Selasa, 21 April 2020

07.14 -

Dosa ekologis



Perayaan Paskah selalu ditandai dengan lilin Paskah dan pada setiap lilin Paskah selalu ditulis tahun ketika Paskah itu dirayakan. Oleh karena itu kita bisa bertanya, apa relevansi perayaan Paskah pada masa kita umat manusia pada umumnya dan bangsa Indonesia pada khususnya, yang sedang mengalami pandemi wabah virus Corona 19 ini. 

Ada berbagai pendapat yang berbeda-beda, salah satu pendapat yang menarik disampaikan dengan sangat hati-hati, masuk akal, akal budi kita, tetapi juga akal iman kita. Pendapatnya begini: bisa jadi, wabah adalah reaksi natural atas kesalahan manusia secara kolektif terhadap alam. Dalam bahasa iman, wabah antara lain disebabkan oleh dosa ekologis, yang dimaksudkan kira-kira begini: wabah muncul karena manusia telah merusak tatanan dan harmoni alam

Perusakan alam itu membuat alam tidak seimbang lagi dan ini mempunyai akibat yang sangat luas dan beragam. Misalnya: pemanasan bumi, perubahan iklim, polusi yang mengotori semua elemen alam di darat, di laut maupun di udara dan munculnya berbagai macam penyakit baru. Ketidak keseimbangan alam ini membuat tubuh manusia tidak seimbang pula, imunitas melemah sehingga manusia menjadi rentan terhadap wabah

Seharusnya alam memiliki caranya sendiri untuk meredam wabah, tetapi ketika nafsu keserakahan dan kesombongan manusia telah merusak alam, wabah tidak terbendung. Mengenai keserakahan manusia ini, Paus Fransiskus mengatakan: “Dengan keserakahannya, manusia akan menggantikan tempat Allah. Dengan demikian akhirnya, membangkitkan pemberontakan alam. Kita semua terlibat di dalam dosa terhadap harmoni alam, yang telah diciptakan Allah sebagai semua baik dan amat baik adanya. itulah yang disebut dosa ekologis.” 

Wabah menurut pendapat ini adalah isyarat alamiah bahwa manusia telah mengingkari jati dirinya sebagai citra Allah yang bertugas untuk menjaga harmoni alam, bukan merusaknya. Wabah menyadarkan bahwa manusia adalah ciptaan yang rapuh, yang tidak mungkin bertahan jika alam ciptaan lain dihancurkan

Kita bersyukur, karena ditengah-tengah pandemi wabah virus Corona 19 ini kita menyaksikan kerelaan berkorban, solideritas yang dahsyat dalam berbagai macam bentuknya, dalam bahasa iman: “tumbuhnya kerelaan berkorban”, tumbuhnya solideritas adalah Paskah yang nyata

Semoga semua yang baik, tidak berhenti ketika nanti wabah ini lewat. Tetapi kita juga masih tetap berharap, bahkan dituntut untuk merayakan Paskah yang lain, yakni Paskah Ekologis. Ketika kita dibebaskan dari dosa ekologi kolektif maupun pribadi, dibebaskan dari sikap tidak peduli terhadap alam atau bahkan nafsu merusak alam dan dianugerahkan kepada kita kekuatan untuk terus mewujudkan Paskah Ekologis itu. memulihkan alam yang rusak, merawat dan menjaganya sebagai Ibu Bumi, rahim kehidupan yang sejahtera. 

(Sumber: Warta KPI TL No. 180/IV/2020 » Homili Minggu Paskah 2020, Kardinal Suharyo).