Rabu, 03 Juni 2020

Lebih buta daripada seekor keledai



Penyataan Allah terkadang tidak sejalan dengan pikiran manusia. Dalam hal ini, Tuhan kita dapat dikatakan sebagai Tuhan yang sangat humoris. Kita melihat bagaimana Tuhan menyampaikan maksud-Nya dengan cara yang unik. Hal ini tampak ketika Allah berfirman kepada Bileam (Bil 22:21-35).

Keledai Bileam merespons secara berbeda dalam tiga perjumpaan dengan Malaikat Tuhan yang menghunus pedang. Pertama, keledai Bileam menyimpang dari jalan dan menapaki ladang, sehingga Bileam memukulnya untuk mengarahkannya kembali (23). Kedua, sang keledai menekankan diri pada tembok, sehingga kaki Bileam terimpit dan ia kembali memukulnya (25). Ketiga, sang keledai meniarap dan tidak mau berjalan. Akibatnya, Bileam pun memukulnya lagi (26-27).

Dalam setiap perjumpaan ini dikatakan bahwa sang keledai melihat Malaikat Tuhan, sedangkan Tuhan baru menyingkapkan mata Bileam setelah terjadi percakapan antara dia dengan keledainya yang merasa tidak senang karena dipukuli terus-menerus (31). Saat itulah Bileam melihat Malaikat Tuhan dan tersungkur.

Bileam dikenal sebagai seorang pelihat yang ahli, tetapi tidak sanggup melihat Malaikat Tuhan yang berdiri di depannya. Allah menunjukkan bagaimana penglihatannya kalah dari seekor keledai. Ini adalah teguran Allah yang humoris. Sebab, peristiwa ini sangat tak terduga dan ironis bagi seorang pelihat terkenal.

Bagaimana dengan kita? Apakah kita mempunyai "penglihatan" dan pengertian yang cukup baik tentang Allah? Atau, jangan-jangan kita juga lebih buta dari seekor hewan? Mungkin kita bisa menimba ilmu pengetahuan dan teologi sedalam-dalamnya, tetapi kita tidak boleh lupa bahwa Tuhanlah yang membukakan itu semua bagi kita.

Marilah kita terus belajar peka terhadap kehadiran Allah, supaya kita tahu apa yang Allah kehendaki untuk kita kerjakan. Dengan demikian, kita dapat menjalankan kehidupan yang menyenangkan hati-Nya. Kita bersukacita sebab diizinkan melihat lebih dalam isi hati-Nya dan memasuki undangan hidup di dalam kehendak-Nya.