00.14 -
SP Markus
Mrk 10:17-27
Sarapan Pagi
Agar Jiwa Kita Disegarkan Oleh-Nya
Firman yang tertanam di dalam hatimu,
yang berkuasa menyelamatkan jiwamu.
(Yak 1:21)
Penanggalan liturgi
Senin, 28 Mei 2018: Hari Biasa VIII - Tahun B/II (Hijau)
Bacaan: 1 Ptr 1:3-9; Mzm 111:1-2, 5-6, 9, 10c; Mrk 10:17-27
Pada waktu Yesus berangkat untuk meneruskan perjalanan-Nya, datanglah seorang berlari-lari mendapatkan Dia dan sambil bertelut di hadapan-Nya ia bertanya: "Guru yang baik, apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?"
Jawab Yesus: "Mengapa kaukatakan Aku baik? Tak seorangpun yang baik selain dari pada Allah saja. Engkau tentu mengetahui segala perintah Allah: Jangan membunuh, jangan berzinah, jangan mencuri, jangan mengucapkan saksi dusta, jangan mengurangi hak orang, hormatilah ayahmu dan ibumu!"
Lalu kata orang itu kepada-Nya: "Guru, semuanya itu telah kuturuti sejak masa mudaku." Tetapi Yesus memandang dia dan menaruh kasih kepadanya, lalu berkata kepadanya: "Hanya satu lagi kekuranganmu: pergilah, juallah apa yang kaumiliki dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku."
Mendengar perkataan itu (*) ia menjadi kecewa, lalu pergi dengan sedih, sebab banyak hartanya. Lalu Yesus memandang murid-murid-Nya di sekeliling-Nya dan berkata kepada mereka: "Alangkah sukarnya orang yang beruang masuk ke dalam Kerajaan Allah."
Murid-murid-Nya tercengang mendengar perkataan-Nya itu. Tetapi Yesus menyambung lagi: "Anak-anak-Ku, alangkah sukarnya masuk ke dalam Kerajaan Allah. Lebih mudah seekor unta melewati lobang jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah."
Mereka makin gempar dan berkata seorang kepada yang lain: "Jika demikian, siapakah yang dapat diselamatkan?" Yesus memandang mereka dan berkata: "Bagi manusia hal itu tidak mungkin, tetapi bukan demikian bagi Allah. Sebab segala sesuatu adalah mungkin bagi Allah."
Renungan
1. Ciri murid Tuhan yang sejati
(*) Hati orang kaya itu baik, taat melaksanakan hukum Yahudi tetapi hartanya yang banyak itu telah mengeruhkan hatinya. Kekeruhan hati ini membuatnya lebih memilih harta dan berpisah dengan Yesus.
Uang dan harta adalah sarana kebahagiaan untuk semua orang dan itu adalah rahmat dari Tuhan, seharusnya, semakin seseorang memiliki banyak uang dan harta, semakin bebas ia melakukan kebaikan: mendekatkan diri kepada Allah dan menolong orang-orang yang membutuhkan.
Indikasi seorang murid Tuhan yang sejati, selain mengikuti-Nya tanpa syarat, juga harus berani melepaskan segalanya tanpa syarat, hidup dalam semangat berbagi dengan sesama. Ketimpangan sosial-ekonomi masa kini bukan karena Tuhan tidak peduli, tetapi karena kita yang tidak rela untuk berbagi.