Paulinus mempersiapkan semua yang perlu untuk puteranya itu. Sejak kecil Paulinus sudah diberi pendidikan yang baik. Bakat sastranya amat menonjol. Bakat itu semakin terasah karena ia diajar oleh guru yang mumpuni. Maka, tidak mengherankan bahwa kelak ia menjadi seorang ahli pidato dan penyair yang termashyur. Bahkan, dua orang besar lain, Agustinus dan Hieronimus, juga mengaguminya. Pendidikan yang diperolehnya memang menjadi modal yang berharga untuk masa depannya.

Benar juga, segera setelah menyelesaikan studinya di sekolah tinggi, Paulinus diangkat menjadi senator di Roma. Kala itu ia masih amat muda. Selang beberapa waktu kemudian, ia diangkat menjadi konsul di Nola menggantikan ayahnya. Boleh dikata, karier Paulinus amat cemerlang.

Jalan Tuhan

Pada masa itu agama Kristen telah menjadi agama resmi negara. Maka merupakan hal biasa jika di kota-kota diselenggarakan pawai dan perayaan keagamaan. Di Nola untuk pertama kalinya Paulinus menyaksikan perayaan pesta Santo Feliks. Ribuan orang berduyun-duyun ke kota untuk mengunjungi makam Santo Feliks. Paulinus terkagum-kagum melihat peristiwa ini. Ia sekaligus terharu dengan orang-orang itu yang dengan tekun merenungkan keteladanan orang kudus ini.

Pemandangan itu menimbulkan kesan mendalam. Hati Paulinus tersentuh. Ia pun ingin menjadi seorang kristen yang sungguh-sungguh. Maka, dalam suatu perjalanan ke Perancis dan Spanyol untuk mengurus hak miliknya, ia minta dibaptis. Uskup Delphinuslah yang membaptisnya di Bordeaux, kota kelahirannya.

Semenjak permandian itu, Tuhan sepertinya hendak menguji kesungguhan yang telah diikrarkan Paulinus. Kesusahan demi kesusahan mulai menimpanya. Salah satunya adalah meninggalnya puteranya satu-satunya. Peristiwa demi peristiwa itu sungguh membuat hatinya hancur.

Akan tetapi, Paulinus berusaha untuk tetap tegar. Ia menghadapi semuanya itu dengan tabah dan penuh kepasrahan. Ia meminta nasihat Hieronimus perihal rangkaian peristiwa pahit yang dihadapinya itu. Segera mengertilah ia akan kehendak Tuhan. Kiranya Tuhan memang menghendakinya agar menempuh jalan hidup yang lain dan semakin dekat dengan-Nya.

Abdi Tuhan

Dalam suatu nasihatnya Hieronimus berkata kepadanya, ”Putuskanlah hubungan dengan kemewahan dunia dan pelajarilah Kitab Suci!” Kata-kata Hieronimus ini rupanya membekas dalam hatinya. Hal itu direnungkannya dan ditimbang-timbang bersama istrinya tercinta, Teresia. Mereka berdua memikirkan langkah apa yang akan mereka ambil. 

Mengejutkan, Paulinus dan istrinya mengambil keputusan untuk hidup murni. Harta kekayaan mereka akan dibagi-bagikan kepada orang miskin. Mereka menjalani suatu kehidupan yang baru sama sekali, cara hidup sederhana.

Cara hidup baru itu dijalani Paulinus dengan bijaksana dan penuh bakti kepada Tuhan dan sesama. Karena itu, dia diperkenankan untuk menerima tahbisan menjadi imam tahun 394 di Barcelona. Setelah itu ia ditugaskan kembali ke Nola. Bersama beberapa rekannya, ia menjalani hidup sebagai biarawan di sana.

Di tempat barunya itu Paulinus harus bekerja keras. Ia harus bekerja mengolah tanah untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Meskipun demikian, hal yang tak pernah dilupakannya adalah berdoa dan menulis. Hal ini semakin mengasah kehidupan rohani dan intelektualnya. Dengan sisa-sisa kekayaannya ia mendirikan sebuah gereja yang indah. Gereja itu dipersembahkan untuk menghormati Santo Feliks.

Segera terlihat bahwa Paulinus seorang yang berpengaruh. Tahun 409 ia diangkat menjadi uskup Nola. Bakat-bakat kepemimpinannya masih belum pudar. Ia membimbing umat dengan bijaksana dan penuh cinta kasih. Ia berani membela umatnya dari segala rongrongan.

Ketika Italia diserang oleh orang-orang Eropa Timur, Paulinus mendermakan segala yang dimilikinya untuk menebus umatnya yang ditangkap dan diperbudak. Setelah tidak ada lagi yang tersisa, ia menyerahkan dirinya untuk dipenjarakan sebagai ganti seorang umatnya. Tetapi tak lama kemudian ia dibebaskan. Setelah lama mengabdikan dirinya kepada Tuhan dan sesama, Paulinus menghembuskan nafas terakhirnya tahun 431.

Santo Paulinus dari Nola

Nama lengkapnya adalah Pontius Meropius Anicius Paulinus. Ia lahir di Bordeaux, Perancis tahun 354 dan meninggal di Nola tanggal 22 Juni 431. Setelah menjadi senator Romawi ia memutuskan untuk masuk kehidupan monastik tahun 394. Dia kemudian menjadi uskup Nola. Dia dikenal sebagai sahabat Agustinus.

(Sumber: HIDUPKATOLIK.com , Iswadi Prayitno).